Rombongan kami semua ada 13 orang yang terdiri dari
perwakilan masyarakat adat, tokoh masyarakat dan agama.
Dalam acara tersebut, kami menjadi saksi mata dan
berdoa bersama yang dipimpin oleh Kepala kantor Kemenag Penajam.
Doa di daraskan dalam tata cara muslim. Dalam hati
saya tentu berdoa dengan intensi mohon berkat keselamatan bagi para pemimpin
negeri dan proses pembangunan Ibu
Kota Nusantara.
Saya lalukan sambil menggengam Salib Oblat sesuai
tradisi sebagai seorang OMI.
Saya yakin, demikian pula dengan para tokoh adat,
masyarakat dan agama lain yang turut dalam acara doa tersebut menghendaki
keselamatan, kedamaian dan segala hal baik dalam proses pembangunan Ibu Kota
Nusantara.
Sehati dan sejiwa. Cor unum et anima una.
Setelah acara tersebut selesai, Bapak Presiden dan
para Gubernur serta beberapa Menteri yang hadir, juga kami semua beristirahat
di tenda yang disediakan panitia.
Bapak Presiden kemudian beranjak ke lokasi tempat
mereka akan camping.
Beberapa waktu kemudian, kami diundang untuk bertemu
Beliau di salah satu tenda terbuka.
Pak Jokowi nampak sangat ramah dan sederhana. Acara
dialog pun terasa santai, tanpa ketegangan.
Beberapa perwakilan dipersilahkan menyampaikan
pemikirannya. Bapak Presiden menanggapi dengan bijak.
Cara bicara dan penyampaiannya begitu tenang.
Rupanya harapan kami sudah ada dalam kerangka pemikiran besar Beliau.
Sebagai peserta yang mendengar langsung, saya
berkeyakinan bahwa program raksasa Ibu Kota Nusantara ini, sudah melibatkan dan
berusaha mengakomodasi segala elemen penting. Semua bagi bangsa dan negera
RI.
Maka sudah sepantasnya bila kita sebagai umat
Katolik di Indonesia, yang menyadari kehadiran kita sebagai bagian tak terpisah
dari RI, membuka diri untuk bekerja sama dan mendukung "kerja bakti
nasional" pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Akhir kata : Pak Jokowi, You'll never walk
alone.
Doa kami umat Katolik menyertai.
Sugeng makaryo, Berkah Dalem.