“Manusia tidak memiliki
kewenangan apapun untuk memastikan bahwa orang ini masuk surga atau neraka
hanya dengan menilai penampilan seseorang atau dari simbol-simbol agama,” kata
Pastor Kopong seperti dikutip hatiyangbertelinga.com dari akun
facebooknya.
Hal itu disampaikan
Pastor Kopong Namun menanggapi viralnya seorang netizen melontarkan hujatan
pada kemenangan Greysia dan Aprilia dalam sebuah unggahan di Facebook EJM, hari
Selasa (3/8/2021) yang menyebut Greysia dan Aprilia akan masuk neraka lantaran
tak berhijab.
Menurut Pastor Kopong,
simbol-simbol agama sekalipun termasuk dengan segala bentuk penafsiran dan
ajarannya tidak menjadi jaminan bagi seseorang masuk surga atau tidak.
“Karena simbol-simbol
itu merupakan bagian dari ekspresi iman yang juga tentu hal ini berkaitan
dengan kenyamanan pribadi orang yang menggunakan,” katanya.
Menurut Imam Katolik
asal Adonara-Flores Timur itu, selama ia tidak mengenakan simbol-simbol agama
sebagaimana yang diajarkan karena alasan tertentu tidak menghalangi Allah untuk
memberikan jalan surga baginya.
Ketika kehidupan moral
dan imannya sangat baik dan benar dari siapapun yang sibuk mengurusi kehidupan
orang lain apalagi mengurusi simbol namun hidup iman dan moralnya jauh dari
ajaran Tuhan sendiri.
“Orang mengenal saya
sebagai seorang Katolik, pengikut Kristus bukan semata karena simbol yang saya
kenakan tetapi karena iman yang saya hidupi dan tunjukan dalam perbuatan
sehari-hari seturut ajaran dan teladan Yesus,” kata Pastor Kopong.
Karena menurutnya, bisa
saja kita yang kelihatan sangat taat beragama dengan mengenakan simbol-simbol
ajaran agama namun justru tidak diijinkan masuk surga karena lebih sibuk
menilai dan menghakimi orang lain daripada melaksanakan kehendak Allah dalam
kehidupan sehari-hari (bdk. Mat 7:21).
“Sungguh aneh dan
memalukan ketika kemenangan anak-anak bangsa yang mempersembahkan medali emas
bulutangkis ganda putri (Gresya Polli dan Apriyani Rahayu) pada ajang Olimpiade
Tokyo 2020 sebagai kado terindah bagi bangsa Indonesia di tengah badai Covid 19
yang melanda bangsa dan kado terindah menuju ulang tahun kemerdekaan bangsa
masih saja dipersoalkan dan dihubungkan dengan agama bahkan dengan surga dan
neraka,” kata Pastor Kopong.
Pastor Kopong yang
sedang berada di Keuskupan Keuskupan Novaliches-Quezon City-Metro Manila
Philipina itu menilai mereka yang “mabuk agama” tanpa pernah bekerja untuk
Indonesia dan memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia masih saja
menghubungkan segala sesuatu dengan agama termasuk menjadi “panitia” surga dan
neraka bagi orang lain.
“Dan saya yakin orang
seperti ini sebenarnya sangat jauh dari yang namanya surga,” kata Pastor
Kopong.
Bagi Pastor Kopong,
surga bukan sekedar simbol yang dikenakan. Surga tak semudah merangkai
kata-kata doa kepada Tuhan.
“Tapi surga adalah
perjalanan dan perjuangan untuk menjadi pemenang atas dosa dan kesalahan atas
ketidakadilan dan ketidakbenaran,” kata Pastor Kopong.
Menurut Pastor Kopong,
surga adalah usaha dan perjuangan menjadi pembawa perdamaian dan bukan
kekacauan, pengampunan dan bukan kebencian, belas kasih dan bukan balas dendam,
keramahan dan bukan kemarahan, kerendahan hati dan bukan kesombongan.
Kemenangan Gresy/Rahayu
justru memperlihatkan bahwa simbol itu tidak penting. Karena yang paling
penting adalah mengimani kuasa Allah yang satu dan sama menyatukan perbedaan
menjadi sebuah kekuataan untuk berjuang menjadi pemenang sukacita.
Kemenangan
Gresya/Rahayu memperlihatkan bahwa Tuhan tidak pernah mempertentangkan
perbedaan bahkan tidak mempersoalkan simbol melainkan yang dilihat Allah adalah
tujuan dari perjuangan dan usaha mereka.
“Maka kemenangan
Gresya/Rahayu sejatinya menjadi tamparan keras bagi mereka yang sok suci dan
beragama namun mempertentangkan perbedaan, mempertentangkan Tuhan berlaku
seakan mereka adalah panitia surga. Karena orang seperti ini yang sebenarnya
jauh dari surga dan ingi menjauhkan orang lain dari surga,” kata Pastor Kopong.