Dengan tubuh mungilnya, ia harus bekerja sebagai penarik amal di jalan.
Hidup adalah perjuangan. Betapa beratnya beban hidup
harus dijalani oleh setiap manusia. Tidak boleh banyak mengeluh.
Seperti dialami remaja ini. Beban hidup yang luar
biasa kini harus ditanggungnya seorang diri. Setelah ditinggal pergi
selama-lamanya oleh kedua orangtua, Taufik (14) kini harus menghidupi kedua
adiknya.
Berbekal tubuhnya yang mungil, ia rela kerja setiap
hari demi menjaga kelangsungan hidup kedua adiknya. Ia tak menghiraukan setiap
curahan keringat yang menetes asal kedua adiknya dapat makan dan sekolah.
Rela Putus
Sekolah Demi Dua Adik
Cerita Bocah 14 Tahun Hidupi Dua Adik dan Harus Lunasi Utang Orangtuanya © Kitabisa.com |
Cerita haru Taufik dimulai dari sepeninggal kedua orangtuanya yang telah dipanggil Tuhan. Merasa bertanggungjawab atas hidup kedua adiknya, ia pun lantas memutuskan putus sekolah.
Demi kelanjutan hidup mereka, Taufik rela membanting
tulang dan kerja serabutan agar kedua adiknya tetap dapat bersekolah dan
menikmati masa bermain.
" Semenjak orangtuanya meninggal dunia, Taufik
(14) rela putus sekolah untuk menjadi satu-satunya tulang punggung bagi kedua
adiknya yang masih kecil," dikutip dari laman kitabisa.
Lihat Juga:
- Pelacur dalam Koper, Oleh: Mhetallo Adonara (Mary, kisah kelam seorang pelacur renta di Yokohama)
- Terlilit Utang, Mahasiswi Ini Pura-pura Diculik dan Minta Rp 60 Juta (Hindari Kebiasaan Ini Agar Hutang Tidak Semakin Bertumpuk)
- Viral Dosen USU Salah Sangka dan Terharu Perjuangan Mahasiswi Yatim-Piatu
- Pelajaran Berharga dari seorang Pendiri Facebook, MARK ZUCKERBERG "Sukses namun tetap sederhana"
Berjalan Kaki 2
KM Menuju Tempat Bekerja
Kini, Taufik diketahui menggantungkan hidupnya
dengan bekerja sebagai penarik amal yang berdiri di pinggir jalan untuk
pembangunan sebuah masjid raya di sekitar Jalan Raya Curah Batu.
Untuk sampai di tempatnya bekerja, Taufik pun harus
menempuh perjalanan sepanjang 2 kilometer setiap harinya dengan berjalan kaki.
Rasa lelah yang ia alami tak menyurutkan keyakinannya untuk berjuang dan bekerja
setiap hari.
" Setiap hari, Taufik menempuh 2-3 kilometer
dengan berjalan kaki ke Jalan Raya Curah Batu untuk membantu menarik amal
Pembangunan Masjid," dikutip dari laman kitabisa.
Upah Rp30 Ribu
Melewati perjalanan panjang tak membuat Taufik
lantas mendapatkan upah sebanding. Ia rela menelan kepahitan lantaran hanya
mendapatkan uang sebesar Rp30 ribu setiap hari.
Uang hasil ia bekerja selama 5 jam tersebut ia
gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga biaya sekolah kedua adiknya.
Ia diketahui mulai bekerja dari pukul 7 pagi hingga 12 siang.
" Taufik menjadi penarik amal dari jam 07.00
WIB-12.00 WIB dengan upah Rp30 ribu. Pendapatan ini ia gunakan untuk biaya
sehari-hari dan sekolah kedua adiknya," dikutip dari laman kitabisa.
Banting Tulang
Lunasi Utang Orangtua
Tak hanya berusaha memenuhi kebutuhan dirinya dan
kedua adiknya yang masih kecil, Taufik pun juga harus terbebani melunasi utang
kedua orang tuanya yang ditinggalkan semasa hidup.
" Taufik terus berusaha untuk bisa mencukupi
kebutuhan sehari-hari dan sekolah kedua adiknya, belum lagi utang kedua
orangtuanya yang belum terbayarkan membuat Taufik bekerja lebih keras lagi
dengan harapan bisa melunasi utang kedua orangtuanya," dikutip dari laman
kitabisa.
Bahkan, setiap minggunya Taufik harus menemui pihak
bank tempat kedua orangtuanya berutang. Pihak bank terus datang menemuinya
sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk menagih utang kedua orangtuanya.
" Setiap hari Selasa dan Kamis, Taufik harus
betemu dengan petugas bank. Mereka datang menagih utang orangtua Taufik. Karena
ia adalah anak pertama, Taufik merasa memiliki tanggung jawab atas utang dan
nasib kedua adiknya," dikutip dari laman Kitabisa.com.
Banyak pihak yang dapat meringankan beban yang
dipikul Taufik seorang diri. Penggalangan dana untuk membantu Taufik dan kedua
adiknya dapat disalurkan melalui pembayaran yang dapat diproses melalui
laman Kitabisa.com berikut ini.
Artikel
ini diambil dari: