Selain eli-eli lama sabakhtani, ada beberapa
ungkapan lain yang masing-masing perkataan memiliki makna dan semuanya
berkaitan dengan karya keselamatan yang sedang dikerjakan oleh-Nya.
Makna Eli-eli Lama Sabakhtani oleh Yesus
Injil Matius
27:46 mengatakan: “Eli, Eli,
lama sabakhtni”? artinya”Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Injil Markus
15:34 mengatakan: “Eloi,
Eloi, lama sabakhtani”? artinya ‘ Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?
Jadi, pada waktu disalib Yesus tetap Tuhan dan juga
manusia. Maka pada perkataan, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?“, mengacu kepada kodrat kemanusiaan Yesus, yang berdoa kepada Allah
Bapa-Nya
Ungkapan Yesus ini terkesan penuh dengan
penderitaan. Namun, bila ditelisik lebih dalam, sebenarnya ungkapan ini dapat
disebut sebuah ungkapan pengharapan.
Seruan keselamatan umat manusia
Ungkapan ini diserukan oleh Yesus saat Dia
disalibkan dan tidak lama sebelum Dia mati. Perlu untuk diingat bahwa semua itu
dialami oleh Yesus bukan karena Dia penuh dosa, dan Dia adalah seorang
penjahat. Melainkan itu dialami dan harus ditanggung oleh-Nya untuk
menggantikan kita, untuk menyelamatkan kita dan untuk membenarkan kita. Yesus
disalibkan, Yesus mati adalah supaya kita diselamatkan dan memperoleh hidup
yang kekal.
Memperbaiki relasi antara manusia dengan Allah yang
telah rusak
Yesus berseru eli-eli lama sabakhtani karena Dia
sedang berada dalam kondisi di mana Allah Bapa memalingkan muka dari pada-Nya.
Karena semua dosa manusia telah ditanggungkan kepada-Nya, sehingga Bapa
memalingkan muka dan meninggalkan Dia.
Semua ini harus ditanggung Yesus agar semua murka
Allah terhadap manusia berdosa diberikan kepada-Nya. Dan relasi antara Bapa dan
manusia yang telah rusak karena dosa sekarang telah diperbaiki. Melalui Yesus,
kita bisa berdoa dan datang kepada Bapa.
Konsep ini didukung dengan peristiwa terbelahnya
tabir Bait Allah seperti yang dicatat dalam Matius 27:51.
Menjadi tanda akan adanya kehidupan yang baru dalam
Yesus Kristus
Seruan ini diserukan oleh Yesus berkaitan dengan
penebusan kita, maka klimaks dari semuanya itu adalah kehidupan yang baru dalam
Kristus. Sehingga melaluinya kita tidak perlu takut kepada setiap apa yang
dapat mencelakakan kita di dalam dunia ini.
Yesus telah menggantikan kita mengalami penderitaan,
ditinggalkan Allah Bapa supaya kehidupan kita mengalami sukacita, damai
sejahtera dalam persekutuan yang kekal dengan Allah Bapa.
Eli, Eli, lama sabakhtani dan mengapa Yesus berdoa?
Dalam Injil 3 Injil dituliskan demikian: “Eli, Eli,
lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?” (Mt 27:46; Mk 15:34; Lk 23:46). Untuk menelaah hal ini, kita perlu
melihat bahwa sebagai Putera Allah yang menjelma menjadi manusia, Yesus
adalah Tuhan dan juga adalah manusia. Oleh karena itu, Yesus mempunyai dua
keinginan dan juga dua akal budi. Lebih lanjut tentang hal ini, silakan membaca
artikel-artikel Kristologi berikut ini:
Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan
berpusat pada Kristus, Allah
yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah
perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya:
KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan
oleh para nabi. Yesus Kristus
yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan
masuk ke dalam sejarah manusia.
Jadi, pada waktu disalib Yesus tetap Tuhan dan juga
manusia. Maka pada perkataan, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?“, ini mengacu kepada kodrat kemanusiaan Yesus, yang berdoa
kepada Allah Bapa-Nya.
Doa Yesus di
Salib adalah doa berpengharapan.
Ini adalah salah satu contoh bagaimana Alkitab dapat
dipercaya, karena penulis Alkitab yang ditulis dalam terang Roh Kudus, tetap
menuliskan sesuatu yang terjadi, yang mungkin dapat menjadi kesalahpahaman bagi
banyak orang di masa yang akan datang.
Doa yang dipanjatkan oleh Yesus di Mat 27:46
bukanlah doa orang yang berputus asa, namun doa yang berpengharapan. Adalah
jamak bagi orang Yahudi untuk dapat mengingat Mazmur. Dan pada waktu seseorang
memulai sebuah Mazmur, ini berarti orang tersebut berniat untuk menyatakan
Mazmur tersebut sampai selesai. Dan oleh karena keterbatasan fisik Yesus pada
saat disalibkan (sebagai catatan: pada saat seorang disalibkan, maka setiap
tarikan nafas adalah merupakan suatu siksaan), Dia hanya mengucapkan satu baris
dari Mazmur 22. Dan oleh karena itu, umat Katolik percaya bahwa Yesus
menyatakan Mazmur 22 secara keseluruhan, yang merupakan suatu pernyataan akan
kemenangan Tuhan terhadap segala penderitaan dan juga termasuk kematian. Hal
ini dapat dilihat bahwa Yesus mengutip Mazmur, di mana pada permulaan Mazmur
dikatakan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? …” (Mz 22:1) dan
kemudian diakhiri dengan seruan pujian kepada Tuhan. Untuk lebih jelasnya,
berikut ini adalah ayat-ayat dari Mzm 22:
Untuk pemimpin
biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud.
1) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
2) Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
3) Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
4) Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.
5) Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.
6) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
7) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya:
(8) “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?”
9) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.
10) Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
11) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
12) Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku;
13) mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum.
14) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku;
15) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.
16) Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
17) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.
18) Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.
19) Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
20) Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing.
21) Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!
22) Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:
23) kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!
24) Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
25) Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia.
26) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
27) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
28) Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.
29) Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
30) Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang.
31) Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Pada beberapa kata-kata di atas digaris bawah dari
Mazmur yang tertulis dari abad 14-8 SM, terpenuhi dalam drama penyaliban Yesus.
Inilah salah satu yang menyebabkan umat Katolik percaya akan Yesus sebagai
Tuhan, karena Dia telah dinubuatkan sebelumnya, termasuk kelahiran, karya
publik, mukjijat, penderitaan, kematian, kebangkitan, dll. Nubuat ini begitu
penting agar manusia tidak salah mengenali Orang yang telah dijanjikan oleh
Allah dari awal mula. Kalau ini bukan dari Tuhan sungguh sangat sulit untuk
menerangkan bagaimana suatu nubuat yang dinyatakan ratusan bahkan seribu tahun
lebih sebelum masehi terpenuhi dalam diri Yesus. Keterangan lebih lanjut
dapat dibaca di dalam rangkaian artikel Kristologi.
Mengapa Yesus
berdoa?
Yesus berdoa dalam berbagai kesempatan (lih. Mt
16:23; Mt 26:36; Mk 14:32; Lk 3:21; 6:12;Lk 9:18, 28; Lk 11:1-2; Lk 18:1).
Untuk itu, kita harus melihat definisi dari doa.
Thomas Aquinas, Summa Theology, q. II-II, 83, a.1-2 membahas tentang definisi
doa, dimana dia mengatakan bahwa doa adalah “membuka keinginan kita kepada
Tuhan, sehingga Dia dapat memenuhinya.” Karena di dalam Kristus (satu pribadi)
ada dua keinginan, yaitu manusia dan Tuhan, maka menjadi hal yang wajar, kalau
Yesus berdoa karena Dia mempunyai kodrat manusia. Sama seperti kita
sebagai orang beriman, kita menyatakan keinginan kita di hadapan Allah.
Dalam konteks pribadi Yesus, yang mempunyai kodrat
sungguh manusia, maka bukanlah hal yang aneh kalau Yesus berdoa, sebagaimana
manusia juga perlu berdoa. Namun di satu sisi, karena di dalam Yesus ada
persatuan (hypostatic union) antara Tuhan dan manusia, maka pada akhirnya
kehendak-Nya sebagai manusia senantiasa sama dengan kehendak-Nya sebagai Tuhan.
Yesus berdoa untuk kepentingan manusia. Yesus
dapat saja berdoa dalam hati, namun Dia ingin menunjukkan kepada kita bagaimana
seharusnya sebagai manusia kita berdoa, yaitu bahwa kita harus senantiasa
tunduk kepada kehendak Allah Bapa, meskipun di dalam situasi yang paling sulit
sekalipun.
Yesus berdoa tanpa henti, untuk mengajar manusia
senantiasa berdoa di dalam segala kesempatan tanpa henti (lih. Mt
16:23; Mt 26:36; Mk 14:32; Lk 3:21; 6:12;Lk 9:18, 28; Lk 11:1-2; Lk 18:1).
Yesus mengajarkan kepada manusia bahwa di dalam doa
yang terpenting adalah untuk mengikuti kehendak Tuhan, seperti yang
dikatakan-Nya dalam doa-Nya di Taman Getsemani, dimana Dia berkata “”Ya Abba,
ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku,
tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau
kehendaki.” (lih. Mt 26:36; Mk 14:32-36).
Yesus mengajarkan doa yang sempurna, yaitu doa
Bapa Kami, yang terdiri dari tujuh petisi (lih. Mt 6:9-13).
Yesus menunjukkan bahwa di dalam setiap percobaan,
maka Tuhanlah yang menjadi kekuatan dalam doa, seperti yang ditunjukkan
oleh Yesus di dalam drama penyaliban (Mt 27:46; Mk 15:34; Lk 23:46).
Yesus juga mengajarkan pentingnya untuk mengampuni
orang yang bersalah kepada kita, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus dengan
berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat.” (lih. Lk 23:34).
Dan masih begitu banyak contoh yang lain, yang
menyebabkan pengikut Kristus tahu bagaimana untuk berdoa, karena Tuhan sendiri
– melalui Kristus – yang menunjukkan kepada manusia bagaimana seharusnya
berdoa.
Jadi dari keterangan di atas, Yesus berdoa karena
1) selain mempunyai kodrat ilahi, Yesus juga mempunyai kodrat
sebagai manusia 2) demi kepentingan manusia, sehingga manusia
dapat meniru apa yang telah dilakukan-Nya. Mungkin akan sulit untuk menerima
argumentasi di atas tanpa percaya terlebih dahulu bahwa Yesus adalah Tuhan yang
menjelma menjadi manusia, karena apapun yang dilakukan oleh Yesus senantiasa.
Demikian
penjelasan mengenai eli-eli lama sabakhtani, sebagai salah satu ungkapan Yesus
saat berada di atas salib.
***
Referensi: katolisitas.org