Salah satu kegiatan anak sekolah belajar online (daring) |
SUDAH setahun dunia berjuang melawan covid-19.
Memasuki tahun baru 2021, ancaman pandemi covid-19 malah kian menggila. Tak
mengherankan miliaran orang mati-matian mencari vaksin demi mempertahankan
hidup. Dalam negeri, sejak Maret 2020 kita mulai mengenal suatu kebijakan
'adaptasi kebiasaan baru'. Adaptasi kebiasaan baru ini menjadi hal wajib untuk
dunia pendidikan berhadapan dengan covid-19 yang tetap saja menjadi momok tak
kelihatan serentak menakutkan.Ilustrasi
Dalam dunia pendidikan terlihat adanya usaha untuk segera
kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Namun, rencana
dan kerinduan untuk kembali ke arena belajar mengajar di kelas harus disimpan
dulu demi kewaspadaan akan bahaya penularan virus covid-19. Para siswa dan guru
diwajibkan untuk tetap melaksanakan proses belajar mengajar dengan cara daring
(online learning). Rasanya memang tidak seefektif pengajaran tatap muka. Siswa
atau mahasiswa harus puas dengan hanya mengikuti pelajaran lewat layar laptop
dan smartphone.
Keluhan
Tak sedikit
deretan keluhan akibat adanya pelajaran dengan metode daring ini. Pertama,
keterbatasan komunikasi antara guru/dosen dan siswa/mahasiswa. Lantaran
keterbatasan komunikasi, group discussion mahasiswa pun tak dapat dilaksanakan.
Padahal, bagi mahasiswa, group discussion ialah kesempatan berharga untuk
saling memperkaya konsep dan gagasan.
Kedua, tingginya biaya untuk pembelajaran daring.
Hal ini disebabkan keharusan memiliki smartphone dan tentunya pulsa yang tidak
sedikit. Mungkin bagi mereka yang tinggal di perkotaan, soal memiliki telpon
pintar dan pulsa itu masalah lumrah. Namun, bagi mereka yang tinggal di
pedalaman dan perdesaan, memiliki telpon pintar, pulsa, dan jaringan internet
merupakan suatu masalah serius.
Ketiga, tentang SDM. Tidak semua guru ataupun siswa
terampil menggunakan teknologi yang berkaitan dengan pelajaran daring.
Keluhan-keluhan ini ialah tantangan nyata dalam dunia pendidikan akibat adanya
pandemi covid-19. Lantas, bagaimana kita bersikap dalam kondisi seperti ini?
Apakah kita tinggal menyerah pasrah pada kesulitan-kesulitan di atas?
Baca Juga:
Menjaga Wibawa Dan Martabat Peradilan Melalui Protokol Persidangan Dan Keamanan
Kemendikbud menerbitkan Surat Edaran No 15/2020
tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19. Disebutkan, tujuan dari pelaksanaan belajar dari rumah
(BDR) ialah memastikan pemenuhan hak peserta didik, untuk mendapatkan layanan
pendidikan selama darurat covid-19, melindungi warga institusi pendidikan dari
dampak buruk, mencegah penyebaran, dan penularan dalam institusi pendidikan,
dan, memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik,
dan orangtua.
Pemerintah motivator
Terlihat di sini, pemerintah hadir lewat Kemendikbud
sebagai motivator bagi institusi pendidikan dalam menghadapi tantangan pandemi
covid-19. Dengan adanya motivasi ini, semangat juang di masa-masa sulit ini
tidak boleh dipadamkan. Itu berarti semangat kewaspadaan, kreativitas, dan
inovasi dalam diri pendidik dan anak didik harus tetap dikobarkan. Hal yang
dapat menjadi motivasi kita juga ialah bahwa pesan Pembukaan UUD 1945 tentang
negara dan bangsa tercinta ini siap hadir bersama kita untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Lalu bagaimana semangat itu harus kita peroleh?
Semangat juang memerangi covid-19 itu harus tetap ada dalam mengayunkan
langkah-langkah awal dalam kehidupan kita pada 2021. Semangat atau spirit ini
tentunya berangkat dari rasa keyakinan atau keberagamaan kita bahwa kita tidak
gampang menyerah pada tantangan. Selalu ada jalan keluar dan selalu ada harapan
bagi orang yang berkeyakinan hanya pada Tuhan.
Pakar pendidikan Inggris Ian Matthews dalam bukunya,
Social Work and Spirituality, menjelaskan spiritualitas sebagai berikut. Inti
pemikiran tentang spiritualitas ialah kata spirit. Kata spirit adalah satu kata
yang banyak dipakai dalam banyak konteks. Bisa saja digunakan, untuk hal-hal
biasa dalam pergaulan sehari-hari. Namun, kata spirit ini dapat diterapkan pada
konteks religius dan filosofis.
Ian Matthews menjelaskan spiritualitas ialah esensi
manusia itu sendiri sebagai individu yang unik, yang membedakan aku dengan
orang lain (me and you). Itulah daya kekuatan, energi, dan harapan hidup dari
seseorang. Inilah hal yang paling dalam dari diri kita, yang membimbing kita,
dan memotivasi kita.
Inilah hal yang memampukan seseorang untuk survive
dalam kondisi buruk mengatasi kesulitan-kesulitan dan menjadi diri sendiri.
Dengan kata lain, spiritualitas merupakan ekspresi seorang manusia untuk
membentuk diri orang tersebut dan menjadi sumber kekuatan dari dalam dirinya,
yakni sumber penopang di saat-saat kritis.
Spiritualitas jadi motivasi
Dalam kaitan dengan pendidikan di masa pandemik
covid-19 ini, spiritualitas dapat menjadi motivasi bagi kita untuk bergerak
maju demi pencerdasan putra-putri bangsa ini. Motivasi ini menjadi pendorong
kuat anak-anak bangsa yang percaya kepada Tuhan agar bertahan dan bergerak maju
menghidupkan gairah mendidik dalam institusi pendidikan kita bersama dengan
manajemen SDM-nya, yakni para kepala sekolah, para guru, siswa, dan orangtua,
bahkan komite sekolah, pemerintah, dan organisasi-organisasi terkait.
Tentunya, dunia pendidikan tidak boleh menyerah pada
kesulitan covid-19. Institusi pendidikan kita tidak bisa berlari meninggalkan
kancah peperangan, membiarkan baik siswa maupun mahasiswa sekaligus masyarakat
melangkah sendirian tanpa orientasi yang jelas.
Jalan satu-satunya memenangi peperangan ialah terjun
ke tengah medan pertempuran itu sendiri, berusaha mengelolanya secara
strategis, dan menghadapinya dengan pelbagai metode dan cara. Itu berarti
berhadapan dengan wabah virus covid-19 ini, institusi pendidikan harus mampu
berjuang dengan penuh kewaspadaan, kreativitas, dan inovasi.
Dengan kata lain, berhadapan dengan perang melawan
covid-19, para pelaku pendidikan harus bisa mengadopsi kebiasaan baru dan
menjadikannya suatu habitus setiap hari, untuk sesering mungkin mencuci tangan,
menjaga jarak 1,5 meter, mengenakan masker, dan terus mengusahakan adanya
kreativitas dalam pembelajaran daring.
Hal yang tidak kalah penting juga, daya tahan
terhadap serangan covid-19 ini dapat membuat kita berimajinasi agar
inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan dapat dimunculkan. Untuk itu, kita
kembali lagi kepada semangat dalam dada kita, kepada spirit untuk tidak gampang
menyerah. Sambil menutup tulisan ringan ini, saya mengutip Komodor Yos Sudarso,
pahlawan nasional. 'Kobarkan terus semangat pertempuran' di segala lini,
khususnya di lini pendidikan.
Meme lucu sekolah online |
Referensi:
https://mediaindonesia.com/opini/376745/spiritualitas-pendidikan-era-covid-19
https://www.unicef.org/indonesia/id/stories/menuju-dunia-pasca-covid-19-yang-berkelanjutan-serta-inklusif-dan-ramah-bagi-penyandang
https://pusdatin.kemdikbud.go.id/pembelajaran-online-di-tengah-pandemi-covid-19-tantangan-yang-mendewasakan/