Sejak
Kapan GASING Dimainkan Manusia?
(Sejarah
Permainan Tradisional Gasing di Nusantara)
gasing
itu berputar, dan terus berputar
dia tidak boleh berhenti, karena dia selalu ditonton
kadang diadu dengan sesama gasing
hingga ada yang jatuh terpelanting
saat itu penonton akan bersorak kegirangan
anak-anak akan selalu haus dengan semua jenis game
tak mau kalah orangtua pun bernafsu dengan permainan
konon untuk menguji sejauh mana
respon dan reaksi itu terbentuk
di saat orang-orang sudah lelah
bahkan di saat tidur pun inginnya
dibangunkan
untuk mengimbangi agar banyak
permainan bisa dipertontonkan
jika sudah jatuh korban, tersungkur
berdarah-darah, seolah permainan berhenti
ia hanya sejenak karena tak lama lagi
akan ada permainan yang jauh lebih heboh
selalu berulang dan bersulang
gasing-gasing itu berputar terus
hingga para penonton itu pusing dibuatnya
gasing-gasing itu tak lagi menjadi asing
ia akan terus berputar, melesat lalu
jatuh terpelanting, berkeping-keping
Gasing merupakan sejenis
permainan yang boleh berputar pada paksinya, sambil mengimbang pada satu titik.
Gasing merupakan permainan tradisional orang-orang Melayu sejak dahulu lagi.
Biasanya dimainkan selepas musim menuai. Permainan gasing dipertandingkan antara
kampung. Pemenang dikira berdasarkan tempoh masa gasing mampu berputar.
Gasing dibuat daripada
kayu bebaru, kemuning, merbau, rambai, durian atau kundang. Kayu tersebut akan
ditakik-takik dan dikikis sehingga menjadi bentuk gasing.
Tali gasing dibuat
daripada kulit pokok bebaru. Tapi sekarang tali gasing dibuat daripada tali
nilon. Panjang tali gasing biasanya bergantung kepada panjang tangan seseorang.
Biasanya 1 meter panjang. Minyak kelapa digunakan untuk melicinkan pergerakan
tali gasing
1.
Asal usul Gasing
Gasing
adalah permainan rakyat Melayu yang memiliki keragaman asal usul, di antaranya
(1) Diinspirasikan dari penemuan buah perepat (sonneratia alba) yang memiliki
struktur bulat pipih, licin dan mudah diputar di atas lantai yang datar.
Kemudian, struktur buah perepat ini diadaptasikan dengan menggunakan kayu yang
lunak agar mudah dibentuk. (2) Permainan gasing diinspirasikan dari permainan
“adu telur” yang dimainkan anak-anak dengan cara diputar dan diadu antara satu
dengan lainnya. Cara ini akhirnya diadaptasikan pula pada kayu yang dibentuk
seperti telur, di bawahnya ditancapkan paksi (sejenis besi berukuran kecil
seperti paku yang runcing) agar dapat diputar lama dan seimbang di atas lantai.
(3) Ada pula yang berpendapat bahwa permainan gasing terinspirasi dari salah
satu jenis alat perburuan yang berbentuk bulat dan pipih. Alat tersebut diikat
dengan tali, lalu dilempar ke arah sasaran buruan, kemudian ditarik lagi.
Ketika dilemparkan, alat tersebut berputar dengan kencang sebelum mengena sasarannya.
Alat ini banyak diminati oleh para pemburu, karena sangat akurat mengenai
sasaran buruan. Semenjak itu, perburuan selalu dilengkapi dengan alat ini
sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan para pemburu. Rupanya
cara seperti ini memberikan inspirasi kepada para pemburu untuk membuat sejenis
permainan yang pada saat itu sekedar mengisi waktu luang. Permainan ini cukup
mengasyikkan dan terus berkembang, hingga akhirnya menjadi salah satu permainan
rakyat yang dikenal dengan permainan gasing. Dengan demikian, struktur gasing
tidak terlepas dari hal di atas, bulat pipih, bulat telur dan mudah diputar di
atas lantai yang datar.
Gasing
dibuat dari kayu dengan ukuran yang sudah ditentukan, dibentuk bulat sehingga
memiliki tiga bagian penting: kepala, badan dan buritan gasing. Di bagian bawah
kepala gasing dibuat sedikit lekukan (dikenal juga dengan leher gasing) yang
berfungsi sebagai tempat melilit tali gasing, karena gasing ini diputar dengan
tali. Di bagian buritan diberi paksi untuk menjaga keseimbangan ketika diputar
di atas lantai. Jenis kayu yang digunakan untuk membuat gasing ini antara lain
merbau (sympetalandra borneensis.), leban tanduk (vitex quinta), jeruk, bakau,
kempas, sepan (gymnopetalum cochinchinensis), keranji (cynoptera polyandra),
manggis, jambu batu, ciku (achras zapota) dan kayu asam jawa. Selain itu,
gasing juga dibuat dari pelastik atau bahan-bahan lainya. Permainan gasing ini
juga populer di berbagai daerah kawasan Melayu, seperti Indonesia, Malaysia,
Brunei, Singapura maupun negara lainnya.
2.
Jenis-jenis gasing
Ada
beberapa jenis gasing yang berkembang dari masa ke masa, antara lain:
Gasing
uri yang berbentuk rendah dan agak pipih, beratnya 6 Kg dengan diameter 60 cm
dan tinggi 8 cm. Jenis gasing ini cukup terkenal di Kelantan, Malaysia.
Biasanya dibingkai dengan timah, besi atau plumbum (zat logam berwarna putih
kebiru-biruan). Jika bahan dasar gasing ini dibingkai dengan timah, maka gasing
tersebut digunakan untuk pemutaran saja, tetapi jika bahan dasar gasing menggunakan
bingkai besi, maka gasing tersebut digunakan untuk permainan pangkah-memangkah.
Gasing
kuno yang berbentuk sederhana dan berimbang, beratnya 0.6 kg dengan diameter 30
cm dan tinggi 8 cm. Jenis gasing ini dapat ditemukan di beberarapa daerah di
Malasia, seperti Terengganu, Pahang, Kedah, Selangor, Johor dan Kelantan.
Struktur gasing ini merupakan bentuk lama seperti buah perepat yang hanya
digunakan untuk permainan pangkah- memangkah dan terbuat dari kayu merbau,
keranji atau meranti.
Gasing gaba yang berbentuk seperti telur dengan bobot beratnya 0.6 kg dengan
diameter 38 cm dan tinggi 20 cm, dikenal juga dengan gasing wang seringgit.
Jenis gasing ini dapat ditemukan di daerah-daerah Pahang, Kelantan, Perlis,
Negeri Sembilan, Malaka dan Selangor.
Gasing
jantung. Sesuai dengan sebutannya, gasing ini berbentuk seperti jantung dengan
bobot beratnya 0.25 kg yang berdiameter 20 cm dan tinggi 12 cm. Selain di
daerah Kelantan, gasing ini ditemukan juga di daerah Kedah, Pahang, Perak,
Negeri Sembilan dan Sarawak, Malaysia. Gasing yang dikenal juga dengan gasing
lundu ini dibuat dari jenis kayu merbau untuk daerah Kelantan, sementara di
daerah lain, gasing ini dibuat dari kayu melawis (ramin: gonystylus bancanus),
mengaris dan saga (ormosia parviflora).
Gasing
tanjung yang tinggi dan berimbang, bobot beratnya 0.6 kg dengan diameter 30 cm
dan tinggi 10 cm. Gasing ini dimainkan oleh orang-orang dari Muar, Johor
Malaysia sebagai gasing pemangkah. Bahan dasar gasing ini adalah kayu keranji,
kempas, cengal dan merbau.
3.
Pemain dan tempat permainan
Gasing
yang merupakan salah satu permainan tertua dalam masyarakat Melayu ini pada
awalnya dimainkan oleh laki-laki, baik yang tua ataupun yang muda, bahkan
anak-anak hanya untuk hiburan semata. Biasanya, gasing dimainkan di atas paduk,
yakni papan tempat memutar gasing dengan ukuran panjang dan lebarnya 1.30 cm x
60 cm dan ketebalan papan antara 3 cm – 5 cm. Gasing ini bisa juga dimainkan di
atas tanah yang
memiliki
struktur keras, sehingga tidak mudah berlubang ketika gasing diputar.
4.
Aturan permainan
Berdasarkan
Peraturan Permainan Gasing yang dikeluarkan oleh Asean Gasing Asociation (AGA)
pada tahun 2003 yang lalu, ada beberapa aspek yang berkaitan dengan aturan
permainan gasing ini, di antaranya: jumlah pemain, jenis permainan dan jenis
gasing.
Berdasarkan
jumlah, permainan gasing dapat dikelompokkan menjadi tiga: permainan beregu,
ganda dan tunggal. Permainan beregu terdiri dari 4 orang per regu, 1 orang
cadangan; permainan ganda terdiri dari 2 orang per regu, 1 orang cadangan;
sementara permainan tunggal dimainkan oleh 1 orang saja. Jenis permainan gasing
dapat dibagi menjadi dua: uri dan pangkah. Jenis uri adalah permainan yang
berfungsi untuk melihat seberapa lama gasing berputar; sedangkan pangkah adalah
permainan yang dilakukan dengan cara memangkah gasing lawan yang sudah diputar.
Lamanya permainan beregu dan ganda adalah 20 menit, sementara permainan tunggal
15 menit. Selain itu, berat gasing yang disepakati untuk dimainkan adalah 6-8
gram, ukuran lebar lingkaran 36-46 cm; tinggi 8-12 cm. Gasing yang dibolehkan
adalah yang berbentuk jantung, piring, guci atau rembang.
5.
Proses permainan
Gasing
dimainkan dengan lima langkah utama, yaitu:
Melilit
gasing dengan tali yang terbuat dari nylon atau bahan lainnya, berukuran panjang
3-5 m. Caranya, terlebih dulu tali dililitkan di tangan sebelah kanan, baik di
lengan atau di bagian jari-jari tangan. Setelah itu, ujung tali diletakkan di
bagian leher gasing, kemudian dililit hingga bagian badan gasing tertutup
dengan lilitannya.
Memutar
gasing dengan cara disorong, lalu ditarik, atau dilempar kemudian ditarik. Cara
pertama, posisi badan pemain harus membungkuk kira-kira 45 derajat dan posisi
gasing harus tegak serta posisi ibu jari tangan harus menghadap ke atas. Ketika
gasing dilepas, maka tangan pemain harus ditarik dengan sedikit kuat agar
gasing berputar lama.
Memindahkan gasing dalam
keadaan berputar ke tempat lain, bertujuan untuk memastikan putarannya tahan
lama. (Sumber: Aunurafiq.com)
Teman-teman suka main gasing tidak?
Kalau suka, kira-kira kamu tahu tidak sejak kapan gasing dimainkan
oleh manusia?
3.500 Tahun Sebelum Masehi
Bukti sejarah atau naskah kuno yang membahas
tentang permainan ini masih belum ditemukan. Jadi, tidak ada yang tahu secara
pasti, sejak kapan gasing dimainkan oleh manusia.
Meski masih simpang siur, para arkeolog memperkirakan, gasing sudah
dimainkan oleh manusia sejak 3.500 tahun Sebelum
Masehi.
Penemuan di Baghdad
Perkiraan para arkeolog itu tidak sembarangan. Mereka
telah menemukan benda yang mirip dengan gasing,
di Kota Tua Ur (sekarang Muqayyar). Kota ini berada 300 km di sebelah tenggara
Baghdad, Irak. Benda yang mirip dengan gasing itu
terbuat dari tanah liat. Selain di Baghdad, para arkeolog juga menemukan benda
yang menyerupai gasing di Yunani, Tiongkok, dan Mesir.
Kapan Gasing Masuk
ke Nusantara?
Sampai saat ini, belum ditemukan artefak atau naskah
kuno yang membahas tentang masuknya gasing ke
Nusantara. Jadi, cerita tentang gasing pun masih simpang siur. Meski
begitu, gasing bisa ditemukan di
setiap pulau di Indonesia. Bahkan, masyarakat di berbagai pulau itu punya
cerita yang berbeda-beda tentang masuknya gasing ke
Nusantara.
Masyarakat di Kepulauan Riau percaya, bahwa gasing sudah
ada sejak zaman penjajahan Belanda, bahkan jauh sebelum itu. Masyarakat Jawa
Barat juga mengatakan, bahwa gasing sudah ada sebelum kemerdekaan.
Begitu juga dengan masyarakat Sulawesi, mereka percaya bahwa gasing sudah
ada di Nusantara sejak tahun 1930-an (sebelum kemerdekaan).
Banyak Nama
Beda tempat, beda pula nama yang diberikan untuk
sebuah gasing.
Di daerah Jawa Barat, gasing dikenal dengan nama panggal.
Di Lampung, permainan ini disebut pukang, sedangkan di Bengkulu, kepulauan
Riau, dan Tanjungpinang disebut gasing.
Nah, Teman-teman, apakah di daerahmu ada cerita
tentang gasing juga?
Kira-kira, sebutan gasing di tempat kamu apa?
Frederick Mzaq (Berminat melestarikan
permainan tradisional)