Paus biru kerdil yang bermigrasi dapat terlihat dari pantai saat mereka melewati ibu kota Timor Leste, Dili. (Supplied: Edna Acojedo/Compass Timor-Leste) |
Di pantai dekat selat inilah Anda dapat dengan mudah melihat paus biru kerdil
saat mereka berenang, terkadang dalam jarak 100 meter.
Daerah ini sudah lama dikenal sebagai tempat yang pas untuk melihat aneka fauna
laut termasuk berbagai jenis paus dan lumba-lumba.
Tapi baru sekarang, berkat sebuah program pemantauan tahunan, paus biru yang
lewat bisa ditemukan.
Sebuah tempat yang sempurna Karen Edyvane, yang mengawasi program tersebut,
mengatakan dari pemantauan sebelumnya diperkirakan
populasi"Austral-Indonesia" berkisar sekitar700 hingga1.400 ekor paus
biru kerdil.
Paus biru "Pygmy", atau kerdil,disebut demikian karena mereka adalah
yang terkecil dari empat sub-spesies yang umumnya dikenal.
Namun, mereka masih bisa tumbuh hingga 24 meter, beberapa meter lebih pendek
dari ukuran paus biru normal yang panjangnya mencapai 30 meter dengan berat
hingga 130 ton.
Program pemantauan paus sudah dimulai sejak tahun 2016, menggunakan drone,
pesawat, kapal, dan pengamatan dari darat.
Operator tur paus di kawasan setempat juga membantu para ilmuwan, terutama
dengan informasi penampakan dan gambar paus.
Pada tahun 2020, program ini juga membentuk sebuah jaringan nelayan lokal yang
mengamati ikan paus.
Menurut Dr Karen, asisten profesor di Universitas Charles Darwin dan
Universitas Nasional Timor Leste,setelah para nelayan lokal datang tahun lalu,
program tersebut melaporkan telah melihat 500 ekor paus biru.
Jumlah tersebut menjadi sebuah rekor baru, dua kali lipat dari yang jumlah yang
diamatinya sebelumnya.
"Ini adalah program yang sangat sukses dan fantastis," katanya.
Ia mengatakan jumlah ikan paus yang terlihat sangatlah luar biasa, karena bisa
terlihat juga di malam hari.
"Desa-desa itu sangat dekat dengan air, warga bisa mendengar paus yang
lewat, kemudian mereka mengeceknya dengan obor."
Abisai Da Costa, salah satu nelayan yang berpartisipasi dalam proyek pengamatan
paus mengatakan di tempat asalnya, yakni Pulau Atauro, ada banyak nelayan tapi
tak cukup banyak pekerjaan bagi mereka.
Karenanya ia mendorong agar nelayan lain ikut terlibat dalam program pemantauan
paus biru.
"Ini bisa menjadi pekerjaan kedua bagi mereka, saya ingin membantu mengajari
mereka bagaimana membangun masa depan yang baik," ujarnya.
Dr Karen mengatakan interaksi terbaiknya dengan paus biru adalah saat dia
bekerja dengan nelayan setempat.
"Kami berada di perahu nelayan kayu yang sangat kecil dan paus biru ini
sering muncul, tepat di sebelah Anda," katanya.
"Mereka lebih dari tiga kali ukuran perahudan semburannya setinggi 10
meter," ujarnya, yang juga mengatakan menjadi hal yang tak bisa ia
lupakan.
Dr Karen mengatakan populasi "Austral-Indonesia" diyakini bermigrasi
setiap tahun dari tempat mereka makan di Antartika, berenang naik dan
mengitariAustralia selatan dan barat, melewati Timor Leste,sebelum tiba di Laut
Banda untuk melahirkan dan berkembang biak.
Berdasarkan pemantauan jangka panjang, Dr Karen mengonfirmasikan jikaSelat
Ombai-Wetar memang menjadikoridor migrasi utama untuk paus biru kerdil.
"Kami juga mengkonfirmasi bahwa lorong yang sangat sempit ini adalah
tempat yang sempurna, tidak hanya untuk menghitung jumlahnya, tetapi juga
meneliti lebih banyak tentang mereka."
Dia menambahkan, beberapa pausbiru juga bermigrasi di sepanjang selatan Timor
Leste, melalui Laut Timor.
Hasil dari program Monitoring ini merupakan kabar baik bagi Timor Leste dan
ikan paus, katanya.
"Kami berharap dapat mendorong peneliti pausbiru lainnya untuk datang ke
sinimelakukan penelitian dan juga spesies pauslainnya," katanya.
"Ini juga berita bagus untuk industri wisata bahari, yang masih baru,
kecil, tapi berkembang cukup pesat."
Bertemu paus biru adalah 'sensasi yang menyenangkan'
Robert Crean, pemilik operator wisata bahari Compass Timor Leste, mengatakan
pantai utara negaranya adalah tempat yang luar biasa untukmelihat paus, karena
banyak yang melintas di sana.
"Kami, dengan rendah hati, yakinsituasi seperti ini benar-benar langka di
dunia, terutama jika menyangkut hewan seperti paus biru."
Mengenal lebih dekat paus biru, sebagaisalah satu "penghuni laut
yangpaling menakjubkan"adalah "sensasi yang menyenangkan", katanya.
"Ini mungkin terdengar klise, tapi pertemuan dengan paus biru
merupakanpengalaman singkatmengesankan, yang dapatmemperdalam hubungan kita
dengan laut," katanya.
Robert, warga Australia yang telah tinggal di Timor Leste selama lebih dari 20
tahun mengatakandirinya percaya jika wisata paus nantinya memiliki potensi
untuk memimpin pengembangan industri wisata bahari di Timor Leste.
Perekenomian negara muda ini sampai sekarangmasih sangat bergantung pada
cadangan minyak.
"Potensinya sangat besar dan belum tergarap, sehingga hampir tidak mungkin untuk mengukur batasnya," katanya.
Tanda-tanda
kurang gizi
Menurut Dr Karen,salah satu hal penting tentang program pemantauan paus biru
adalah memberikan kesempatan untukmengamati paus.
"Apa yang kami lihat tahun ini, yang mungkin bahkan lebih
signifikan,adalah tanda-tanda mengkhawatirkan dari beberapa paus yang sangat
kekurangan gizi, terutama induk paus," katanya.
"Sangat normal bagi paus biru untuk kehilangan berat badan selama mereka
berada di perairan tropis.Tapi tahun ini, mereka terlihat sangat kurus,
terutama di tubuh bagian bawah dan di belakang lubang sembur."
"Pada beberapa paus, tulang rusuk, tulang belakang, dan tulang punggung
mereka sangat menonjol dan terlihat."
Dia mengatakan paus-paus itujuga meninggalkan tempat melahirkan dan berkembang
biaklebih awal dari biasanya.
Dan bukannya melewati perairan Timor Leste dengan cepat, mereka menghabiskan
waktu yang tidak biasa untuk makan.
"Mereka jelas sangat lapar," katanya.
Dia mengatakan, penyebabnya mungkin terkait suhu tinggi permukaan laut, yang
tercatat dalam jalurmigrasi paus melalui Timor Leste, akibat tren pemanasan
laut yang lebih lama yang mengkhawatirkan.
"Kami jelas membutuhkan lebih banyak penelitian yang mencakup pemantauan
paus dan perubahan atmosfer laut tropis yang kompleks untuk lebih memahami
dampak tren laut dan iklim ini pada populasi paus biru," katanya.
Artikel
ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.