Daftar di bawah ini akan menjelaskan sembilan
peristiwa "terlupakan" yang telah mengubah peradaban manusia, dan
mungkin keberadaan kita sendiri.
1. Sabotase air
berat Norwegia
Ketika
sedang mengembangkan senjata nuklir, seseorang harus memperoleh "air
berat" dalam jumlah besar, atau dalam hal ini disebut dengan Deuterium
Oksida. Air ini digunakan untuk menghasilkan isotop untuk senjata nuklir, yaitu
Plutonium-239.
Dilansir
dari laman Atomic Heritage, sebuah pabrik produksi pupuk di Norwegia
dipakai untuk menghasilkan air berat dengan laju dua belas ton per tahun sejak
tahun 1934.
Menyadari kalau para ilmuwan Nazi Jerman sedang mencoba untuk membuat senjata nuklir di pabrik ini — mengingat Norwegia adalah sekutu Jerman pada saat Perang Dunia II, pasukan khusus Sekutu memperingatkan kelompok-kelompok perlawanan Norwegia dan mendorong mereka untuk menghancurkan fasilitas itu di tahun 1940.
Meskipun mengalami beberapa kegagalan, penyabotasean
ini berhasil menghancurkan pasokan air berat Jerman pada tahun 1943. Pada tahun
1944, satu komando Norwegia berhasil menyelinap ke sebuah kapal yang membawa
air berat Jerman dan menenggelamkannya. Peristiwa ini pun merusak rencana
Jerman untuk memperoleh senjata nuklir.
Pada saat itu, Jerman sudah memiliki kemampuan
ilmiah untuk menghasilkan senjata nuklir, dan mereka hanya kekurangan
bahan-bahannya. Seandainya kelompok perlawanan di Norwegia tidak pernah ada,
Jerman mungkin bisa menciptakan bom atom, memenangkan perang, dan mengubah
sejarah dunia.
2. Flu Spanyol
Pada tahun 1918, dunia bersukacita karena Perang
Dunia I berakhir. Sayangnya, bentuk kematian lain bernama Flu Spanyol yang jauh
lebih menyeramkan mulai merenggut nyawa manusia setelahnya. Hanya dalam waktu
dua tahun, virus itu telah membunuh antara lima puluh juta hingga seratus juta
orang di seluruh dunia.
Dilansir History, dikatakan kalau Flu Spanyol
telah membunuh lebih banyak manusia selama dua puluh lima minggu daripada AIDS
dalam dua puluh lima tahun terakhir — atau memakan korban lebih banyak selama
setahun daripada Maut Hitam dalam satu abad.
Walau membunuh banyak orang, nyatanya wabah ini
berhasil memberi para ilmuwan modern pandangan revolusioner pada suatu epidemi,
membuka jalan bagi kemajuan besar dalam bidang kedokteran.
Selain itu, masuknya pasien dalam jumlah besar
menyebabkan ledakan di bidang medis, meningkatkan gaji dokter dan mendorong
banyak orang untuk menekuni profesi kedokteran (menjadi tren yang berlanjut
hingga hari ini).
3. Konferensi
Bretton Woods
Pada tahun 1944, ketika alur Perang Dunia II mulai
berbalik ke pihak Sekutu, 730 delegasi dari keempat puluh empat negara Sekutu
bertemu di sebuah hotel besar di New Hampshire. Pertemuan itu sendiri diadakan
dalam upaya untuk melarang praktik-praktik yang disepakati akan membahayakan
"kesejahteraan dunia."
Mengutip dari Britannica, setelah pertemuan ini
Dana Moneter Internasional (IMF) didirikan, semua mata uang diharuskan dapat
dikonversi untuk perdagangan, dan nilai tukar dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga satu negara tidak akan berkuasa lebih atas negara lainnya.
Ide-ide yang diajukan dan dilaksanakan pada
konferensi ini mengarah pada pengembangan Bank Dunia. Singkatnya, ekonomi
internasional yang sekarang kita rasakan dan (terkadang) nikmati berasal dari
sebuah pertemuan di daerah pedesaan New Hampshire.
4. Perang Krimea
Dilansir dari laman Britannica, Perang Krimea
adalah perang antara Kekaisaran Ottoman, Kekaisaran Prancis, dan Kerajaan
Inggris melawan Kekaisaran Rusia pada tahun 1853-1856. Meskipun pasukan Sekutu
berhasil memenangkan perang tersebut, nyatanya Kekaisaran Ottoman malah
terpaksa mengambil pinjaman besar-besaran dari Prancis dan Inggris.
Sekitar enam puluh tahun kemudian, Ottoman memilih untuk
memihak Jerman dalam Perang Dunia I, dengan harapan kemenangan di pihak Sentral
yang notabene akan membatalkan pinjaman mereka terhadap Inggris dan Prancis.
Sayang untuk Ottoman, mereka berhasil dikalahkan.
Prancis dan Inggris, yang mungkin kesal, melakukan balas dendam dengan membagi
kekaisaran tersebut menjadi sejumlah negara, menciptakan perbatasan dan entitas
politik baru.
Peristiwa ini, pada intinya, membentuk Timur Tengah
seperti yang kita kenal sekarang, dan telah menabur lebih banyak lagi benih
masalah yang akan terjadi di wilayah itu sampai hari ini.
5. Pengusiran
orang Kristen dari Jepang
Pada awal 1600-an, Misionaris Katolik di Jepang
berhasil mengubah sejumlah penguasa feodal yang kuat menjadi Katolik. Dengan
demikian, mereka berhasil mengumpulkan banyak pengikut di negara yang sebagian
besar beragama Shinto itu.
Mengutip dari laman Tofugu.com, Shogun Tokugawa
Lemitsu mengusir semua orang Kristen dari pulau itu pada tahun 1639 karena
takut akan peningkatan populasi Katolik dan pemberontakan yang disebabkan oleh
kelompok-kelompok ini.
Tidak disangka, keputusan ini ternyata malah
menciptakan butterfly effect. Seandainya Lemitsu tidak mengusir
orang-orang Katolik pada saat itu, kemungkinan besar, seiring dengan waktu,
seorang Shogun Katolik akan naik ke tampuk kekuasaan Jepang.
Kesetiaan kepada Paus di Vatikan juga mungkin akan
memupuk aliansi dengan Prancis dan Spanyol. Lalu, seandainya Jepang berada di
pihak Prancis dan Spanyol selama Perang Tujuh Tahun melawan Inggris,
kemungkinan Inggris akan berhasil dikalahkan.
Kekalahan seperti itu kemungkinan besar akan
membatalkan kolonisasi Inggris ke benua Amerika, sehingga akan mencegah
kedatangan orang-orang Amerika dan Restorasi Meiji di masa mendatang.
6. Laksamana
Matthew Perry membuka jalur perdagangan antara Amerika dengan Jepang
Bisa dibilang kalau peristiwa ini sangat berhubungan
dengan peristiwa di poin sebelumnya. Dilansir History.navy.mil, pada tahun
1854, setelah berabad-abad melakukan politik isolasi, Laksamana dari Amerika,
Matthew C. Perry, berhasil mendorong Jepang untuk membuka diri terhadap
perdagangan luar negeri.
Jepang pada dasarnya masih negara feodal, dan para
pemimpin Jepang mulai memahami jurang besar di antara negara mereka dengan
dunia industri Barat. Dalam upaya untuk memodernisasi Jepang secara cepat,
mereka membutuhkan banyak sumber daya yang tidak dapat diperoleh dari pulau
mereka.
Hal ini menyebabkan invasi Jepang ke Korea, yang
pada waktu itu adalah negara pengikut Tiongkok. Jepang pun memihak Sekutu
selama Perang Dunia I, dan terus memperluas wilayahnya setelah perang berakhir.
Pada tahun 1931, Jepang menginvasi Manchuria dan membuat negara-negara Barat
marah.
Jepang pun menanggapinya dengan menarik diri dari
Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1933. Pada tahun 1937, Jepang melanjutkan rencana
mereka untuk menyerang Tiongkok, dan Indocina dari Prancis pada tahun 1940. Hal
ini membuat Amerika Serikat memberlakukan embargo minyak pada Kekaisaran
Jepang.
Karena tidak dapat melanjutkan serangan ke Tiongkok
tanpa minyak, Jepang pun menyerang Pearl Harbor — menyiapkan panggung untuk
Teater Pasifik selama Perang Dunia II, dan akhirnya mengantarkan dunia ke era
atom setelah Amerika menjatuhkan bom nuklir ke Hiroshima dan Nagasaki.
Lihat Juga: Mengenal Mayor Udara Corinus Krey, Pencetus nama Irian yang terlupakan
7. Tenggelamnya
kapal Titanic
Kisah mengerikan dari kapal pesiar yang terkenal ini
memang telah diceritakan berkali-kali. Walau tragis, nyatanya peristiwa ini
telah menciptakan beberapa hal positif, salah satunya adalah zaman keemasan
radio.
Dilansir laman Spectrum.ieee.org, setiap
kapal wajib memiliki telegraf nirkabel setelah Titanic tengelam, dan akhirnya
radio harus dipasang dan dijaga untuk selalu aktif setiap saat.
Bekerja dengan shift yang lama di sebelah radio
terkadang menjadi sangat membosankan, sehingga para pekerja radio akhirnya
mulai memainkan instrumen dan lagu satu sama lain sebagai bentuk hiburan.
Ide ini pun menyebar, dan radio dengan cepat
digunakan untuk menyebarkan berita dan menghibur keluarga di seluruh dunia.
Meskipun tragedi ini mengerikan, tenggelamnya Titanic memungkinkan radio untuk
menjadi bentuk hiburan global pertama di dunia.
8. Perang Boer
Perang Boer sebenarnya terdiri dari dua perang
terpisah yang terjadi di pemukiman Belanda dan Kerajaan Inggris di tempat yang
sekarang menjadi Afrika Selatan. Perang Boer Pertama berlangsung dari tahun
1880 hingga 1881, dan yang kedua terjadi antara tahun 1899 dan 1902.
Berdasarkan dokumen dari BBC, Perang Boer Kedua
menjadi perang yang paling mengubah sejarah, karena saat itu Inggris menangkap
penduduk sipil dan menempatkan mereka di kamp-kamp konsentrasi — menandai
pertama kalinya rakyat sipil digunakan oleh kekuatan modern.
Selama perang berlangsung, Kekaisaran Jerman
memandang Inggris sebagai pihak yang lemah, dan secara terbuka mendukung Boer
dan sekutu mereka. Dihina oleh Jerman dan dipermalukan oleh ketidakmampuan
mereka untuk berurusan dengan Boer, Inggris menjadi lebih terlibat dalam
politik dunia.
Inggris pun memperkuat hubungan dengan Rusia dan
Prancis sementara tetap memusuhi Jerman. Permusuhan ini akan terus tumbuh, dan
akan mencapai puncaknya dalam Perang Dunia I, yang dengan sendirinya menentukan
jalannya sejarah umat manusia di abad ke-20.
Lihat Juga:
Fakta Menarik Pelantikan Joe Biden-Kamala Harris Sebagai Presiden dan Wakil Presiden AS
Rombongan Mobil Presiden Jokowi Terjang Banjir Sebetis Orang Dewasa di Kalimantan Selatan
Bencana datang silih berganti di awal tahun 2021 (Sajak Duka Negeriku Indonesia)
9. Kematian
Ogedei Khan
Pada tahun 1241, Ogedei Khan — Kaisar dari
Kekaisaran Mongol dan putra ketiga Jenghis Khan — meninggal dunia.
Melansir dari laman Ancient.eu, sesaat sebelum
wafat ia telah menyetujui rencana untuk menyerang Eropa Barat, yang awalnya
ditujukan ke Wina, Austria, dan berlanjut ke Jerman, Italia, Prancis, dan
Spanyol. Operasi ini akan dilakukan oleh cucu Jenghis dan keponakan Ogedei,
Batu Khan.
Setelah Ogedei wafat, sejumlah pangeran Mongol
mengadakan pemilihan, dan memilih Guyuk Khan untuk menjadi pemimpin Kekaisaran
Mongol selanjutnya. Pada saat Guyuk berkuasa, Batu merasa terlalu tua dan lemah
untuk menyerbu Eropa Barat, sehingga Kekaisaran Mongol tidak akan pernah lagi
melakukan penaklukan terhadap wilayah tersebut.
Pada sekitar waktu yang sama, ide dasar perbankan
"modern" dan konsep kapitalisme sedang dikembangkan di Austria. Andai
saja invasi Mongol dilakukan pada saat itu, kapitalisme — yang saat ini menjadi
sistem ekonomi paling dipakai di dunia — mungkin tidak akan pernah ada.
Nah, itu tadi 9 peristiwa "terlupakan"
yang turut membentuk dunia modern. Seandainya peristiwa-peristiwa tersebut
tidak terjadi atau terjadi dengan skema yang berbeda, mungkin dunia modern akan
sangat berbeda dari dunia yang kita tinggali saat ini.
Sumber
Berita:
https://www.idntimes.com/science/discovery/shandy-pradana/peristiwa-dunia-modern-c1c2/9