Marsma Budhi mendapatkan informasi itu dari Aca
salah seorang cucu Marthen Indey. Aca kala itu bertugas merawat Marthen hingga
akhir hayatnya dan yang menyampaikan amanah sang kakek.
"Jasa Corinus Krey kepada bangsa Indonesia dan
Papua sangatlah besar. Apapun bentuk penghargaan negara kepada saya, maka
Corinus Krey juga pantas untuk mendapatkannya. Dan kami mohon agar Corinus
dapat diurus menjadi pahlawan seperti bapak kami dan komandan bisa menemui Ibu
Corinus karena beliau masih ada," kata Aca dalam keterangannya, Minggu
(14/2).
Setelah mendapat informasi itu, Budhi mengambil
langkah cepat dan akhirnya bisa berdialog dengan keluarga Corinus Krey. Dalam
pertemuan tersebut, Budhi akhirnya mendapatkan informasi lengkap tentang
perjuangan Corinus.
Corinus bergabung dengan TNI AU berstatus sebagai
Mayor Kehormatan sejak tahun 1967-1975. Namun perlu diketahui bahwa pangkat
Mayor AU yang disandangnya waktu itu sudah menjadi pangkat militer tertinggi
yang disandang putra asli Papua.
Corinus mendapatkan itu bersama tokoh pejuang lain
yang mendapatkan pangkat kehormatan, yaitu Marthen Indey dan Abraham Dimara
sebagai Mayor AD.
Pangkat militer itu diberikan kepada tokoh asli
Papua yang telah berjasa besar memperjuangkan pembebasan Papua dari
kolonialisme Belanda.
Kisah perjuangan Corinus berawal dari gerakan pemuda
yang dirintis Kepala Sekolah Beestur (Pamong Praja) Jayapura, Soegoro
Atmoprasodjo, yang melibatkan Frans Kaisiepo (siswa sekolah Beestur) dan
Corinus Krey (ajudan Soegoro). Soegoro adalah salah satu penggerak nasionalisme
di Papua dan pada tanggal 1 April 1945 mencetuskan ide untuk mengubah nama
Papua, yang berasal dari kata PAPA HUA yang sering dipakai oleh Kerajaan Tidore
dan memiliki arti 'TIADA BAPAK'.
Hal itu terjadi karena Kerajaan Tidore menganggap
sejarah Papua tidak diketahui asal usulnya sehingga disebut demikian.
Lihat Juga:
Heboh! Deklarasi Persatuan dukun Nusantara, Festival Santet Pertama di Indonesia
Kenali Pertolongan pertama orang yang tersedak
Dalam rangka mengangkat harkat dan martabat Papua,
maka pemuda-pemuda Papua berpikir untuk mencari nama lain yang juga berasal
dari sejarah Papua (Hikayat Koreri). Maka, diskusi Corinus dan Frans Kaisiepo
yang terjadi di Jayapura pada tanggal 1 Mei 1945, melahirkan nama Irian sebagai
ganti kata Papua. Corinus berulang-ulang menceritakan kepada anak cucunya, yang
mengartikan Irian dengan arti 'Ikut Republik Indonesia Anti-Netherland'.
Ketika itu pejabat Belanda ingin membungkam gerakan
nasionalisme Indonesia di Papua. Frans dan Corinus mengambil kata Irian dari
bahasa Biak yang artinya Panas karena tanah Papua adalah tempat matahari
terbit. Promosi nama dilakukan kepada kepala-kepala suku dan dititipkan kepada
Frans yang mewakili pemuda Papua dalam Konferensi Malino tanggal 18 Juli 1946.
Pada tahun 1947, Krey bergabung dengan Komite
Indonesia Merdeka (KIM) sebagai Sekretaris II dibawah pimpinan Dr. Gerungan.
Organisasi ini adalah motor pergerakan politik menentang Belanda dan disinilah
Krey mulai berjuang bersama Marthen Indey yang menjabat Komisaris 1 KIM. Ketika
Belanda mengendus KIM, Dr Gerungan dipulangkan ke Ambon dan KIM akhirnya
digerakkan oleh Marthen Indey dan Corinus Krey.
Sepanjang hidupnya, Corinus empat kali merasakan
kejamnya penjara Belanda di Papua, yaitu penjara Kota Nica Jayapura (1-7
Desember 1945), penjara Abepura Jayapura (7-3-1947 hingga 7-8-1947), penjara
Biak (7-12-1949 hingga 7-6-1950), dan yang terlama adalah tujuh tahun di
penjara Digul (7-6-1950 hingga 7-8-1957).
Kepada putranya Max Krey, Corinus pernah
menceritakan bahwa Belanda pernah menanam bagian perut ke bawah dalam kubangan
dan diplester dengan semen hingga mengeras sehingga menyisakan bagian perut ke
bawah membiru dalam waktu yang lama. Dokumen kesaksian bahwa Corinus pernah
dipenjara empat kali ditandatangani oleh Marthen Indey karena kebetulan juga
rekan di penjara yang sama.
"Sekelumit tentang kisah mendiang Mayor AU
Corinus Krey ini didapatkan dari dokumen yang ditinggalkan almarhum, serta
dialog dengan Ibu Martina Krey beserta putra-putra," kata Marsma Budhi
Achmadi, Minggu, (14/2).
Yang menarik, jelasnya, beberapa dokumen dan
kesaksian diparaf langsung oleh rekan seperjuangannya, Marthen Indey. Sepertinya
Marthen Indey yang jauh lebih senior dari Krey sudah mengantisipasi, saat
dirinya berpulang maka akan semakin sedikit yang akan bisa menjadi saksi
kepahlawanan sahabatnya tersebut.
Ditambahkannya, selain pernah berdinas di Lanud
Jayapura sebagai perwira TNI AU, almarhum adalah anggota MPRS Tahun 1964-1968
dan pemegang bintang veteran RI.
"Terima kasih Bapak, dan bangsa Indonesia
berutang besar padamu, Corinus Marselus Koreri Krey," tegas Budhi. [did]
Artikel ini diambil dari:
https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenal-mayor-udara-corinus-krey-pencetus-nama-irian-yang-terlupakan.html