Jeritan Hampa (Syair Bunga Liar dalam Imajinasi), Puisi

Jeritan Hampa (Syair Bunga Liar dalam Imajinasi), Puisi



" Ada mata yang tak mampu terpejam di penghujung malam.

Ada seutas senyum yang begitu menawan terus datang menghampiri,

Begitu indah namun hanya ilusi.

Ada suara memanggil tanpa rupa,

Melambaikan tangan tanpa kata.

Ku kira nyata namun hanya fatamorgana saja...

 

 

" Ada bayangan wajah yang se akan abadi terukir di hati,

Dari pemilik nama yang menyimpan memori manis dan getir.

Ada rindu dan harapan yang tak pernah mendapat jawaban.

Hanya khayalan yang tertampar kenyata’an...

" Bagaikan hujan yang tak sempat menyapa pelangi.

Engkau yang pergi tanpa pernah memberiku kesempatan untuk menanti...

 

 

" Kertas yang lusuh dan

Untaian kata cinta tertahan diantara lipatan kertas.

Melayang tertiup angin dan hilang tak berbekas.

Ada harapan yang tak sempat terbaca.

Oleh pena yang dulu pernah singgah dan menulis rangkaian cerita indah yang terlukis dibibir senja...

 

 

" Masa lalu kini menjadi satu-satunya kenangan yang tersisa.

Dari barisan mimpi indah yang sempat terangkai, namun kini tak nampak lagi rupanya.

Angin malam bisikan rindu yang tak sempat diterjemahkan.

Nelangsa menyapa dari balik bayang-bayang wajah yang tak mampu terurai...

 

 

" Terasa jiwa mulai redup tak tersinari oleh cahaya cinta,

Bagaikan pelangi yang pudar, yang merindukan warnanya

untuk sekian waktu.

Kembali aku terhanyut oleh dingin tak bersalju.

Kesunyian ini membuat hatiku terasa kian membeku...

 

 

" Tak lagi mampu membuka perasaan, menulis cerita dalam lembaran-lembaran baru.

Ketika sang pena mulai hilang dan berlalu.

Tanpa sepatah kata

Meninggalkan kertas lusuh yang menyimpan rindu yang tak tersentuh rasa bahagia...

 

 

" Jeritan Hampa yang ku rasa,

Rasa ini menjerit,

Hati ini sakit dan perih yang tak terlihat,

Batin ini bingung tak menentu,

Namun semua tertahan dan tak dapat menyeruak kebahagiaan...

 

 

" Tak ada yang tau, tak ada yang peduli,

Tak ada yang mendengar

jeritan hampa yang mendera batin ini…

" Senja tak menyapa gunung,

Dan hamparan airpun tak mendengar,

Jeritan nada yang terkalahkan oleh deburan

Teriakan ombak yang menghempas

karang...

 

 

" Aku tertawa dalam kekalutan,

Aku tertawa dalam hinaan diri,

Aku terenyuh diam tak menatap,

Tatapan hamparan lautan yang kosong,

Dengan patahan dan harapan,

Aku terdiam membisu,

Hanya dengan menatap dengan mata dan tak ber air...

 

 


Medio D’Numb Park

Trans-Blok C2-Harekakae, Kabupaten Malaka




Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama