Sebelumnya, keluarga Yulius mengatakan, korban telah
hilang pada Minggu (23/5). Sebelum ditemukan, Yulius terakhir kali berada di
Solo. Di sana dia menginap untuk mengadakan pentas sehari setelahnya.
Hal itu dikatakan oleh Esa manajer Rumah Musik
Nafs-I-gira.
“ Sekitar pukul 00.30 WIB para rekan-rekan
Nafs-i-gira akan beristirahat. Mas Yulius masih mengoperasikan laptopnya, kata Esa
kepada TribunSolo.com.
Lalu pada pukul 04.00, Yulius sudah tidak di tempat.
Karena itu tim rumah musik I-gira langsung mencarinya karena akan mengadakan
geladi kotor pada hari itu.
Akan tetapi, usaha mereka tersebut tidak berbuah
hasil. Dan sejak itu, keberadaan Esa tidak diketahui. Mengetahui hal itu,
keluarga yang merasa khawatir pun melaporkannya ke polisi.
Sungai Begawan
Semenjak kehilangannya, akhirnya pada pada Senin,
korban ditemukan mengambang di Sungai Begawan Solo, di Dukuh Kembangan, Desa
Sidodadi.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Seksi Kedaruratan
dan Logistik BPBD Sragen Giyanto. Ia juga menyampaikan bahwa setelah informasi
itu, BPBD kemudian melakuan evakuasi. Jenazah korban pun telah di autopsi di
RSUD Dr Moewardi Solo.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak kepolisian
masih melakukan penyelidikan penyebab kematian Yulius.
Alumnus
Mertoyudan
Yulius Panon Pratomo merupakan alumni Seminari
Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan KPP tahun 1992.
Setelah menyelesaikan pendidikan, ia memutuskan
untuk bergabung dengan novisiat Santo Yohanes SCJ di Gisting 15 Juni 1996. Dan
mengikrarkan kaul perdana setahun setelahnya.
Yulius pun melanjutkan pendidikan filsafat dan
teologi di Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma.
Walau pada akhirnya tidak melanjutkan pendidikan
calon pastor, Yulius tetap memberi perhatian khusus kepada gereja lewa musik.
Sebagai seniman musik, ia kerap menggubah lagu-lagu
rohani. Salah satu karyanya adalah lagu ‘Hanya Doa’.
Kini jasa dan karya Yulius akan menjadi warisan bagi
seluruh pencinta musik di tanah air. Adapun jenzah Yulius Panon akan
disemayamkan di PUKY Yogyakarta.
Selama Jalan.