Pastor Donald Calloway, MIC| Dok. Youtube Fr. Donald Calloway |
Surat untuk Paus
Berkaitan langsung atau
tidak, keputusan itu muncul setelah seorang imam Kongregasi Maria Dikandung
Tanpa Noda (Marian Immaculate Conception, MIC) menulis surat kepada Paus
Fransiskus untuk mendeklarasikan Tahun St. Yosef usai merilis bukunya yang
berjudul “Consecration to St. Joseph”. Pastor Donald Calloway, MIC menulis
surat tersebut pada tahun 2019. Di dalam surat itu, ia meminta Paus Fransiskus
untuk mempertimbangkan mendeklarasikan Tahun St. Yosef.
Surat yang ditulis oleh Pastor Donald Calloway, MIC untuk Paus Fransiskus meminta agar diadakan Tahun St. Yosef| Consecration to St. Joseph with Fr. Calloway, Facebook / ChurchPOP |
Surat yang ditulis oleh
Pastor Donald Calloway, MIC untuk Paus Fransiskus meminta agar diadakan Tahun
St. Yosef| Consecration to St. Joseph with Fr. Calloway, Facebook / ChurchPOP
“Tahun lalu tepatnya
pada 1 Mei 2019, saya menulis surat kepada Paus Fransiskus memintanya untuk
mempertimbangkan mendeklarasikan Tahun St. Yosef bagi seluruh Gereja. Teman
baik saya, Pastor Dante Aguero, MIC, di Argentina menerjemahkan surat tersebut
ke dalam bahasa Spanyol,” kisah Pastor Calloway.
Ia melanjutkan, “Pada tanggal 4 Mei 2019, Mgr. Hector Zordan dari Keuskupan
Gualeguaychu, Argentina menyerahkan sendiri surat tersebut kepada Paus
Fransiskus saat berada di Roma.” Meskipun ia tidak mendapat tanggapan langsung
dari Bapa Suci, ia sangat bersukacita saat keputusan diadakannya Tahun St.
Yosef terbit. “Ini adalah hadiah yang indah bagi Gereja,” ungkapnya pada
Cruxnow, 14/2/2021.
TAHUN ST. YOSEF
DIPERLUKAN OLEH GEREJA DAN DUNIA KARENA DUA ALASAN
Baginya, Tahun St.
Yosef diperlukan oleh Gereja dan dunia karena dua alasan: Pertama, dunia
tengah mengalami krisis nyata dalam keluarga, di mana lebih dari setengah
pernikahan berakhir dengan perceraian. Selain itu, pernikahan telah mengalami
redefinisi yang menyebabkan kebingungan terutama peran ayah telah direduksi
sehingga digantikan oleh hal- hal lain, termasuk di Gereja. “St. Yosef memiliki
peran penting agar Gereja dan dunia dapat menyadari dan memahami kebapakan
dengan benar sebab banyak orang telah disakiti oleh ayah, baik di keluarga
maupun di Gereja,” tuturnya. Kedua, satu tahun untuk St. Yosef diperlukan
sebab ia adalah misionaris pertama. Dengan keberanian ia membawa Yesus dan
Maria ke Mesir. Hari ini manusia dihadapkan dengan situasi pelik sekaligus dalam
upaya evangelisasi. “Waktu sedang berubah, dan orang-orang masih mencari Tuhan,
tapi terkadang, orang Kristen hari ini, kita begitu lemah. Kita tidak memiliki
keberanian. Maka, St. Yosef membantu kita menjadi berani,” terangnya antusias.
Masa Lalu Kelam
Sebelum ia memberikan
hidupnya untuk menjadi abdi Kristus, Donald sangat akrab dengan dunia narkoba.
Heroin, kokain, opium, mariyuana, obat-obatan halusinogen seperti jamur
(psilocybin) dan LSD serta alkohol menjadi teman akrabnya sambil mendengarkan musik heavy-metal.
Benda terlarang itu ia konsumsi sebagian besar sebelum menginjak usia 18 tahun.
PADA USIA 13
TAHUN, IA BENAR-BENAR HIDUP SEMATA- MATA UNTUK MENGEJAR KESENANGAN SEMU
Datang dari keluarga
militer, Donald yang akrab disapa Donnie oleh keluarganya ini pindah dari
Virginia ke California Selatan bersama orangtuanya pada usia 10 tahun. Ia
begitu terpikat dengan gaya hidup ala California Selatan. Pada usia 13 tahun,
ia benar-benar hidup semata- mata untuk mengejar kesenangan semu yang pada akhirnya
membawanya pada kegelapan. Kecanduannya semakin kuat saat kehampaan
eksistensial semakin dalam.
Suatu hari, ayah
tirinya yang seorang perwira mengumumkan bahwa keluarganya akan pindah ke
Jepang. Donnie kecil menjadi begitu marah dan sempat berpikir untuk
meninggalkan rumah. Sesampainya di negeri sakura, Donnie mencari teman
sepermainan yang menyukai hal yang sama dengannya.
MENGGAMBARKAN
MASA MUDANYA YANG DIPENUHI DENGAN AMARAH DAN PEMBERONTAKAN, IA MENYEBUT
DIRINYA SENDIRI SEBAGAI “HEWAN”
Ketertarikannya dengan
dunia gelap menghantarnya menjalin relasi dengan organisasi mafia Jepang yang
disebut Yakuza. Berkeliaran dengan geng paling ditakuti di Jepang ini, ia
mencuri barang bernilai puluhan ribu dolar Amerika Serikat — dari gitar listrik
hingga mobil. Hal ini membuat Donald muda ditangkap dan dideportasi dari
Jepang. Ia dikawal melalui bandara oleh penjaga militer dengan rantai dan
belenggu di sekitar tangan dan kakinya, sementara ia meludahi pihak berwajib
dan melontarkan kata-kata kotor kepada pejalan kaki di sekitarnya, dengan marah
sambil mengutuk saat digiring ke dalam pesawat.
Ketika menggambarkan
masa mudanya yang dipenuhi dengan amarah dan pemberontakan itu, ia menyebut
dirinya sendiri sebagai “hewan” di buku “No Turning Back: A Witness to Mercy”.
Keluarganya, terutama orangtuanya mengalami trauma emosional yang hebat akibat
perilaku putranya itu. Ia mengaku begitu membenci orangtuanya meskipun mereka
telah berupaya keras membantunya dengan berjuang dalam doa dan usaha
membebaskannya dari poros kejahatan.
Ternyata, keluar dari
Jepang pun tak membuatnya lebih baik. Kecanduannya semakin meningkat. Ia bahkan
pernah terbangun di sebuah rumah, merangkak di atas permadani dan mencari
kokain yang mungkin jatuh ke lantai berebutan dengan seorang pecandu perempuan.
Karena Sebuah Buku
Pastor Donald Calloway saat masih muda| Dok website Fr. Donald Calloway MIC
Sekilas Donald muda tak
memiliki harapan untuk berubah, namun di suatu hari di bulan Maret 1992, ia
memutuskan untuk tidak pergi ke pesta. Ia merasa sangat tertekan dipenuhi
kehampaan. “Saya mendapati diri saya duduk sendirian di kamar. Hidup saya
sia-sia, dan saya berharap hidup saya segera berakhir,” ungkapnya. Mencari cara
untuk mengisi waktu, ia mulai menjelajahi rak buku orangtuanya. Kemudian
tangannya mendarat di atas sebuah buku berjudul “The Queen of Peace Visits
Medjugorje” yang membuat jiwanya terguncang. “Saya menyadari bahwa buku ini
memberikan tawaran untuk mengubah hidup dan berserah pada sesuatu yang lebih
besar dari diriku – untuk percaya pada Tuhan,”akunya.
PESAN-PESAN
MEDJUGORJE MENYENTUHNYA UNTUK MELAKSANAKAN REKONSILIASI DENGAN TUHAN
Terpesona, ia pun
menghabiskan sepanjang malam membaca buku itu. Dalam prosesnya, bagian dalam
jiwanya diubah dari kegelisahan menjadi kedamaian mendalam. Pesan-pesan
Medjugorje menyentuhnya untuk melaksanakan rekonsiliasi dengan Tuhan. Untuk
pertama kalinya, ia merasakan secerca harapan dari masa lalunya yang penuh
kekerasan, dosa, dan keputusasaan. “Perawan Maria mengatakan hal-hal yang
begitu jelas dan menawan sehingga saya menemukan diri saya terharu. Ini adalah
jenis emosi yang tidak pernah saya alami sejak saya masih kecil. Perawan Maria
berkata bahwa dia adalah ibuku, bahwa dia adalah ibu dari mereka yang tersesat
dan memanggil kita kembali kepada Tuhan, kepada Yesus. Dia menjelaskan bahwa
dia bukanlah Tuhan, tetapi dia menunjuk pada Putranya dan mengatakan Dia adalah
Mesias, Juru Selamat dunia. Saya menemukan diri saya benar-benar jatuh cinta
dengan ibu ini, perempuan ini,” ungkapnya haru.
Keesokan paginya,
Donald langsung berlari mengikuti Misa untuk pertama kalinya meskipun belum
menjadi seorang Katolik. Setelah itu, ia mengakukan segala dosanya kepada
seorang imam. Ketika kembali ke rumah, ia mulai membuang semua harta kotornya
mulai dari perlengkapan narkoba hingga majalah porno. Hasilnya, enam kantong
berukuran 30 galon. Setelah membersihkan ruangnya dari semua gangguan, ia
berlutut di samping meja dan sangat ingin berdoa. Saat itu, batinnya jatuh
dalam penyesalan total akan hidupnya yang ia sia-siakan. Berjam-jam ia
menangis dan akhirnya air mata kegembiraan muncul. Donald merasakan kedamaian
yang luar biasa di dalam hatinya, ketenangan yang melampaui pemahaman. “Saya
begitu menyatu dengan Yesus sehingga saya menyadari betapa saya dikasihi,”
ungkapnya.
Selain itu, ia
mendengar suara feminin paling murni yang berbunyi, “Donnie, saya sangat
bahagia.” Di dalam benaknya ia tahu tidak ada yang memanggilnya Donnie kecuali
ibunya. “Momen itu, saya tahu ini adalah suara Maria, Perawan Maria yang
Terberkati,” sebutnya.
Menjadi Imam Maria
Usai pengalaman itu,
keinginan untuk menjadi seorang imam membuncah dalam batinnya. Ia tidak hanya
ingin menjadi imam, tetapi seorang imam Maria. MIC juga adalah promotor resmi
devosi Kerahiman Ilahi St. Faustina Kowalska. Donald melihat dirinya, melalui
masa lalunya, sebagai anak yang berlari pada Kerahiman Ilahi. Karena, melalui
kasih karunia Tuhan, ia menerima belas kasih terbesar setelah lama hidup dalam
kubangan dosa.
Demi Menggapai
panggilannya itu ia harus kembali ke sekolah. Bagi siswa putus sekolah menengah
ini, bukanlah tugas yang mudah. Dengan rahmat Tuhan, ia belajar di Franciscan
University di Steubenville, Ohio, dan mendapatkan gelar B.A. dalam teologi dan
filsafat. Di sanalah ia bertemu dengan beberapa profesor favoritnya, termasuk
cendekiawan Katolik terkemuka Scott Hahn dan Mark Miravalle. Dalam tesisnya, ia
berkonsentrasi pada Mariologi dalam buku harian St. Faustina Kowalska,
menggabungkan cintanya pada Bunda Maria dengan cintanya pada devosi Kerahiman
Ilahi. Kemudian tesisnya diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Purest of
All Lilies: The Virgin Mary in the Spirituality of St. Faustina”.
Mantan pecandu narkoba,
terpidana kriminal, dan putus sekolah itu lulus dengan gelar summa cum
laude dan hingga kini terus menginspirasi dunia agar tak hanyut dalam
godaan budaya kontemporer dan mencari jalan kebenaran melalui Maria dan Yosef
menuju Yesus.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP Edisi 12| Tanggal
Terbit 21 Maret 2021