Kurangnya minat generasi muda pada sektor pertanian.
Kondisi seperti ini disebabkan karena kurangnya minat anak muda yang semakin
enggan untuk bekerja di sektor pertanian, itu semua dikarenakan sektor
pertanian dinilai kurang bergengsi bagi usia muda dan ketidakpastiannya dalam
mendapatkan upah atau imbalan yang mengakibatkan para remaja lebih memilih
bekerja di pabrik atau industri yang nantinya lebih terjamin dan mendapatkan
upah yang pasti. Para remaja juga menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani kurang
memiliki daya tarik yang signifikan dibanding dengan pekerjaan yang ada di
kota. Maka dari itu kebanyakan petani sampai saat ini adalah dari kalangan
orang tua yang kisaran umur 50 tahun ke atas.
Pada dasarnya semua petani kebingungan karena
anak-anak mereka tidak mau melanjutkan pekerjaan yang sudah ia tekuni mulai
dari usia muda. Tidak lain juga karena adanya orang tua yang menginginkan
anaknya agar bekerja yang layak di kota dan tidak seperti yang dia lakukan pada
saat ini, adanya hal seperti ini juga bisa mengakibatkan menurunnya angka
petani di desa. Berbagai alasan penyebab para remaja yang tidak mau melanjutkan
di sektor pertanian juga dipengaruhi oleh tidak adanya modal yang akan dipakai
dalam menjalankan pekerjaan tersebut.
Menurunnya angka petani di desa juga disebabkan oleh
perkembangan teknologi yang semakin canggih. Pada era yang semakin maju ini
teknologi adalah salah satu pelopornya baik dalam bidang pendidikan, kesehatan,
hingga pertanian. Menjadi seorang petani bukanlah profesi yang sangat mudah,
tetapi dengan bantuan teknologi pada saat ini, petani semakin mudah dan cepat
untuk melakukan perawatan pada lahannya, seperti contoh mesin pemotong padi.
Sebelum adanya mesin tersebut, para petani masih
mengandalkan jasa dari tenaga manusia disaat memanen padi, ada 10-15 orang yang
dibutuhkan dalam memanen padi. Tapi seiring majunya teknologi, sekarang panen
padi sudah menggunakan alat pemotong padi yang cukup canggih dan hanya
memerlukan sedikit tenaga manusia.
Di samping kemajuan teknologi yang sangat canggih,
ada beberapa dampak negatif yang bisa merugikan petani yaitu semakin tidak
dibutuhkannya tenaga manusia yang menyebabkan para petani kehilangan
pekerjaannya. Selain mempercepat pekerjaan petani, disisi lain teknologi juga
menjadi salah satu penyebab menurunnya angka petani.
Faktor selanjutnya yaitu harga pupuk yang tidak
sebanding dengan harga hasil panen. Seiring berjalannya waktu harga jual pasar
semakin bertambah mahal tetapi harga hasil panen petani memiliki harga jual
yang kurang menguntungkan. Peristiwa seperti ini menjadi salah satu penyebab
regenerasi petani semakin hari semakin berkurang karena tidak adanya
keseimbangan antara modal dan hasil.
Adapun beberapa faktor permasalahan yang ada pada
petani yaitu melonjaknya harga pupuk yang tidak sebanding dengan harga hasil
panen, permasalahan ini seringkali terjadi di sektor pertanian. Harga pupuk
yang melambung tinggi membuat para petani di desa mengeluh karena hasil panen
tidak bisa menutupi biaya operasional, mahalnya harga pupuk ini dikarenakan
pemerintah mulai membatasi pembelian pupuk bersubsidi, sehingga petani terpaksa
membeli pupuk non subsidi.
Namun ada juga beberapa petani yang mempunyai
inisiatif membuat pupuk sendiri dari bahan organik karena dia tidak mau terus
menerus untuk merugi.