JIka Pilkada Malaka 2020 Bernafas Cinta: antara chauvanisme politik dan intervensi hak politik

JIka Pilkada Malaka 2020 Bernafas Cinta: antara chauvanisme politik dan intervensi hak politik

Jika Pilkada Kabupaten Malaka Bernafas Cinta: Antara Chauvinisme Politik dan Intervensi Hak Politik



 

Jelang Pilkada serentak, euphoria politik sangat kuat terlihat dalam pergerakan pendukung suatu paslon. Kecintaan terhadap paslon bahkan menjadi aktivitas yang “dilancarkan” untuk selalu diikuti. Terlebur dalam nuansa kebersamaan sesama pendukung, tentu menjadi alasan kuat selain membangun branding kekuatan paslon yang didukung agar layak disebut sebagai calon kuat sebagai pemenang Pilkada. Adakah yang salah dari spirit dukungan terhadap suatu paslon? Tentu tidak. Namun, harus diingat bahwa spirit pun memiliki kebhinnekaan. Dalam hal ini, tidak semua orang tentu memiliki persepsi yang sama dalam politik, yaitu tidak sama dalam menentukan hak politik.

Chauvinisme Politik, Haruskah Menjadi Fanatisme is Toxic?

Berbicara Chauvinisme, awalnya adalah berkaitan dengan patriotisme. Bahwa makna awal dari chauvinisme adalah paham mengenai cinta tanah air dan bangsa (patriotisme) yang berlebihan. Dalam sejarah, Pencetus aliran ini adalah Nicolas Cauvin, seorang tentara setia Napoleon Bonaparte. Walaupun di saat Napoleon kalah, Chauvin tetap setia kepadanya. Istilah tersebut akhirnya muncul dengan sebutan yang dikonsepkan nama Chauvin.

Chauvinisme hampir sama dengan primordialisme, yaitu ikatan seseorang pada kelompok yang menilai kelompoknya superior (kelompok lain inferior). Penilaian tersebut diperolehnya melalui sosialisasi dan internalisasi (internalized value). Primordialisme sangat berperan dalam membentuk sikap primordial seseorang, yaitu sikap yang menganggap bahwa segala sesuatu yang berasal dari kelompoknya merupakan satu-satunya yang ‘terbaik’ dan ‘terbenar’, yang lain nomor berikutnya. Sikap primordialisme dapat membentuk sikap etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang cenderung bersifat subjektif.

Dalam perkembangannya, sikap-sikap tersebut jika tidak memiliki batas, maka memunculkan sikap fanatisme ekstrem atau fanatikme sempit yang selalu membenarkan kelompoknya sendiri. Saat dikaitkan dengan situasi politik, maka pembenaran, peng-nomorsatu-an, peng-superioritas-an, dan pencintaan yang berlebihan, adalah terhadap kelompok politiknya sendiri ataupun tokoh panutannya dalam politik.

Fanatikme sempit namun toxic (fanatisme is toxic). Ungkapan tersebut sebenarnya sering diperbincangkan terutama saat perhelatan kontestasi politik. Bahwa akan semakin terlihat nuansa toxicnya-sebuah fanatisme, tatkala efek domino pengkubu-kubuan pertarungan politik dimulai. Efek domino inilah yang kemudian memicu “Politik Panas”.

Politik Santun: Peredam “Politik Panas”

Fanatikme yang berlebihan, membentuk pentingnya kepentingan kelompoknya sendiri di atas kepentingan orang lain. Sikap seperti itu melahirkan beragam perilaku dan tindakan yang dapat menghalalkan segala cara, bahkan bersifat anti humanisme karena melanggar batas-batas (boundaries) sosial. Fanatikme yang berlebihan bahkan cenderung destruktif. Sisi destruktif bisa menyentuh banyak aspek sosial. Terlebih ketika hal ini dilatarbelakangi kepentingan politik. Anti humanisme dapat terjadi saat egalitarianisme (kecenderungan berpikir bahwa seseorang harus diperlakukan sama pada dimensi seperti agama, politik, ekonomi, sosial, atau budaya), terabaikan. Efek berikutnya adalah superioritas pada tokoh politik panutannya tanpa menyadari bahwa politik seyogyanya bersifat temporal.

Proses politik berpotensi memberikan perubahan pada banyak aspek, termasuk dalam hubungan sosial. Sebagai contoh, loyalitas maupun fanatisme ekstrem menjadikan kepentingan tokoh politik yang dipanuti, lebih diutamakan dibandingkan orang dekatnya sendiri.
Jika ditarik dalam pilkada serentak saat ini, supporter dalam kontestasi pilkada, memiliki semangat kuat memenangkan jago atau panutannya. Yang terjadi adalah, jika spirit memenangkan pilihannya tidak dapat diredam, maka akan mengubah sisi emosional. Dimana jago yang didukung adalah dewa yang sempurna yang tidak bisa dicelah sedikitpun oleh siapapun. Bahkan, para suporter akan turut membrainstorming siapapun agar memiliki pilihan yang sama, dan akan menolak yang sifatnya kontradiktif, meskipun dengan orang dekatnya. Dampak lainnya adalah intervensi hak berpolitik. Itulah alasan mengapa politik santun, harus terjaga. Sikap-sikap politik seyogyanya tidak mengabaikan budaya ketimuran bangsa yang menghargai “tata krama” dalam ber-unggah-ungguh.

Politik Sejatinya Adalah Pertarungan Strategi, Bukan Psikologis

Politik dan demokrasi, seharusnya sebuah bagian kemerdekaan setiap individu untuk berbicara dan menentukan pilihan, namun tatkala sisi psikologis (unsur subyektifitas) tidak terbentung, maka nilai orisinil dari politik pun hilang. Politik sejatinya adalah sebuah adu strategi, bukan adu psikologis. Karena kekuasaan yang ingin diraih dalam sebuah proses politik, sejatinya bukanlah tujuan akhir sebuah proses tersebut.

Harry R. Yarger menjelaskan bahwa power is a means, not an end, kekuasaan adalah sebuah sarana, bukan akhir. Jika dikaitkan aspek agama, sebagai contoh, bahwa sarana disini adalah bagaimana sebuah kemasalahan dapat diraih. Kemanfaatan, kebaikan, sifatnya dapat dirasakan orang banyak, bukan semata kelompok pribadi. Urgensi memandang kekuasaan adalah sarana untuk berbuat kemaslahatan, karena kekuasaan tak lain bagian dalam sebuah strategi. Oleh Yarger, strategi adalah tentang masa depan. “All strategy is about the future, The future is where strategy has its effect.”

Menyikapi politik sebagai bagian demokrasi yang harus menghormati kebhinnekaan, karena politik hari ini adalah investasi untuk situasi politik suatu bangsa di masa depan. Oleh Ibnu Khaldun, strategi dalam sebuah pemerintahan, harus melihat sejarah. “It should be known that history is a discipline that has a great number of (different) approaches”. Dikaitkan dengan Indonesia, merupakan hal patut disyukuri bahwa negri ini memiliki sejarah yang sangat istimewa, yaitu perjuangan yang bersatu melawan penjajah. Maka sejarah ini seharusnya menjadi pondasi penting ketahanan bangsa untuk tetap menjaga agar Indonesia tetap berdiri tegak dalam pondasi persatuan. Namun, saat demokrasi berpolitik tak lagi mengindahkan nilai persatuan, tak lagi memiliki tolerasi dalam kebhinnekaan hak politik, maka politik santun menjadi keniscayaan. Akhirnya, sebuah pertanyaan besar terbentuk : “Politik ADEM 2020: Aman Damai tentram, Mungkinkah ?

Jika Pilkada Kabupaten Malaka Bernafas Cinta

Pilkada damai, harapan seluruh warga Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh manusia di dunia. Siapa yang suka segala hal berjalan lancar dalam kedamaian? Pilkada, pemilukada, sebagaimana pemilu-pemilu lainnya, pileg, pilpres, pilkades, hanyalah suatu cara mencapai tujuan bersama, memilih wakil atau pemimpin, di bawah aturan yang telah disepakati bersama dalam tata kehidupan bernegara.

Pilkada damai, bersalaman jangan berhenti pada simbol-simbol ritual semata, namun mesti mengejawantah dalam tiap tapak langkah berikutnya. Seperti ikrar sepasang manusia yang hendak membangun mahligai rumah tangga dalam ritual pernikahan, pilkada pun butuh cinta.

Kabupaten Malaka adalah rumah bersama membangun keluarga. Tak ada keluarga bahagia tanpa keharmonisan antar anggota, dan tiada keharmonisan antar anggota tanpa dilandasi rasa cinta. Jika pilkada bernafas cinta, maka jangan pernah ada dusta di antara kita. Di dalam keluarga, kedamaian adalah dambaan setiap jiwa, lintas batas, lintas usia, lintas ras dan lintas agama, semua manusia berhak dan bertanggungjawab menciptakan kedamaian.

Jika pilkada bernafas cinta, apapun yang terjadi selalu indah akhirnya. Jika hendak diartikan sebagai pertarungan atau laga, namun selama tetap bernafas cinta, maka siapapun yang kalah atau menang tetap berbuah cinta, damai selalu alam dunia. Ksatria bertugas memperjuangkan apa yang telah diamanatkan, pertarungan memang kadang tak terelakkan. Namun pertarungan para ksatria adalah pertarungan bernafas cinta, bukan karena dendam kebencian ingin menghancurkan.

Semua hanya menjalani peran, wayang-wayang dengan lakon masing-masing, tunduk pada kehendak sang dalang, selesai urusan, masuk kotak penyimpanan. Semua senang, semua menang, semua tenang. Hidup dan menang dengan damai, kalah dan terbunuh dengan damai. Hidup mati, kalah menang, nyaris tak ada bedanya, jika merupakan akhir dari nafas cinta.

Jika pilkada bernafas cinta, hendak dimaknai sebagai kompetisi menjadi yang terbaik, semua bisa berlomba mengerahkan kemampuan terbaiknya. Bermula di atas balok tumpu kebaikan, berlari di lintasan trek kebaikan, berakhir di garis finish kebaikan, menjadi yang pertama atau yang terakhir, tak lantas membuat hidup dan karier berakhir. Cinta dan kebaikan saling membutuhkan. Bila yang satu menjadi akibat, yang lain menjadi alasan, jika yang lain menjadi akibat, maka yang satu menjadi alasan.

Jika pilkada bernafas cinta, tujuan apapun tak menjadi problema. Cinta membawa damai, damai membawa cinta. Romantisme penuh dinamika. Politik hanya sebuah cara. Kekerasan hanya membawa luka-luka. Pengkhianatan hanya membuat rasa kecewa. Rekayasa hanya mencipta sesak dada. Nafas cinta menghembuskan kesejukan, kedamaian menyebarkan kebahagiaan, kekeluargaan di atas segala perbedaan kepentingan.

Jika pilkada bernafas cinta, pengorbanan akan indah terasa. Fitrah manusia saling memberi untuk menerima, keserakahan hanyalah bisikan setan yang merusak kedamaian manusia. Memang selalu ada bakteri-bakteri demokrasi, jangkrik-jangkrik politik yang gemar menebar konflik, penumpang gelap perusak suasana. Iblis penyebar fitnah dan pengadu domba, penggunting dalam lipatan, pemancing ikan di air keruh, politikus bulus homo homini lupus.

Namun cinta menjadi penawarnya, hanya roh cinta yang menyelamatkan manusia, dalam pilkada Kabupaten Malaka-NTT. Nafas cinta dalam pilkada, telah disimbolkan dengan salaman damai Stefanus Bria Seran dan Simon Nahak, aktor utama dua ksatria yang siap berlaga di putaran pilkada Malaka 2020. Semua mesti menyelam ke dalam lautan makna bersama, bergerak serentak bagai simfoni paduan suara, kolaborasi sempurna elit-publik, pemimpin-rakyat, tanpa kecuali.

Jika pilkada bernafas cinta, harta, tahta dan wanita bukanlah masalah. Semua manusia butuh harta-kekayaan, tahta-kekuasaan dan wanita-pasangan. Namun cinta menjadi pagar yang menjaga jiwa untuk tetap menghidupkan roh kedamaian, rahmat, kasih sayang, inti sari ajaran nilai-nilai luhur manusia. Cintalah yang menghidupkan kesadaran untuk saling menjaga martabat dan harkat sebagai makhluk berkeadaban mulia.

Pilkada bernafas cinta, spirit nilai-nilai Pancasila, bukti rahmat Tuhan, humanisme-kemanusiaan, persaudaraan persatuan keluarga bangsa, kerakyatan hikmah kebijaksanaan, hingga akhirnya berbuah pada keadilan sosial berpemerataan. Nafas cinta berhembus dalam roh demokrasi sejati nusantara, res-publica, roh absolut negara, agama publik universal, daulat rakyat, cita-cita bersama Indonesia merdeka.

Pilkada bernafas cinta, bersalaman dalam kedamaian, demi keluarga besar warga Kabupaten Malaka. Jika diawali dengan cinta, seharusnya berakhir dengan cinta, semua bernilai kebaikan. Meski kadang perlu pengorbanan yang menyakitkan, kadang penuh tetesan darah, keringat dan air mata duka lara, namun nafas cinta mengubahnya menjadi makna yang membawa manusia tetap berharga.

Tujuan Pilkada Serentak untuk memperkuat sistem presidensial yang sudah lama berlaku di Indonesia dan menciptakan iklim demokrasi. Tjahjo Kumolo, Menteri Dalam Negeri mengingatkan agar kita bisa menghargai perbedaan pilihan politik, jangan ada intimidasi. Tunaikan hak pilih berdasarkan hati nurani. Pilkada harus menghadirkan suasana yang riang gembira, bukan kemudian malah kontes yang menakutkan. Ayo ciptakan Pilkada Malaka 2020 aman dan damai.

Salam Penimba Inspirasi Jalan Setapak,

Rabu, 18 November 2020

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama