Presiden Korea Selatan, Tokoh Katolik Pembawa Perdamaian

Presiden Korea Selatan, Tokoh Katolik Pembawa Perdamaian



Setapak rai numbei -- Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, saat melakukan kunjungan kenegaraan perdana ke Austria usai menghadiri pertemuan G-7 di Inggris minggu lalu, tampak menyempatkan diri mengunjungi Biara Salib Suci bersama isterinya, Kin Jung-sook, dan ditemani oleh Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Chung Eui-Yong, dan Presiden Austria, Alexander Van der Bellen.

Presiden Moon adalah seorang yang beragama Katolik yang terlahir sebagai pengungsi Korea Utara menjelang akhir Perang Korea. Saat dibaptis secara Katolik, dia diberi nama baptisnya Timotius.


Setelah disambut oleh kepala biara, Abbas Maximilian Heim, Presiden Moon ikut ambil bagian dalam doa bersama para biarawan dengan lagu-lagu Gregorian. Dilanjutkan dengan tur biara oleh pemandu, dan pertemuan dengan para mahasiswa dari kalangan Imam, Mahasiswa umum, dan para pengajar di Universitas Salib Suci.


Dalam pertemuan itu, Presiden Moon menggambarkan iman Katoliknya sebagai dasar kehidupan dan tindakan politiknya selama ini, seraya meminta doa dari para Biarawan dan yang hadir disana untuk proses perdamaian di semenanjung Korea.


Presiden Moon memang dikenal aktif mendorong reunifikasi Korea secara damai. Selain itu, sebagai seorang beragama Katolik, Presiden Moon dikenal tegas juga menolak memasukkan perkawinan sejenis ke dalam hukum positif Korea, namun dilain sisi Presiden Moon juga menentang perlakuan diskriminasi atas kaum LGBT sebagai individu/manusia.


Sikap seperti inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh Bapa Suci Paus Fransiskus yang sayangnya banyak salah dimengerti dengan menganggap bahwa pengakuan atas perkawinan sejenis merupakan salah satu bentuk perlakuan anti-diskriminasi atas kaum LGBT.


Presiden Katolik

Presiden Moon terpilih menjadi Presiden Korea Selatan sejak 10 mei 2017 dan akan memimpin negara tersebut hingga tahun 2022 nanti. Saat mulai tinggal di “Blue House” -Istana Kepresidenan Korea Selatan-, Presiden Moon meminta seorang Pastor datang untuk memberi berkat bagi rumah dinasnya itu. Ketika itu, Pastor Yoo datang bersama dengan empat orang Suster dan memberi berkat khusus kepada presiden baru.


Saat itu, Pastor Yoo memberikan sebuah foto perahu kecil dengan seorang nelayan yang tengah mengarungi lautan luas. Foto ini seperti lambang kepemimpinan Presiden Moon. Pastor Yoo menjelaskan, sebuah pepatah Cina kuno mengatakan, seorang raja (pemimpin) seumpama perahu dan rakyat adalah air. Saat rakyat marah, boleh jadi mereka bangkit dan membalikkan kapal.


Dalam waktu dua minggu setelah menjabat, Presiden Moon mengirim utusan ke Roma untuk bertemu dengan Paus Fransiskus dan Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin. Pada pertemuan yang berlangsung selama beberapa hari ini, Presiden Konferensi Uskup Korea, Uskup Agung Hyginus Kim Hee-joong, dan anggota Tim Presiden memohon dukungan dari Takhta Suci untuk rekonsiliasi di Semenanjung Korea.


Hingga pada tahun 2018, Presiden Moon akhirnya bertemu Paus Fransiskus di Vatikan. Dikesempatan yang sama, Presiden Moon juga menyampaikan undangan lisan permohonan kunjungan Paus Fransiskus ke Korea Utara atas permintaan Presiden Korea Utara Kim Jong Un.

 

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama