Untuk Ibu
Pertiwi, Ina Rai Malaka[1] Jangan Bersedih!!!
By. Penimba
Inspirasi Jalan Setapak (Mzaq Chanell)
Dear ibu pertiwi
Kulihat tangis di wajah ibuku
Kuusap wajahnya dengan jemariku
Kurebahkan kepalanya di pangkuanku
Kudendangkan syair penyejuk kalbu
Lalu kutanya padanya
Kudengar ceritanya
Kuresapi kisahnya
Kulihat matanya
Ibu Malaka bersedih
Anaknya saling caci demi politik
Anaknya saling sikut demi kuasa
Anaknya saling fitnah demi suara
Anaknya saling tuding demi istana
Ibu Malaka bersedih
Cinta tak lagi jadi yang utama
Ketika nafsu kuasa menguasai dada
Janji hanya pemanis retorika belaka
Demi simpati rakyat jelata
Ibu Malaka bersedih
Kisah yang dibangun dengan kasih sirna sudah
Berganti caci maki dan ludah
Seperti yang sudah sudah
Politik yang mulia berganti nafsu serakah
ibu yang baik....
terima kasih ibu.....untuk negeri yang sudah kau
berikan buatku di sinilah tanah kelahiran kami
husar binan rai malaka
untuk Malaka yang begitu indah bagaikan batu manikam
negeri yang penuh susu dan madu
yang ada dalam berjuta keragaman namun bersatu dalam
impian
ibu yang aku cinta.....
aku belajar untuk tahu dan memahami
bagaimana dulu para pendiri daerah ini berusaha dan
berjuang membentuk sebuah kabupaten, daerah otonomi baru Malaka
bersatu dan berpegangan tangan, tanpa peduli warna,
bahasa dan juga genetika
karena terbukti darah mereka sama....merah dan juga
sakit pedih ketika mengucur kala terluka
ibu yang aku sayang.....
dari ujung yang satu sampai ujung yang lain dari
negeri ini
aku percaya saat itu mereka tidak berpikir untuk
membuat ibu sedih bahkan menangis
mereka hanya berpikir bagaimana negeri ini dapat
tegar berdiri sendiri dan
mengagungkan kebesaran ibu diseluruh muka bumi
meski harus hidup dan nyawa yang menjadi pertaruhan
hingga akhirnya Sang Saka berkibar dengan gagahnya
bahwa inilah rai malaka, Kabupaten Malaka dengan ibu
kotanya Betun
dan aku yakin mereka semua ... pada waktu itu
mengiringi dengan lagu, keharuan, air mata dan kebanggaan
Ibu yang baik....
saat ini mungkin ibu telah melihat bagaimana
kami.....kaum penerus negeri ini
mengisi hari-hari kami membentuk negeri ini
aku tak mampu menengadahkan mukaku kepadamu ibu
aku malu dan merasa begitu tak berarti didepanmu ibu
aku merasa begitu bersalah membiarkan begitu banyak
keburukan menimpa negeri ini saat ini
ibu.....maafkan aku
ketika aku hanya terdiam tanpa kata melihat sebagian
anak-anakmu memecah belah negeri ini
dengan alasan strata sosial, warna kulit dan juga
kesukuan
ketika aku tak beraksi melihat sebagian anak-anakmu
merasa paling berjasa dan paling memiliki
negeri ini sementara yang lain hanya pengganggu dan
sekedar hidup menumpang
ketika aku hanya mampu menggumamkan kemarahan
melihat sebagian anak-anakmu begitu gampang
menghalalkan darah sesama anak negeri dengan ucapan
kebencian dan dendam yang seakan tak berkesudahan
ibu yang penuh kasih.....
sedikit aku mampu tegar dan berharap
tentang negeri ini kedepan nanti.....bahwa impian
ibu dan juga para pendiri negeri ini akan terwujud
meski penuh dengan liku, luka dan air mata
karena masih ada sebagian dari anak-anak negeri ini
yang memiliki hati dan mimpi yang sama
karena masih ada sebagian dari anak-anak negeri ini
yang tetap berjuang dan tegar demi Sang Saka berkibar
karena masih ada sebagian dari anak-anak negeri ini
yang melihat negeri ini sebagai satu tujuan, impian dan harapan
tanpa memelihara dengki dan kebencian hanya karena
warna, darah, iman dan juga kesukuan
Ibu yang sedang bersedih.....
hilangkan sedih di hati ibu mulai saat ini
karena kami akan berdiri bersama, berpegangan tangan
dan menyatukan hati kami
untuk mewujudkan kerinduan dan juga mimpi dari ibu
serta pendiri negeri ini
bahwa tidak ada lagi perbedaan ini memisahkan kami
semua
bahwa dihati setiap anak negeri hanya akan ada
satu....indonesia
karena kami yang akan memulai kembali
seperti ibu dan para pendiri negeri ini memulai
kami siap bahwa kami harus terluka karena setiap
perjuangan haruslah ada pengorbanan
ibu............jangan menangis lagi
Kukuatkan hati ibu
Masih ada harapan pada anak-anak ibu
Merekalah kaum muda
Dengan pena dan buku di tangannya
Dengan cinta dan kasih dalam dadanya
Dengan keberanian dalam sorot matanya
Dengan idealisme dalam dirinya
Yakinlah ibu pada mereka
Sebagaimana mereka yakin pada dirinya
Kulihat Ibuku tersenyum, ibu pertiwiku Rai malaka,
rai moris fatin
Terima kasih ina rai Malaka, dari rahimmulah lahir
anak-anak hebat yang berguna bagi bangsa dan negara
Jalan setapak basah,
Trans Blok C2, Harekakae 22 Desember 2020
[1]
Kabupaten Malaka adalah
salah satu kabupaten di
provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Betun. Malaka merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Belu yang
disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI
tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Kabupaten ini berbatasan
langsung dengan negara Timor Leste.
Jumlah penduduk kabupaten Malaka tahun 2019 berjumlah
194.300 jiwa. (lihat. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malaka)