Pergerakan nasional di
bidang pendidikan sendiri tidak dapat dilepaskan dari sosok Ki Hajar Dewantara.
Beliau merupakan pendiri perguruan Taman Siswa, lembaga yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh pendidikan yang layak.
Lalu, bagaimana sejarah awal dari peringatan
Hardiknas? Simak penjelasannya berikut ini:
Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Patung Ki Hadjar Dewantara, pendiri Yayasan Pendidikan Tamansiswa. Foto: Shutter Stock
Peringatan Hari Pendidikan Nasional tidak lepas dari cita-cita Raden Mas Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara untuk memajukan kaum pribumi melalui pendidikan.
Lahir pada 2 Mei 1889
dari keluarga bangsawan, beliau berkesempatan untuk mengenyam pendidikan formal
di ELS (Europeesche Lagere School),
kemudian melanjutkan studi ke STOVIA. Namun karena kondisi kesehatan yang tidak
mendukung, beliau terpaksa tidak menamatkan pendidikannya.
Mengutip buku Ki Hajar
Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya yang diterbitkan Kemdikbud, beliau
kemudian bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar seperti Sediotomo,
Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Beliau juga aktif
sebagai seksi propaganda di organisasi Boedi Oetomo. Tujuannya adalah untuk
menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (khususnya Jawa) mengenai pentingnya
persatuan dan kesatuan.
Tulisan Ki Hajar
Dewantara ternyata mampu membuat pihak kolonial meradang. Alhasil, ia
diasingkan ke Pulau Bangka. Dua rekan seperjuangannya yakni Duwes Dekker dan
Tjipto Mangoenkoesoemo melayangkan protes, dan mereka bertiga kemudian
diasingkan ke Belanda pada 1913.
Meski hidup dalam
pengasingan, api semangat dalam diri Ki Hajar Dewantara tidak padam. Beliau
belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh ijazah Europeesche Akta.
Saat kembali ke Tanah
Air pada September 1919, ia segera mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah
bumiputera yang hendak ia dirikan. Akhirnya pada tanggal 3 Juli 1922, beliau
berhasil mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa atau Perguruan
Nasional Tamansiswa.
Semboyan yang dijunjung
yakni “ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani.” Artinya di depan memberi contoh, di
tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.
Karena jasanya di
bidang politik dan pendidikan, beliau diangkat sebagai Menteri Pengajaran dalam
Kabinet Presidensiil. Sang pahlawan mengembuskan napas terakhir di Yogyakarta
pada 26 April 1959.
Berkat perjuangannya
dalam merintis pendidikan, beliau ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Hal ini
tertuang dalam Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959 tanggal 28 November
1959.
Tema Hari Pendidikan Nasional 2021
Melansir halaman
Kemdikbud, tema Hardiknas tahun ini adalah “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka
Belajar”. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hardiknas dilakukan secara
seremonial dengan upacara bendera. Namun di tengah pandemi COVID-19 upacara
hanya dilakukan oleh instansi pusat, daerah, dan satuan pendidikan yang berada
di zona hijau dan kuning.
Pada Minggu (2/5) pukul
16.00 WIB, Kemendikbud akan menayangkan podcast inspiratif bersama Presiden
Joko Widodo yang dipandu oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nadiem Makarim. Acara ini juga dimeriahkan oleh beberapa artis
ternama Tanah Air yaitu Andmesh, Yura Yunita, Gamaliel, Sivia, On Frame
Dancers, dan Paduan Suara Pelajar.