Presiden Moon adalah
seorang yang beragama Katolik yang terlahir sebagai pengungsi Korea Utara
menjelang akhir Perang Korea. Saat dibaptis secara Katolik, dia diberi nama
baptisnya Timotius.
Setelah disambut oleh
kepala biara, Abbas Maximilian Heim, Presiden Moon ikut ambil bagian dalam
doa bersama para biarawan dengan lagu-lagu Gregorian. Dilanjutkan dengan tur
biara oleh pemandu, dan pertemuan dengan para mahasiswa dari kalangan Imam,
Mahasiswa umum, dan para pengajar di Universitas Salib Suci.
Dalam pertemuan itu,
Presiden Moon menggambarkan iman Katoliknya sebagai dasar kehidupan dan
tindakan politiknya selama ini, seraya meminta doa dari para Biarawan dan yang
hadir disana untuk proses perdamaian di semenanjung Korea.
Presiden Moon memang
dikenal aktif mendorong reunifikasi Korea secara damai. Selain itu, sebagai
seorang beragama Katolik, Presiden Moon dikenal tegas juga menolak memasukkan
perkawinan sejenis ke dalam hukum positif Korea, namun dilain sisi Presiden
Moon juga menentang perlakuan diskriminasi atas kaum LGBT sebagai
individu/manusia.
Sikap seperti inilah
yang sebenarnya dikehendaki oleh Bapa Suci Paus Fransiskus yang sayangnya
banyak salah dimengerti dengan menganggap bahwa pengakuan atas perkawinan
sejenis merupakan salah satu bentuk perlakuan anti-diskriminasi atas kaum LGBT.
Presiden Katolik
Presiden Moon terpilih
menjadi Presiden Korea Selatan sejak 10 mei 2017 dan akan memimpin negara
tersebut hingga tahun 2022 nanti. Saat mulai tinggal di “Blue House” -Istana
Kepresidenan Korea Selatan-, Presiden Moon meminta seorang Pastor datang untuk
memberi berkat bagi rumah dinasnya itu. Ketika itu, Pastor Yoo datang bersama
dengan empat orang Suster dan memberi berkat khusus kepada presiden baru.
Saat itu, Pastor Yoo
memberikan sebuah foto perahu kecil dengan seorang nelayan yang tengah
mengarungi lautan luas. Foto ini seperti lambang kepemimpinan Presiden Moon.
Pastor Yoo menjelaskan, sebuah pepatah Cina kuno mengatakan, seorang raja
(pemimpin) seumpama perahu dan rakyat adalah air. Saat rakyat marah, boleh jadi
mereka bangkit dan membalikkan kapal.
Dalam waktu dua minggu
setelah menjabat, Presiden Moon mengirim utusan ke Roma untuk bertemu
dengan Paus Fransiskus dan Sekretaris Negara Vatikan Kardinal
Pietro Parolin. Pada pertemuan yang berlangsung selama beberapa hari ini,
Presiden Konferensi Uskup Korea, Uskup Agung Hyginus Kim Hee-joong, dan anggota
Tim Presiden memohon dukungan dari Takhta Suci untuk rekonsiliasi di
Semenanjung Korea.
Hingga pada tahun 2018,
Presiden Moon akhirnya bertemu Paus Fransiskus di Vatikan. Dikesempatan yang
sama, Presiden Moon juga menyampaikan undangan lisan permohonan kunjungan Paus
Fransiskus ke Korea Utara atas permintaan Presiden Korea Utara Kim Jong Un.