Pantun Adat Tetun (Kananuk Railian), Sudah Punah ditelan Zaman?

Pantun Adat Tetun (Kananuk Railian), Sudah Punah ditelan Zaman?

KANANUK AI TAHAN, PANTUN ADAT TETUN ORANG BELU DAN MALAKA YANG HAMPIR PUNAH?

(Oleh: Frederick Mzaq)



 

"Pantun akan dapat memicu kebanggaan masyarakat Indonesia, karena sudah diakui dunia. Artinya dari tidak peduli terhadap pantun, menjadi pribadi yang peduli, karena dunia saja mengakui pantun tersebut,"

 

KANANUK AI TAHAN/RAI LIAN, (lihat, https://setapakrainumbei.blogspot.com/2020/01/lia-adat-tetun-pantun-adat-tetun.html)  atau pantun-pantun, syair-syair, perumpamaan-perumpamaan dari Ema Tetun yakni satu komunitas kultural yang mendiami Kabupaten Belu dan Malaka di pedalaman Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kumpulan KANANUK yang disajikan penulis dalam karya ini terdiri dari pantun nasihat, pantun jenaka, pantun agama, pantun perkenalan dan percintaan antar muda-mudi, pantun sindiran, pantun iba hati dalam bahasa Ema tetun yakni “Lia Tetun 

KANANUK adalah karya seni masyarakat tradisional yang pada intinya ingin mengungkapkan dan menyampaikan seluruh perasaan, gagasan, pengalaman, cita-cita dan pandangan hidup masyarakat tersebut.

Sebagai karya seni KANANUK adalah produk seni budaya yang menampilkan keindahan yang pantas untuk dinikmati sebagai keindahan. Karena itu KANANUK biasanya menggunakan bahasa “dalam” yang untaian kata-katanya sengaja dipilih sebagai kata-kata yang bersukma sakti agar dapat meresap dan merembes ke dalam jiwa manusia yang terdalam yakni sentuhan-sentuhan yang bersifat psikologik dan filosofik. Apabila kata-kata yang indah dan sakti itu telah menyentuh jiwa manusia diharapkan pesan yang ingin disampaikan berupa nasihat-nasihat, keinginan-keinginan, dan harapan-harapan dari penuturnya telah tertangkap dan diresapi dengan sempurna dan sedalam-dalamnya.

Pantun adat bahasa Tetun (kananuk ai tahan/rai lian) sendiri diambil daerah tradisi nenek moyang  yang berarti berbalas pantun yang didendangkan dengan dua orang atau lebih dalam berbalas pantun dan sebagian yang lain mendengar pada saat upacara perkawinan ataupun panen hasil kebun atau sawah ataupun kegiatan upacara adat lainnya. Kananuk ai tahan itu sendiri telah lahir dan hadir sejak dahulu kala diranah melayu jambi ini, biduk sayak selalu digunakan pada saat persepsi pernikahan dan acara adat lainnya yang selalu mencerminkan akan keberadaannya.

Kananuk ai tahan adalah syair-syair adat yang berlatar belakang dengan berbalas pantun dalam suatu acara adat istiadat daerah jambi. Kananuk ai tahan menganut arti penting dalam sebuah peradaban daerah jambi karena mengandung arti erat persaudaraan, silaturahmi dan ramahnya masyarakatnya, biduk sayak juga mengandung arti ketentraman hati, kedamaian yang terpaut di dalamnya, biduk sayak juga tak pandang umur penikmatnya karena tradisi biduk sayak selalu menyesuaikan keadaan hati yang mendendangkannya, jika di kala sedih dan merana, pantun yang di bawakan bernuansa patah hati dan jika bernuansa orang tua berarti pantun yang di bawakan adalah pantun nasehat dan begiutlah seterusnya.

Karena perubahan zaman, kananuk ai tahan kini jarang dilakukan kecuali oelh orang tua yang sudah lanjut usia. Namun itu tak mengurangi arti dari tradisi kananuk ai tahan itu sendiri asalkan tidak mengurangi dan membatasi dari nilai tradisinya sendiri. Namun seiring jalannya waktu dan pergeseran masa, kananuk ai tahan semakin menghilangkan jejaknya sebagai mahkota dan tradisi di dalam peradaban hidup masyarakat kabupaten Belu dan Malaka. Keberadaan tradisi kananuk ai tahan hanya sekedar di kenang sebagai lagu biasa didalam masyarakat jambi saat ini.

Keadaan ini tak perlu diragukan kembali dan semua daerah di indonesia ini sedikit kurang menyadari akan anugerah seni dan budaya nenek moyang kita yang telah bersusah payah untuk menciptakannya dan menghasilkan kekayaaan budaya yang kini kita rasakan bersama, kebanyak dari kita semua lebih menghargai budaya dan tradisi yang bukan dari indonesia sendiri, kita lebih menghargai tradisi dan budaya yang ditampilkan oleh orang luar sana, Jika hal ini terjadi terus menerus maka tradisi dan budaya yang ada dan asli indonesia ini akan hilang di telah waktu tanpa kita sadari dan mungkin akan tinggal nama saja sebagai anugerah terindah bangsa Indonesia sebagai kaya akan budaya.

Semoga sedikit ulasan mengenai bidu sayak ini dan tentang budaya tradisi indonesia asli indonesia lainnya yang kita miliki membuka mata setiap daerah masing-masing untuk menjaga tradisi adat istiadat tersebut dengan baik agar bertahan hingga generasi berikutnya, indonesia kaya akan budaya namun itu akan hilang jika tidak menjaga dengan baik dan mengajarkannya kepada penerus bangsa selanjutnya.

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama