Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO |
Meski sudah tahu kabar
tersebut, Terawan hari ini, Senin (28/3), masih praktik menangani pasien di
Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara (RSDKT) Slamet Riyadi Solo, Jawa Tengah.
Sebelumnya, Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
merekomendasikan pemberhentian Terawan Agus Putranto dari keanggotaan IDI.
Rekomendasi tersebut dibacakan dalam Muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh, Jumat
(25/3).
Pemberhentian Terawan
akan dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 28 hari kerja. Terdapat lima asalan
yang mendasari rekomendasi KMEK ID tersebut. Salah satunya, karena Terawan
melakukan promosi kepada masyarakat luas tentang Vaksin Nusantara sebelum
penelitian vaksin berbasis sel dedintrik itu selesai.
Mantan Tenaga Ahli (TA)
Menteri Kesehatan era Terawan Agus Putranto, Andi, menuturkan hari ini Terawan
masih bekerja seperti biasa. Padahal Terawan sudah tahu dirinya bakal dipecat
dari keanggotaan IDI.
“Sampai hari ini saya masih sangat bangga dan
merasa terhormat berhimpun di sana (IDI),” kata Terawan, seperti ditirukan Andi
dalam siaran persnya, Senin (28/3).
Menurut Terawan, kata
Andi, IDI seperti rumah kedua, menjadi tempatnya bernaung bersama
saudara-saudara sejawat lain.
“Pak Terawan mengimbau,
teman-teman sejawat dan yang lain agar bisa menahan diri untuk tidak
menimbulkan kekisruhan publik, karena kita masih menghadapi pandemic COVID-19,
kasihan masyarakat dan saudara-saudara sejawat yang di daerah, puskesmas, Rumah
sakit dll. ikut terganggu” ujarnya.
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengikuti rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO |
"Saya sudah
disumpah akan selalu membaktikan hidup saya guna perikemanusiaan, mengutamakan
kesehatan pasien dan kepentingan masyarakat" ujar Andi menirukan Terawan.
Terawan juga menyampaikan
bahwa dia sangat menyanyagi saudara-saudara sejawatnya dan hormat kepada para
guru.
"Semua dokter itu
sesuai sumpah kita, teman sejawat itu seperti saudara kandung, jadi saya
menyayangi semua saudara saya di sana (IDI)." kata Andi saat menirukan
Terawan.
Soal putusan MKEK,
Terawan menyerahkan semuanya kepada saudara sejawatnya. "Biarkanlah
saudara-saudara saya yang memutuskan. Apakah saya masih boleh nginep di rumah
atau diusir ke jalan" kata Terawan.
Sebelumnya, Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) merekomendasikan pemecatan permanen Terawan
dari keanggotaan IDI. Setidaknya ada 3 poin yang disampaikan MKEK terkait
pemecatan Terawan, berikut bunyinya:
·
Meneruskan hasil
sidang khusus MKEK yang memutuskan pemberhentian permanen sejawat doktor
Terawan Agus Putranto sebagai anggota IDI
·
Pemberhentian
dilakukan oleh PB IDI selambat-lambatnya 28 hari kerja
·
Ketetapan ini
berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Rekomendasi MKEK ini
terkait dengan metode Digital Subtraction Angiography (DSA) atau lebih dikenal
sebagai 'cuci otak'. Metode DSA dinilai meragukan karena menggunakan alat yang
Salah satunya. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (Perdossi), Hasan Machfoed.
Menurut Hasan, alat
yang digunakan Terawan dalam melakukan terapi cuci otak, Digital Subscription
Angiography (DSA), sesungguhnya tidak berfungsi untuk menyembuhkan penyakit,
tapi merupakan diagnosis.
Ia mengibaratkan DSA
seperti rontgen yang biasa digunakan untuk memeriksa kondisi paru-paru
seseorang. Namun, ujar Hasan, Terawan mengalihfungsikan DSA yang sebetulnya
alat diagnosis, menjadi alat terapi, bahkan alat pencegahan penyakit.
***
Source: kumparanNEWS