Waisak dirayakan setiap Mei tepatnya pada waktu terang bulan untuk memperingati tiga peristiwa penting. Berikut sejarah Hari Suci Waisak dan ragam perayaannya. (Foto: AFP PHOTO / TARKO SUDIARNO) |
Waisak dirayakan setiap Mei tepatnya pada waktu
terang bulan atau dengan istilah lain yaitu Purnama Sidhi untuk memperingati
Trisuci Waisak yakni tiga peristiwa penting, yakni kelahiran, penerangan agung,
dan kematian Buddha Gautama.
1. Lahirnya
Pangeran Siddharta
Pangeran Siddharta merupakan seorang putra dari
pasangan Raja Sudodhana dan Ratu Mahamaya yang lahir di Taman Lumbini pada
tahun 623 sebelum Masehi.
Kelahiran Pangeran Siddharta ini untuk menjadi
seorang Bodhisattva yaitu calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan
tertinggi.
2. Pangeran
Siddharta mencapai Penerangan Agung
Pada usia 29 tahun, Pangeran Siddharta pernah pergi
meninggalkan istana untuk mencari kebebasan dari umur tua, sakit dan mati.
Tepatnya saat Purnama Sidhi bulan Waisak yang jatuh
pada 588 sebelum Masehi, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung serta mendapat
gelar sebagai Buddha.
3. Pencapaian
Parinibbana
Di usia 80 tahun, Sang Buddha wafat atau mencapai
parinibbana di Kusinara pada 543 sebelum Masehi. Para pengikutnya pun melakukan
sujud sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Sang Buddha.
Tiga peristiwa yang melandasi sejarah Hari Waisak
ini diputuskan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship
of Buddhists-WFB) di Sri Lanka pada 1950.
WFB mengesahkan perayaan Waisak pada purnama pertama
di Mei dan terus diperingati setiap tahunnya di bulan sama, namun berbeda
tanggal menyesuaikan kalender lunar kuno Vesakha.
Nama Waisak sendiri berasal dari salah satu bulan
penanggalan India kuno yang juga disebut Vesakha, Vesak, atau Wesak.
Sejarah Hari Waisak diputuskan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (Ilustrasi Patung Buddha, Foto: Pixabay/jeniffertn) |
Ragam
Perayaan Waisak
Ragam perayaan Hari Raya Waisak di dunia. (Foto: CNN Indonesia TV) |
Terdapat perbedaan cara umat Buddha di berbagai
belahan dunia dalam merayakan Waisak bergantung tradisinya masing-masing. Di
Indonesia, perayaan Waisak umumnya diselenggarakan di kompleks Candi Borobudur.
Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa rangkaiannya
pokok Waisak yang meliputi:
- Pengambilan air berkat di kawasan mata air Jumprit, Temanggung, Jawa Tengah.
- Menyalakan obor yang menggunakan sumber api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah.
- Melaksanakan ritual Pindapatta dengan memberi dana makanan kepada para biksu untuk melakukan kebajikan.
- Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
Selain kegiatan pokok, perayaan Waisak juga umumnya
dimeriahkan pawai serta acara kesenian lainnya. Perayaan Waisak di Borobudur
selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Di Nepal, perayaan Waisak dikenal dengan sebutan
Buddha Jayanti, umat Buddha dari berbagai penjuru dunia mengunjungi Lumbini
tempat kelahiran Buddha untuk sembahyang di kuil.
Sedangkan di Thailand, Hari Waisak atau Visakha
Bucha biasanya digelar di King's Grand Palace, Bangkok dengan menyalakan ribuan
lilin di sekitar patung Buddha.
Sementara di Korea Selatan, perayaan Waisak akan
dimulai seminggu sebelum hari-H. Umat Buddha Korea Selatan mendekorasi candi
dan kuil dengan lentera warna-warni.
Ketika beribadah di kuil, umat Buddha Korea Selatan
juga melakukan tradisi menulis harapan dan menggantungkannya di lentera.
Sejarah Hari Waisak dan tanggal peringatannya ini
telah ditetapkan sebagai hari libur Nasional berdasarkan Keputusan Presiden
Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983. ***cnnindonesia.com