Viral Dosen USU Salah Sangka dan Terharu Perjuangan Mahasiswi Yatim-Piatu

Viral Dosen USU Salah Sangka dan Terharu Perjuangan Mahasiswi Yatim-Piatu

Dosen USU, Syafruddin Pohan, bersama mahasiswinya, Nurul (Foto: Istimewa)

Medan - Perjuangan Nurul, mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU), bikin Syafruddin Pohan terharu. Dosen Komunikasi FISIP USU ini menceritakan peliknya tantangan Nurul berkuliah.

Cerita yang dibuat Syafruddin kemudian viral di media sosial (medsos). Syafruddin menceritakan soal perjuangan Nurul berkuliah dengan berbagai keterbatasan.

Syafruddin sempat salah sangka terhadap Nurul. Sebab, ada mata kuliah dari mahasiswinya tersebut yang tidak lulus.

"Nurul ini kan mahasiswi saya. Jadi, dia ada beberapa mata kuliah yang diambil sama saya. Waktu berlalu, mata kuliah ada yang tidak lulus. Saya berpatokan pada peraturan juga, kalau tidak ikut UTS atau segala macam, kan ada sanksinya. Jadi, itu di luar pengetahuan saya kalau dia nggak kuliah itu karena kekurangan ongkos atau apa. Waktu itu saya nggak tahu," ujar Syafruddin kepada detikcom, Jumat (29/1/2021).

Waktu berjalan, Syafruddin berjumpa dengan Nurul. Mahasiswinya itu meminta ujian khusus dengannya.

"Saya jumpa sama dia, dia bilang, 'saya mau ujian khusus sama Bapak', ada beberapa gitu kan. Karena sudah bimbingan skripsi segala macam, tapi persyaratannya mesti ada perbaikan dulu baru nanti sidang begitu. 'Oke baiklah' saya bilang gitu kan, dengan waktu yang disepakati, untuk mata kuliah saya, 'buat saja tugas, ini topiknya. Nanti, kalau telah selesai hubungi Bapak'," kata Syafruddin.

Nurul mengerjakan tugas itu dengan cepat. Awalnya, Nurul diminta menyerahkan tugas itu kampus pada Senin (18/1). Namun Syafruddin yang lama menunggu tidak ditemui oleh Nurul. Syafruddin memutuskan pulang saat waktu beranjak sore.

Sesaat di jalan pulang, Syafruddin dikabari Nurul. Dia meminta maaf karena tidak bisa menyerahkan tugas di kampus. Nurul pun meminta alamat Syafruddin untuk menyerahkan tugas yang sudah diselesaikannya.

"Setelah itu saya pulang, di tengah jalan, biasanya di lampu merah ada jeda, interval waktu, saya liat HP, buka WA. Dia bilang, 'maaf, Pak, saya tadi tidak bisa jumpai Bapak karena tempat rental pengetikan dan penjilidan saya itu mati lampu. Jadi nggak bisa saya penuhi'," ujar Syafruddin.

Syafruddin menduga mahasiswinya hanya mencari alasan karena tak menyerahkan tugas yang diberinya. Syafruddin akhirnya memberikan alamat setelah Nurul meminta maaf.

"Dalam hati saya, kalau mahasiswa nggak jauh-jauh ini, pasti bikin alasan. Tapi saya nggak ngomong apa-apa, cuma membatin aja. Nah, ini lagi-lagi modus kayaknya begitu ya saya pikir. Kemudian dia mengatakan mohon maaf, 'kalau bisa saya minta alamat lengkap Bapak, saya mau serahin tugas saya ini'. Karena saya berempati juga, saya nggak tahu ya seperti itu. Saya nggak tahu kondisi sosial-ekonominya, saya nggak tahu. Jadi saya kasih alamat lengkapnya," kata dia.


 Lihat Juga:


Simak cerita Syafruddin terharu atas perjuangan Nurul 

Pengalaman mengajar bertahun-tahun menajamkan intuisi Syafruddin soal 'isi otak' mahasiswa. Lama menunggu, Syafruddin memilih beristirahat.

"Tapi di situ saya membatin, ini kayaknya bukan anak berkecukupan. Biasanya kan anak zaman now, minta di-share loc (kirim lokasi). Sampai saat di rumah, saya tunggu setengah jam. Kalau ukuran dari kampus ke rumah setengah jam itu udah sampai. Dia tidak sampai. Kemudian saya tidur, karena kecapean," sebut Syafruddin.

Beberapa saat kemudian Syafruddin dibangunkan istrinya karena ada mahasiswi datang dengan mengendarai sepeda. Syafruddin kaget.

"Baru sekitar pukul 17.30 WIB, oleh istri dibangunin ada mahasiswa datang naik sepeda. Pas tahu naik sepeda, saya langsung lompat. Saya langsung refleks, lalu pakai baju kemeja seadanya jumpai mahasiswa tersebut," ujar Syafruddin.

Berempati karena tahu Nurul bersepeda untuk mendatangi rumahnya, Syafruddin membuka pembicaraan soal kondisi sosial-ekonomi Nurul.

"Ini naik sepeda ini dari mana? Nurul mengaku dari rumahnya dari Medan Tembung. Jadi, hanya untuk nyerahkan tugas ini? Iya, Pak," ujar Syafruddin.

Sore itu Medan diguyur hujan. Istri Syafruddin pun memberikan mantel kepada Nurul. Di sela-sela itu, mereka pun kembali mengobrol. Syafruddin pun bertanya soal kondisi orang tua Nurul. Dia tersentak, tak menyangka Nurul anak yatim-piatu.

"Kalau ayah kelas IV SD sudah meninggal. Sakit apa? Diabetes. Ibu? Sudah meninggal, nggak berapa lama bapak meninggal, ibu kena kanker," kata Syafruddin menirukan dialog dengan Nurul.

Nurul mengaku tinggal bersama kakak dan abangnya. Namun ekonomi kakak-abangnya pun tidak mendukung proses kuliahnya. Nurul mengaku tak bisa berkuliah saat tak punya uang.

Untuk menutupi kebutuhannya, Nurul mencari penghasilan dengan mengajar mengaji anak-anak. Honor dari situlah yang jadi ongkos untuk berkuliah.

Nurul kini sedang berjuang menyiapkan skripsinya. Saat ini, banyak masyarakat pun telah mendukung Nurul. Syafruddin berharap nasib baik selalu menyertai Nurul.


Berita ini diambil dari:

https://news.detik.com/berita/d-5354164/viral-dosen-usu-salah-sangka-dan-terharu-perjuangan-mahasiswi-yatim-piatu

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama