Ilustrasi |
Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaskah, yang
menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paskah.
Apa arti Hari Rabu Abu?
Dikutip dari iKatolik.com, Hari Rabu Abu dalam
Gereja Katolik adalah hari pertama dimulainya masa pra-Paskah.
Masa pra-Paskah merupakan masa persiapan menyambut
hari raya Paskah atau hari Kebangkitan Yesus Kristus pada hari Minggu Paskah.
Hari Rabu Abu selalu diperingati pada 46 hari
sebelum Paskah.
Karena Hari Raya Paskah selalu jatuh pada tanggal
yang berbeda setiap tahunnya, maka begitu juga dengan Hari Rabu Abu.
Walaupun Hari Rabu Abu bukanlah hari raya yang wajib
bagi umat Katolik, namun Gereja Katolik sangat mendorong umatnya untuk mau
menghadiri misa pada hari Rabu Abu agar menandai dimulainya pekan suci
pra-Paskah.
Mengapa Hari
Rabu?
Dikutip dari katolisitas.org, Gereja Katolik
menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu karena hari Minggu tidak
dihitung dan dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus, maka masa Puasa
berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari.
Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari
Rabu.
(Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6
minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).
Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu
disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paska, tanpa
menghitung hari Minggu.
Mengapa
Menggunakan Abu?
Abu adalah tanda pertobatan.
Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan,
misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).
Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini
diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati
dan kembali menjadi debu.
Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja,
kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil”
atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to
dust you shall return).”
Pemberian
Abu
Dalam misa Rabu Abu, abu diberikan kepada umat.
Abu yang diberikan, diperoleh dari hasil pembakaran
daun palem yang telah diberkati dan dibagikan pada minggu palma pada 1 tahun
sebelumnya pada Hari Minggu Palma.
Banyak Gereja Katolik yang tersebar di seluruh dunia
meminta umatnya untuk mengembalikan daun palem yang dibawa pulang ke rumah,
daun palem yang sudah mengering agar dapat dibakar dan dijadikan Abu.
Abu itu pada misa Rabu Abu setelah diberkati oleh
Pastor dan diperciki dengan air suci, para umat diperbolehkan untuk maju
menerima Abu.
Hari Tobat
Pemberian Abu mengingatkan kita akan mortalitas
(hidup duniawi yang akan berakhir nanti) kita, dan mengajak kita untuk
bertobat.
Pada masa Gereja awal, Rabu Abu adalah hari yang
diperuntukkan bagi para pendosa dan orang-orang yang ingin kembali ke pangkuan
Gereja, untuk memulai pertapaan sebagai wujud penyesalan dan tanda tobat.
Abu yang kita terima merupakan pengingat akan
kedosaan kita, dan banyak umat Katolik yang membiarkan tanda salib dari Abu di
dahi kepala mereka sebagai tanda kerendahan hati.
Berpuasa dan
Berpantang
Gereja Katolik menekankan bahwa pentingnya bentuk
penyesalan akan dosa kita nyatakan juga dengan puasa dan berpantang memakan
daging.
Umat Katolik yang berumur 18 tahun hingga 60 diminta
untuk berpuasa, yaitu mereka hanya boleh makan malam dengan lengkap (minus
daging) dan hanya 2 porsi yang sedikit pada pagi dan siang hari; dan tidak
boleh ada makanan lain selain dari pada itu.
Dan bagi umat di atas umur 14 tahun untuk menahan
diri untuk memakan daging, atau makanan yang mengandung daging pada hari Rabu
Abu.
***
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Rabu Abu Artinya? Ini
Penjelasannya, Rabu Abu 2022 Diperingati 2 Maret, https://sumsel.tribunnews.com/2022/02/25/rabu-abu-artinya-ini-penjelasannya-rabu-abu-2022-diperingati-2-maret?
Penulis: Abu Hurairah | Editor: Abu Hurairah