Hindari Rudal Rusia, RS Anak di Ukraina Pindah ke Basement
(REUTERS/UMIT BEKTAS) |
Kharkiv pernah dikenal sebagai kota dengan perawatan paliatif terbaik di negara
itu. Perawatan paliatif adalah perawatan untuk pasien yang memiliki
penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Perawatannya hanya butuh memaksimalkan
kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala psikis yang mengganggu.
Kharkiv kini berubah menjadi daerah yang paling banyak dibom di Ukraina.
Pasukan Rusia menargetkan permukiman di sana selama seminggu terakhir,
menghantam infrastruktur sipil seperti sekolah, toko, rumah sakit, blok
apartemen dan gereja.
Eugenia Szuszkiewicz, dokter anak dan spesialis perawatan paliatif, mengaku
stres dan cemas membayangkan bagaimana menyeberangkan anak-anak tersebut ke
negara tetangga lewat jalur yang bahkan sulit untuk orang sehat sekali pun.
Szuszkiewicz kebanjiran telepon dari para orang tua
putus asa yang anak-anaknya terjebak di daerah Kharkiv. Permohonan orang tua
untuk bantuan bersamaan dengan jatuhnya bom di sekitar mereka. Ia menuturkan
tentang seorang ibu yang berteriak bahwa tanpa ventilator dan penghilang rasa
sakit segera, anaknya tak akan bertahan.
"Saya hanya bisa memberi tahu dia jika dia menemukan
jalan ke Lviv (di Ukraina Barat) maka saya akan dapat membantunya,"
kata Szuszkiewicz dengan air mata mengalir di wajahnya seperti dikutip dari
CNN, Sabtu (5/3).
Hingga kini ia tidak tahu apakah ibu dan anak tersebut masih hidup. Kendati tak
bisa membantu semua orang, namun Szuszkiewicz berusaha untuk membantu
sebanyaknya anak-anak. Secara total timnya telah mengangkut 50 orang dari
Ukraina ke Polandia.
Menurut dia, ada hampir 200 anak dalam perawatan paliatif di wilayah Kharkiv
saja. Awalnya, Szuszkiewicz mencoba mengatur kereta api atau transportasi darat
ke Kharkiv sendiri, tapi ternyata hal itu mustahil karena terlalu berbahaya
saat kota dikepung.
Sebaliknya, keluarga harus mencari cara untuk sampai ke Lviv, sebelum dia bisa
mengatur transportasi ke tempat yang aman di Polandia.
Dalam menyelamatkan anak-anak berkebutuhan medis, ia berhubungan dengan
direktur rumah sakit lokal yang menyusun daftar siapa yang ingin pergi dan
siapa yang secara realistis bisa berangkat.
Orang tua dari anak-anak yang menggunakan ventilator tidak punya pilihan,
anak-anak mereka diprediksi tidak akan bertahan dalam perjalanan panjang.
Kendati begitu, beberapa memutuskan untuk tetap berangkat dan tak menyia-nyiakan
kesempatan.
Szuszkiewicz bercerita bahwa beberapa orang tua mengatakan kepadanya lebih baik
meninggal di jalan dari pada di tengah ledakan bom.
Pemerintah Polandia dan Rumah Sakit Klinik Pusat Warsawa mengubah beberapa
gerbong kereta menjadi bangsal medis darurat, termasuk ruang operasi.
"Segera setelah saya tiba dan mendekati bus itu dan saya berkata, 'kami di
sini, segera Anda akan diselamatkan, kami akan membawa Anda keluar dari negara
dalam perang ini. Anda bisa tenang sekarang'," ujarnya.
***
Sumber: www.cnnindonesia.com