Ketika Gereja Ikut Berdonasi Pembangunan Masjid di Jerman

Ketika Gereja Ikut Berdonasi Pembangunan Masjid di Jerman

Cologne Central Mosque (Masjid Agung Koln) di Jerman. (istockphoto/horstgerlach)


Setapak rai numbei  - - CNN Indonesia -- Cologne Central Mosque atau Masjid Agung Koln menjadi salah satu ikon keberadaan umat Muslim di kota Cologne (Koln/Köln), Jerman.

Ide pembangunan Masjid Agung Koln muncul atas inisiatif komunitas Turki Diyanet Ä°ÅŸleri Türk Ä°slam BirliÄŸi (DITIB) di Jerman. Bahkan peresmiannya pada tahun 2017 dihadiri oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Masjid Agung Koln dibangun seluas 4.500 meter persegi dengan biaya pembangunan sekitar 20 juta poundsterling.

Tak hanya 884 komunitas Muslim, bahkan St. Theodore Catholic Church ikut menyumbang dana untuk pembangunannya.

Ayah dan anak Gottfried dan Paul Böhm merupakan arsitek masjid dua lantai ini. Sebelumnya mereka dikenal piawai dalam merancang gereja.

Mereka merancang masjid dengan arsitektur Neo Ottoman. Tetap memiliki kubah dan dua menara, namun gaya bangunannya terlihat modern dan minimalis.

Kubahnya beratapkan kaca, sementara menaranya setinggi 55 meter. Masjid ini mampu menampung hingga 4.000 jamaah.

Meski jumlah umat Muslim di Jerman hanya sekitar 5,4 persen dari populasi keseluruhan pada 2015, Masjid Agung Koln kokoh berdiri dan menjadi salah satu masjid terbesar di Eropa.

Di balik keindahan dan kemegahannya, pembangunan masjid ini diiringi oleh banyak kontroversi, mulai dari penolakan warga setempat sampai kritik dari politikus sayap kanan.

Juru bicara DITIB, Alboga, mengatakan dinding serta kubah kaca digunakan untuk memberikan unsur keterbukaan kepada jemaah. Unsur tersebut semakin ditonjolkan lewat tangga-tangga masuk yang sudah terlihat dari pinggir jalan.

Sang arsitek mengatakan keterbukaan menjadi filosofi pembangunan masjid dengan maksud masyarakat umum dipersilakan mengenal Islam lebih dekat melalui masjid tersebut.

Masjid Agung Koln memang memiliki beberapa area sekuler yang bisa digunakan seluruh warga tanpa membatasi agamanya seperti taman, restoran yang menyajikan kuliner khas Turki, Arab, serta Asia Selatan, aula, serta pertokoan.

Sementara itu, bagian bawah tanah Masjid Agung Koln menjadi ruangan belajar. Pintu masuk serta bazaar terletak di lantai dasar. Area salat berada di lantai atas bersama dengan ruang perpustakaan.

Sebuah sumur terletak di tengah-tengah masjid untuk menghubungkan dua lantai tersebut dan menciptakan suasana menyenangkan.

Masjid Agung Koln biasanya ramai dikunjungi warga Jerman pada 3 Oktober setiap tahun. Hal itu guna merayakan Hari Pintu Terbuka Masjid di Jerman sejak 1997.

Hari tersebut ditetapkan sebab Dewan Pusat Muslim di Jerman ingin seluruh warga tanpa batasan agama bisa berkunjung ke masjid-masjid.

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama