Ilustrasi dua ekor burung elang |
Suri Ikun adalah nama salah satu di antara tujuh orang anak laki-laki yang mereka miliki. Budi pekertinya baik, ia jujur, suka menolong dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Suri Ikun sangat di sayang oleh kedua orang tua dan
ke tujuh saudara perempuannya. Berbeda dengan keenam saudara laki-lakinya yang
sangat pemalas dan penakut.
Pada suatu hari, babi hutan datang menyerang kebun
milik suami-istri tersebut. Serangan babi hutan itu membuat panen menjadi gagal
dan tanaman banyak yang di rusak.
Petani itu bingung, jika panen gagal bagaimana ia
dapat menghidupi anak-anaknya yang banyak itu. Suri Ikun memberi saran agar
semua anak lelaki itu bergantian untuk menjaga kebun setiap malam.
Sang ayah merasa senang atas gagasan itu. Tujuh anak
lelaki sudah cukup untuk bergantian menjaga kebun selama seminggu sekali.
Tetapi keenam anak lelaki itu bukannya senang, mereka malah merasa
geram dan marah. Dasar mereka pemalas dan penakut. Tidak mau bekerja
keras.
Tetapi gagasan itu harus dilaksanakan, demi kelangsungan
hidup seluruh keluarga. Akhirnya, mau tidak mau ke tujuh anak lelaki itu harus
bersedia untuk menjaga kebun milik ayah mereka secara bergantian. Namun, karena
merasa takut terhadap babi hutan itu, keenam saudara laki-laki itu
mengatur siasat agar Suri Ikun yang selalu menjaga kebun ayahnya.
Suri Ikun, aku tidak pandai memanah, jadi sebaiknya
malam ini kau saja yang menjaga kebun kita, ucap kakaknya.
Tanpa berpikir bahwa ia telah diperdaya, Suri Ikun
menuruti keinginan kakanya. Hari berganti hari, keenam kakaknya tetap
mengemukakan alasan yang serupa. Akhirnya Suri Ikun lah yang harus menjaga
kebun di setiap malam.
Suatu hari, Suri Ikun berhasil memanah seekor babi
hutan yang hendak merusak kebun miliknya. Ia membawa daging buruannya ke rumah.
Betapa liciknya keenam kakak lelakinya, mereka membagi daging babi hutan itu
hanya untuk mereka, sedangkan Suri Ikun hanya di sisakan bagian kepalanya.
“Aku tidak suka makan babi hutan, jadi semua boleh
kalian makan,” ucap Suri Ikun.
Keenam kakak lelakinya hanya tertawa melihat adik
mereka tidak mendapatkan bagian apa-apa. Suri Ikun yang baik hati semakin di
sayang oleh kedua orang tuanya, hal ini menimbulkan rasa iri dari keenam kakak
lelakinya, mereka merencanakan niat jahat.
Bagaikan cerita Nabi Yusuf di waktu kecil. Salah
seorang kakak lelakinya membujuk Suri Ikun untuk pergi berburu ke hutan. Mereka
ingin mencelakai Suri Ikun dengan mengumpankan kepada hantu-hantu hutan di
pinggiran desa yang suka memakan manusia.
Tanpa rasa curiga sedikit pun, Suri Ikun memenuhi
ajakan keenam kakaknya. Hari sudah malam, ketujuh saudara laki-laki itu pergi
masuk ke hutan yang angker.
Suri Ikun diam-diam di tinggal oleh keenam kakaknya
di dalam hutan. Ia berteriak-teriak memanggil kakaknya. Kakak...kakak di mana
kalian? Teriak Suri Ikun.
Setiap Suri Ikun berteriak memanggil-manggil
kakaknya, hantu hutan yang selalu menjawabnya sehingga Suri Ikun semakin
tersesat di dalam hutan.
Karena tak tahu jalan untuk pulang, mudah bagi hantu
untuk menangkapnya, tapi karena tubuh Suri Ikun yang kurus dan kecil, hantu
hutan pun mengurungkan niat mereka untuk memakan Suri Ikun. Ketika Suri
Ikun sedang asyik duduk di dalam gua, tiba-tiba datang dua ekor burung kecil ke
pangkuan Suri Ikun. Kedua burung kecil itu tampak terluka dan hampir mati.
Kedua burung kecil itu tampak sedih karena terperangkap di dalam gua.
Dengan kasih sayang, Suri Ikun mengobati kedua
burung kecil itu, ia merawat sampai burung kecil itu sembuh dari lukanya.
Setiap hari burung itu diberinya makan. Ketika kedua burung tersebut sembuh dan
menjadi burung yang besar dan kuat, kedua burung itu membalas budi kepada Suri
Ikun.
“Kamu pasti manusia yang baik. Kamu pasti ingin
keluar dari hutan ini. Mari, kami ajak kamu pergi ke suatu tempat yang sangat
indah,” ucap kedua burung itu.
Kedua burung itu membawa Suri Ikun untuk keluar dari
hutan. Akhirnya, ia bebas dari cengkeraman hantu-hantu yang hendak memangsanya.
Kedua burung itu membawa Suri Ikun terbang melewati bukit-bukit dan lautan.
Benar saja, kedua burung itu membawa Suri Ikun ke sebuah istana yang sangat
indah dan megah.
“Karena bahagianya, Suri Ikun mendapatkan hadiah
itu. Karena bukan hanya istana megah dan indah yang ia dapatkan, tetapi ia juga
mendapat seorang permaisuri yang cantik dan para pengawal yang gagah berani.
Rakyat di negeri itu pun sangat ramah dan baik hati.
Itulah kesan dan pesan yang dialami setiap orang
bila berbuat baik terhadap orang lain di suatu waktu akan mendapat imbalannya
yang baik pula.