Gival dan Ascal, kakak beradik menikmati dunianya sebagai seorang anak kecil |
Kamis, 21 Januari 2021 saya mengunjungi sebuah keluarga di Biuduk Fehan (Malaka) dengan tujuan bersilahturahmi. Di rumah nan sederhana Pak Melki Mennu dan Ibu
Tin, saya melihat persaudaraan yang begitu akrab di antara kedua anaknya yakni
si sulung bernama Gival dan adiknya bernama Ascal. Kepada Gival (si sulung) saya menyodorkan Ipad
Advan kepunyaan saya untuk dia menonton film Upin-Ipin yang da di Youtube. Di sini
saya mengamati ternyata sifat anak kecil begitu lucu, mereka gampang marahan
dan cepat baikan dalam bermain. Terlebih selalu mengutarakan isi hati apa
adanya, boleh dibilang. Sobat-sobatku, pecinta setapakrainumbei.blogspot.com mari
kita merefeleksikan diri dari pengalaman kehidupan seorang anak kecil.
Anak kecil. Satu sosok manusia yang merasa dunia
adalah surga. Bermain dengan lepas, tak pernah ada beban, menjadikan semuanya
adalah hiburan. Bertengkar tak pernah mau lama-lama, selalu bertanya atas nama
penasaran, mengkorelasikan apa yang sudah ia pelajari dari orang dewasa dengan
realita yang terjadi.
Penulis foto bersama Gival dan Ascal |
Pola pikirnya sederhana, dan ia hanya mengerjakan
apa yang ia suka. Potensinya ada karena ia banyak mencoba, dan sebenarnya ia
sama sekali tak ingin dikekang sekalipun atas nama “demi kebaikanmu di masa depan”.
Memang siapa yang tahu masa depan, dan bagaimana orang tua tahu bahwa apa yang
mereka paksakan adalah bekal terbaik untuk anaknya di masa depan?
Mereka banyak bertanya karena memang ingin tahu,
mana mungkin mereka bertanya untuk menyindir apalagi menguji seseorang.
Hasratnya adalah kepuasan akan sebuah jawaban, dan itu adalah naluri
alaminya sebagai seorang anak kecil. Yang ia katakan adalah jujur, tak
peduli bagaimana orang lain menilainya. Hatinya tulus, karena apa lagi
kepentingan hidupnya saat itu selain bisa terus bermain dan mengeksplorasi
dirinya?
Lihat Juga:
Kambing Hitam Bencana Selain Tuhan (Catatan Kritis atas bencana yang terjadi di awal tahun 2021)
"Belajar
dari seorang anak kecil"
Hidup kita adalah sebuah tahap metamorfosis...
Kalimat tersebut mengingatkan saya kepada Bapak
saya. Beliau pernah mengatakan kalimat tersebut, dan saat itu saya
bingung apa maksud dari kalimat yang bapak ucapkan. "Metamorfosis...?
Maksudnya apa Bapak (bapak, demikian saya memanggil ayah) ?
"Iya, hidup itu adalah sebuah tahap
metamorfosis... Di mulai dari fase janin, fase bayi, fase anak kecil, fase
remaja, fase dewasa, fase tua, dan akhirnya kematian. Setiap fase mengalami
perubahan, seperti halnya kupu-kupu," jawab Bapak.
"Dalam setiap fase akan banyak sekali perubahan
dan peristiwa yang terjadi. Namun, dasar dari semua fase tersebut adalah fase
anak kecil karena pada fase tersebut terjadi pembentukan karakter. Di mana
karakter tersebut akan digunakan dalam setiap fase berikutnya. Mengapa disebut
sebagai dasar dari semua fase..? Karena sifat dasar dari anak kecil adalah
polos dan tulus. Jadi apa saja dapat diberikan kepada mereka, dan diterima
dengan baik oleh mereka" tambah Bapak.
"Makanya, masa anak-anak adalah masa yang
sangat menyenangkan" lanjut Bapak.
Hhmmmm... Masa anak-anak adalah masa yang sangat
menyenangkan... Itu benar sekali..
Kepolosan...
Ketulusan...
Memang benar jika kedua hal tersebut hanya dapat kita rasakan saat masa kecil.
Oleh karena itu, saya sangat menyenangi dunia anak-anak. Bermain, bercanda, dan
bercengkerama dengan mereka merupakan saat-saat yang menyenangkan. Menyaksikan
kepolosan dan ketulusan hati mereka akan setiap hal yang ada disekitar mereka
merupakan sebuah pelajaran berharga yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam
kehidupan di fase dewasa.
Mereka rela melakukan apa saja demi mendapatkan satu
buah permen, coklat, atau mungkin demi mendapatkan satu koin Rp 1000,-
Namun, kepolosan dan ketulusan hati mereka sering
dimanfaatkan oleh orang-orang dewasa yang ada disekitar mereka.
Terkadang saya tertawa dalam hati ketika melihat kepolosan
dan ketulusan hati mereka... Bahkan ketika mereka sedang dimanfaatin oleh orang
dewasa... "Bodoh sekali ya anak itu" tawa saya dalam hati.
Tetapi dengan adanya kepolosan dan ketulusan hati
yang dimiliki oleh anak-anak, hidup mereka menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Hidup yang penuh warna, bahkan suatu fase yang tidak akan pernah dilupakan
sepanjang sejarah hidup seseorang.
Akhirnya saya berpikir jika kita memiliki kepolosan
dan ketulusan hati seperti yang dimiliki oleh seorang anak kecil, maka pasti
kita memiliki hidup yang sangat menyenangkan.
Polos dan tulus bukan berarti bodoh, melainkan
berpikiran positif dalam menerima dan menghadapi segala sesuatunya. Dengan
adanya kepolosan dan ketulusan hati, kita tidak akan dibayangi oleh keraguan,
ketakutan, ataupun pikiran-pikiran negatif lainnya.
Seperti halnya seorang anak kecil yang memiliki hati
polos dan tulus; demikian pula kita, baik yang masih berada dalam fase remaja,
fase dewasa, maupun fase tua sebaiknya juga memiliki hati yang polos dan tulus.
Tidak ada yang salah jika kita belajar dari seorang
anak kecil, karena dibalik jiwa seorang anak kecil terdapat kepolosan dan
ketulusan hati yang sangat luar biasa. Kepolosan dan ketulusan hati yang
akhirnya dapat membawa kita untuk dapat lebih mengerti, memahami, dan menikmati
hidup ini.
Anak kecil itu
lebih jujur dan apa adanya
Itulah kata-kata manjur yang sering keluar dari
persahabatan ala anak kecil. Beda jauh dengan orang dewasa yang sangat
selektif dan birokratif dalam memulai persahabatan. Masa kecil juga masa
terindah di mana punya begitu banyak sahabat dan kenalan tanpa batasan.
Walaupun penuh kata-kata jujur bila tak suka, namun akan kecil transparan dalam
membangun persahabatan.
Persahabatan itu bukan memilah mana untung dan rugi,
tapi bagaimana bisa bermain bersama. Andai terasa ada yang tidak puas langsung
saja dengan cekatan ia memutuskan persahabatan tanpa istilah “bicara di
belakang”
Di waktu beranjak besar, barulah kita menyadari
bahwa saat di usia dewasa manusia lebih mementingkan logika dalam berteman
bukan sebatas nyaman semata. Bukan sesuatu yang aneh saat ada istilah teman
mencari keuntungan, memanfaatkan teman dan sampai teman makan teman. Semua
karena logika sudah bermain.
Di usia dewasa pulalah jumlah pertemanan semakin
sedikit, selain karena lokasi bermain yang semakin sempit. Serta aktivitas dan
rutinitas membentuk suatu kebiasaan mengharuskan selektif memilih teman. Pola
pikir juga sudah berbeda dijamin pembicaraan tak seseru saat masih kecil seakan
ada gengsi dan batasan-batasan mutlak dalam persahabatan ala orang dewasa.
Nostalgia kembali masa kecil bila dipikir-pikir jadi
sangat indah, apalagi masa itu lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan
segala permainan alam. Bukan terbelenggu dengan gadget masing-masing.
Saya pribadi pernah membaca bagaimana teman masa
kecil punya andil menjadi teman seumur hidup. Persahabatan yang terjalin lebih
dari 8 tahun akan awet sampai mati. Coba dihitung-hitung apakah kalian punya
sahabat yang seperti itu? Bila ada pertahankan sebaik mungkin.
Jangan melihat teman masa lalu tidak sesukses atau
sepintar dirimu, namun lihat perjuangannya menjadi temanmu. Berganti waktu dan
tahun segala tindak tanduk dirimu sejak masih kecil. Bukan terlalu legowo
dengan teman yang baru dikenal kemarin sore tetapi sudah begitu akrab denganmu.
Mana tahu ia ingin mencari keuntungan atau meninggalkan saat dirimu jatuh.
Kedekatan dirimu dengan sahabat masa kecil seakan ia
mengetahui seluk beluk dirimu sebenarnya. Makanya jangan heran pendapat seorang
sahabat masa kecil begitu ditunggu. Karena persahabatan yang lama seakan
berakar kepada pengetahuan kepada sahabatnya. Ia memuji sepantasnya dan
mengkritik sewajarnya.
Kedekatan dengan sahabat masa kecil itu paing tulus
saat beranjak dewasa. Walaupun usia sudah dewasa tapi rasa tulus dan yakin satu
sama lain seakan kembali ke masa kecil. Paling menarik dari teman masa kecil
adalah bercerita akan segala kenangan saat kecil dan sesekali tertawa terbahak
mengingat kenangan itu.
Apakah kalian punya sahabat masa kecil yang
menyenangkan dan tak terlupa terganti oleh zaman? Bila ada bisa share di
kolom komentar. Persahabatan masa kecil setulus-tulusnya jalinan persahabatan.
Semoga menginspirasi.
@MyComfortPalace
Biuduk Fehan, 21 Januari 2021
Penimba Inspirasi Jalan Setapak