Meskipun Katolik adalah agama utama di Timor Leste,
namun negara tidak mengklaim sebagai agama resmi, dan konstitusi melindungi hak
kebebasan beragama.
Selain itu, pendidikan agama di sekolah umum
bersifat wajib, meskipun sudah mencakup ajaran Katolik, Protestan, dan Islam.
Katolik di Timor
Leste
Akibat 400 tahun penjajahan Portugis, mayoritas
penduduk Timor Leste beragama Katolik Roma.
Portugis tiba di Timor Leste atau Timor Timur saat
mencari rempah-rempah selama abad ke-16, dan mereka menggunakan koloni sebagai
fasilitas penahanan para penjahat politik.
Sementara pulau-pulau di sekitarnya, yang kemudian
menjadi bagian dari negara Indonesia, berada di bawah kendali Belanda, Portugis
berhasil mempertahankan Timor Timur, setengah dari pulau Timor.
Pedagang Portugis membawa pendeta Yesuit ke Timor
Leste, memperkenalkan agama Katolik untuk pertama kalinya.
Selama era kolonial, Gereja menjadi pelindung utama
masyarakat adat dari penyalahgunaan penjajah, melansir learnreligions.
Gereja juga mengambil tanggung jawab mendidik umat,
sebuah tren yang dibawa ke dalam modernitas. Kebanyakan pemimpin politik
kontemporer di Timor Timur dididik di lembaga Yesuit.
Portugal mempertahankan kendali atas negara itu
hingga tahun 1975, ketika memproklamasikan kemerdekaannya.
Namun, kemenangan itu berumur pendek, setelah
Indonesia menyerbu dan mengklaim negara itu sembilan hari setelah Timor Timur
memproklamasikan kemerdekaannya.
Selama pendudukan Indonesia, Katolik menjadi bagian
sentral dari budaya dan identitas Timor.
Jumlah umat Katolik yang dibaptis meningkat tiga
kali lipat selama masa ini, dari 30% pada tahun 1975, menjadi lebih dari 90%
pada tahun 1990-an.
Setelah konflik kekerasan selama beberapa dekade,
Indonesia pun melepaskan klaimnya, dan pada tahun 2002, Timor Leste menjadi
negara berdaulat pertama di abad ke-21 dan negara mayoritas Katolik kedua di
Asia Tenggara, setelah Filipina.
Meskipun sebagian besar orang Timor Leste beragama
Katolik, namun sebagian besar mempraktikkan agama tersebut dalam hubungannya
dengan tradisi dan ritual animisme.
Protestan dan
Islam di Timor Leste
Hanya sekitar 1,96% penduduk Timor Leste beragama
Protestan.
Kelompok Protestan terbesar di Timor Leste adalah
Assemblies of God, mekipun beberapa kelompok agama Protestan juga hadir di
negara itu.
Kelompok-kelompok ini termasuk Baptis, Metodis,
Presbiterian, Masehi Advent Hari Ketujuh, dan Saksi-saksi Yehuwa.
Timor Leste juga merupakan rumah bagi populasi kecil
Muslim, yang sebagian besar adalah Sunni. Khususnya, perdana menteri pertama
Timor Leste, Mari Alkatiri, adalah seorang Muslim.
Jumlah Protestan dan Muslim di Timor Leste menurun
lebih dari setengah selama pendudukan Indonesia, karena sebagian besar anggota
dari dua kelompok agama itu mendukung pemerintahan Indonesia.
Setelah Timor Leste merdeka, banyak penduduk
Protestan dan Muslim tetap tinggal di Timor Barat sebagai warga negara
Indonesia.
Animisme di
Timor Leste
Praktik-praktik keagamaan pribumi dan pra-kolonial
di Timor Lorosae bersifat politeistik dan animisme, yang menekankan pentingnya
roh dan hubungan dengan alam.
Misalnya, buaya adalah simbol dan dipuja oleh orang
Timor karena pulau tersebut diduga diciptakan oleh Bei Nai "Kakek Buaya".
Menurut legenda, seorang anak laki-laki
menyelamatkan bayi buaya dan keduanya melakukan perjalanan bersama-sama di
seluruh dunia. Ketika buaya itu mati, tubuhnya menjadi pulau Timor.
Beberapa ruang alam dan landmark geografis dianggap
lulik, atau sakral, dan persembahan sering kali diberikan kepada leluhur.
Bagi kebanyakan orang Timor, tradisi animisme ini
hidup berdampingan dengan Katolik, sehingga penduduk tidak secara eksplisit
mengidentifikasi animisme.