Foto: Mahasiswi yatim-piatu di USU dapat kado dari Rektor USU usai sidang (dok. Istimewa)
Medan - Perjuangan
mahasiswi Universitas
Sumatera Utara (USU),
Nurul, yang bersepeda puluhan Km dari rumahnya demi mengantar tugas ke dosen
berbuah manis. Mahasiswi yang membiayai sendiri kuliahnya itu telah
menyelesaikan studinya di USU.
"Sudah (sidang meja hijau), (dengan nilai) sangat memuaskan kata penguji," kata Nurul di Medan, Senin (1/2/2021).
Selain menyelesaikan studi, Nurul juga mendapatkan hadiah dari Rektor USU Muryanto Amin. Nurul mendapatkan sepeda motor untuk menggantikan sepeda yang selama ini dipakainya dari rumah ke kampus.
Nurul,
yang berstatus sebagai yatim-piatu, mengaku sangat senang mendapatkan sepeda
motor. Dia mengaku tidak menyangka akan mendapatkan hadiah.
"Rasanya
Alhamdulillah sangat senang sekali. Makasih banyak kepada Pak Rektor khususnya
dan semua kalangan, sangat nggak sangka, itu lah rezeki Allah dari yang nggak
disangka-sangka," ujarnya.
Nurul
mengatakan sepeda motor ini akan dia gunakan untuk aktivitas setelah lulus. Dia
akan menggunakan sepeda motor itu untuk mengajar.
Sementara
itu, Muryanto mengatakan peristiwa yang terjadi terhadap Nurul akan menjadi
pelajaran baginya sebagai Rektor USU yang baru. Dia berjanji akan mendata
mahasiswa yang kekurangan biaya.
"Ini
jadi pelajaran juga bagi kita, nanti kita akan mendata mahasiswa-mahasiswa yang
kesulitan biayanya, misalnya yatim-piatu. Bisa juga mahasiswa yang niat kuliahnya
itu tinggi tapi karena orang tuanya susah nanti kita cari jalan keluar sama
mereka," ucap Muryanto.
- Viral Dosen USU Salah Sangka dan Terharu Perjuangan Mahasiswi Yatim-Piatu
- Hanya Diupah Rp30 Ribu Per Hari, Bocah 14 Tahun Ini Harus Hidupi 2 Adik & Bayar Utang Orang Tua
- Potret Bocah Jual Bakpao Keliling, Ditanya Alasan Cari Uang Jawabannya Bikin Terharu
- Ternyata Cinta Yang Menguatkan; Ad Multos Annos (Secarik Kertas Refleksi)
Sebelumnya,
kisah Nurul saat berkuliah viral. Dosen Komunikasi FISIP USU, Syafruddin Pohan,
menceritakan kisah pelik Nurul untuk bisa berkuliah.
Cerita
yang dibuat Syafruddin kemudian viral di media sosial (medsos). Syafruddin
menceritakan soal perjuangan Nurul berkuliah dengan berbagai keterbatasan.
Syafruddin
sempat salah sangka terhadap Nurul. Sebab, ada mata kuliah dari mahasiswinya
tersebut yang tidak lulus.
"Nurul
ini kan mahasiswi saya. Jadi, dia ada beberapa mata kuliah yang diambil sama
saya. Waktu berlalu, mata kuliah ada yang tidak lulus. Saya berpatokan pada
peraturan juga, kalau tidak ikut UTS atau segala macam, kan ada sanksinya.
Jadi, itu di luar pengetahuan saya kalau dia nggak kuliah itu karena kekurangan
ongkos atau apa. Waktu itu saya nggak tahu," ujar Syafruddin kepada
detikcom, Jumat (29/1).
Waktu
berjalan, Syafruddin berjumpa dengan Nurul. Mahasiswinya itu meminta ujian
khusus dengannya.
"Saya
jumpa sama dia, dia bilang, 'Saya mau ujian khusus sama Bapak', ada beberapa
gitu kan. Karena sudah bimbingan skripsi segala macam, tapi persyaratannya
mesti ada perbaikan dulu baru nanti sidang begitu. 'Oke baiklah' saya bilang
gitu kan, dengan waktu yang disepakati, untuk mata kuliah saya, 'buat saja
tugas, ini topiknya. Nanti, kalau telah selesai hubungi Bapak'," kata
Syafruddin.
Nurul
kemudian mengerjakan tugas dan diminta menyerahkan tugas itu ke kampus pada
Senin (18/1). Namun, Syafruddin yang lama menunggu tidak kunjung ditemui oleh
Nurul. Syafruddin memutuskan pulang saat waktu beranjak sore.
Sesaat
di jalan pulang, Syafruddin dikabari oleh Nurul. Dia meminta maaf karena tidak
bisa menyerahkan tugas di kampus. Nurul pun meminta alamat Syafruddin untuk
menyerahkan tugas yang sudah diselesaikannya.
Syafruddin
mengaku sempat menyangka Nurul mencari-cari alasan. Dia pun memilih istirahat
sembari kelamaan menunggu Nurul. Beberapa saat kemudian Syafruddin dibangunkan
istrinya karena ada mahasiswi datang dengan mengendarai sepeda. Syafruddin
kaget.
"Ini
naik sepeda ini dari mana? Nurul mengaku dari rumahnya dari Medan Tembung.
Jadi, hanya untuk nyerahkan tugas ini? Iya, Pak," ujar Syafruddin.
Saat
itulah dia mengetahui Nurul merupakan yatim-piatu sejak sekolah. Nurul mengaku
tinggal bersama kakak dan abangnya dan kondisi ekonomi kakak-abangnya tidak
mendukung kuliahnya. Nurul mengaku tak bisa pergi ke kampus saat tak punya
uang.
Untuk
menutupi kebutuhannya, Nurul mencari penghasilan dengan mengajar mengaji
anak-anak. Honor dari situlah yang jadi ongkos untuk berkuliah. Kini,
perjuangan Nurul berbuah manis.
Artikel
ini diambil dari:
https://news.detik.com/berita/d-5357312/buah-perjuangan-mahasiswi-yatim-piatu-di-usu-lulus-dapat-motor-dari-rektor/2