Ilustrasi |
Webinar tersebut menghadirkan tiga narasumber
yaitu Firman Parlindungan dari Universitas Teuku Umar Aceh, Sofie Dewayani dari
Yayasan Litara, dan Riski selaku Guru dari SDN Sidotopo I/48 Surabaya.
Menurut Firman Parlindungan, kata literasi atau
terminologi literasi sudah semakin berkembang. “Literasi berkaitan dengan satu
bahasa, dwiliterasi (biliteracy) berkaitan dengan literasi dalam dua bahasa dan
literasi multibahasa (multilingual literacy) berkaitan dengan dua bahasa atau
lebih, dan yang terakhir multiliterasi ini melibatkan visual, matematika, IT,
media sosial, dan bisa dalam satu bahasa ataupun dua atau lebih bahasa,”
jelasnya pada Selasa (8/3/2022).
Firman mengambil contoh definisi literasi dari
UNESCO tahun 2004 dan ILA tahun 2016 yang menyatakan bahwa literasi berkaitan
dengan kemampuan atau kompetensi, mengidentifikasi, memahami, menafsirkan,
mencipta, mengomputasi dan berkomunikasi, dan semua kompetensi yang berkaitan
dengan simbol yang tertulis dalam berbagai konteks. Pembelajaran literasi harus
berdasarkan pada pengamatan yang sistematis dan melihat perkembangan literasi
secara langsung.
Selanjutnya, narasumber kedua yakni Sofie Dewayani
memaparkan tujuan perumusan kerangka kompetensi literasi guru yaitu memberikan
arah bagi program kapasitas guru untuk mengembangkan lingkungan belajar yang
literat dan menyenangkan bagi siswa, memberikan arah bagi program peningkatan
kapasitas guru untuk mengembangkan pembelajaran berkualitas dengan strategi
berpikir melalui teks sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta
memberikan arah bagi program pengembangan profesionalisme dan peningkatan
kecakapan literasi guru.
Riski menambahkan selama praktik pembelajaran dan
asesmen literasi di SD, penerapan strategi membaca dan menulis berjalan secara
eksplisit. Pelaksanaan pembelajaran terjadi dalam beberapa kelompok yang terdiri
dari 1) mini lesson yakni mengemas pembelajaran menarik selama 15
menit, 2) conferring dan small group yakni membentuk kelompok diskusi
untuk membahas suatu hal selama 35 menit, dan 3) share yakni saling
bertukar pikiran dalam sebuah diskusi selama 10 menit.
“Dengan menggunakan strategi pembelajaran menulis
secara eksplisit, siswa dapat melisankan puisi hasil karya pribadi dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri. Tujuan
asesmen ditujukan untuk mengetahui kelancaran membaca anak teknik yang
digunakan untuk menjalankan catatan (running records),” tuturnya.
***
Sumber: https://gtk.kemdikbud.go.id