Dimana Kita Berpijak, Kita Mengais Rezeki (Merantau untuk Kerja: Menjauh dari Zona Nyaman?)

Dimana Kita Berpijak, Kita Mengais Rezeki (Merantau untuk Kerja: Menjauh dari Zona Nyaman?)

Semangat lagi dengan segelas kopi ditambah dorongan membuat tulisan dari  kisah cerita dengan teman yang ingin merantau ke negeri seberang untuk mengais rezeki pada Jumat, 29 Oktober 2021.

 

Penulis bersama sobatnya, Pak Lius Nahak Hale saat diskusi ringan "dimana kita berpijak kita mengais rezeki"

"Tinggalkan zona nyaman, karena zona nyaman itu akan mematikan potensi secara perlahan. Mumpung masih muda, mumpung kaki masih kuat, mumpung belum punya asam urat, jangan ragu untuk terus melompat, demi masa depan yang lebih hebat."


Apakah arti zona nyaman itu? Menurut pendapat pribadi saya, zona aman adalah kondisi di mana seseorang merasa tidak perlu berusaha terlalu keras namun ia sudah mendapatkan seperti yang ia ekspektasikan, tidak ada usaha keras, banyak yang melindungi, dan hal lain yang membuat nyaman. Ketika SMA tepatnya, saya dikenalkan dengan istilah ini. “Keluar dari zona nyaman” adalaha perintah sekaligus motivasi yang sering senior katakan agar membuat adik kelasnya tidak manja dan mau berusaha. Seiring berjalannya waktu dan kedewasaan yang bertambah, akhirnya saya  menemukan sendiri arti zona nyaman. Zona nyaman tiap orang pasti berbeda, tingkatannya pun berbeda. Orang yang tangguh akan memiliki zona nyaman yang berbeda dengan orang manja. Tidak sama.


Lalu, dalam tulisan ini, saya ingin mengungkapkan kekaguman pada orang yang berani merantau dalam hubungan dengan dunia kerja. Apa hubungannya? Ya, menurut saya, seseorang yang berani merantau, hidup jauh dari orang tua dan keluarga (istri dan anak-anak, sebaliknya) adalah orang-orang yang berani keluar dari zona nyaman mereka. Bukan hal yang salah, jika sayang mengatakan bahwa lingkungan keluarga adalah zona nyaman, di mana lingkungan yang sejak kecil kita kenal, tempat di mana seorang anak akan mendapatkan pembelaan atau kebanggaan dari ayahnya dan kasih tak terhingga dari ibunya. Dipenuhi cinta maupun harta yang memang bukan milik sendiri, namun ia punya hak atas itu.


Kemudian di tengah hidup dalam keadaan yang nyaman, ia akhirnya memilih untuk merantau. Pergi menjauh dari keadaan yang selama ini membuatnya nyaman. Merantau bukan hanya sebatas pergi jauh dari keluarga, namun pergi untuk kembali dengan membawa hasil yang lebih baik. Misalnya saja seorang Kepala Keluarga (suami) memutuskan untuk memilih merantau mengais rezeki di tanah rantauan demi menopang kehidupan ekonomi keluarganya. Ia bisa saja berpikiran sempit dan memilih untuk tetap tinggal di Kampung Halamannya. Jujur saja, saya selalu kagum dan terkesan pada teman-teman yang berani merantau dari tanah kelahirannya untuk  mengadu nasib dan mengais rezeki ke negeri orang semisal Kalimantan, Palembdang dan Malaysia di mana di sana terbuka lapangan kerja bagi yang ingin mencari nafkah kehdiupan. Mereka merantau tidak untuk kepentingan pribadi semata, tapi mayoritas akan pulang kembali ke kampung halaman dengan pundi-pundi yang menjadi topangan financial kehidupan keluarga mereka. Anak-anak rantauan, anak-anak yang benar membuktikan betapa sulitnya jauh dari keluarga, betapa rindunya tak bertemu dengan orang terkasih, betapa nikmatnya bisa kembali pulang.


Merantau merupakan kebiasaan yang baik, karena dengan merantau banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya untuk perjalanan hidup kita. Dengan merantau, kita merasakan bagaimana sulitnya menjalani hidup, tanpa orang-orang yang kita cintai dan yang kita kenal di samping kita . Pada akhirnya dalam kondisi terdesak, maka muncullah berbagai inisiatif dan ide-ide kreatif untuk bisa menyelesaikan problematika hidup secara mandiri, kreatifitas pun akan terasah seiring berjalannya waktu.


Dunia ini luas, apakah tidak ingin kita mengalami hidup di tempat baru, bahkan di negeri orang, yang sangat mungkin menawarkan nuansa yang lebih menantang dan tentunya lebih indah.


Dunia ini luas, maka janganlah mempersempit pergerakan diri, sering-sering berkeliling mendatangi bumi Allah, men8k ati perjuangan ditempat yang asing bagi kita, karena perantau adalah manusia perkasa yang betani bertarung dalam ketidak pastian.


Petuah bijak ini menjadi acuan bagi yang ingin merantau mengais rezeki di tanah orang,

Orang berilmu dan beradaab tak kan diam dikampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Merantaulah, maka kau akan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air menjadi keruh, karena diam tertahan, jika air itu mengalir maka akan menjadi jernih, jika tidak, maka akan keruh dan menggenang. Singa jika tak tinggalkan sarangnya, maka tak akan dapat mangsa. Anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasarannya. Biji emas bagaikan tanah sebelum digali dari tambangnya. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa, jika ia masih di dalam hutan.


"Hidup adalah momentum untuk berpetualang. Petualangan yang tak pernah berhenti sebelum kita menemukan dimana letak kesuksesan kita berada"


---Selamat merantau, kesuksesan itu diraih bukan ditunggu---



Ikumuan wederok, Kabupaten Malaka

Jumat, 29 Oktober 2021

 




Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama