Seorang perempuan di St Petersburg tengah menonton Presiden Putin di televisi pekan lalu |
Jadi, apa yang dilihat oleh para penonton televisi
di Rusia tentang perang? Pesan-pesan apa yang mereka dengar melalui berita? Ini
adalah apa yang dilihat oleh orang-orang biasa di Rusia yang menonton televisi
pada Selasa, 1 Maret, saat kami menelusuri satu demi satu stasiun televisi di
negara tersebut, yang dikontrol oleh Kremlin dan sekutu-sekutu korporasinya.
Acara itu bertajuk Good Morning, tayang di kanal Channel
One, salah satu kanal televisi paling populer di Rusia dan dikuasai oleh
pemerintah. Penontonnya adalah orang-orang biasa, mirip dengan acara
bincang-bincang pagi di banyak negara yang berisi berbagai tema, mulai dari
berita, budaya, dan hiburan ringan.
Pada Selasa pagi itu, susunan acara yang biasa
disela pada 05.30 waktu Moskow. Pembawa acara mengumumkan bahwa jadwal hari itu
akan diubah "karena peristiwa yang telah terkenal", dan bahwa di hari
itu akan ada lebih banyak berita dan perkembangan terbaru.
Buletin ini juga mengatakan bahwa laporan-laporan
tentang pasukan Ukraina merusak blokade yang dibuat oleh militer Rusia adalah
salah, sengaja dibuat untuk "menyesatkan penonton yang tak
berpengalaman".
"Gambar dan video terus dibagikan di internet
yang tidak bisa dijelaskan sebagai apapun, kecuali bahwa itu adalah
palsu," jelas sang presenter. Di layar, foto-foto ditampilkan, dengan
tulisan penjelasan yang berbunyi "manipulasi visual yang tidak canggih".
Masih di pagi yang sama, pada 08:00 waktu Moskow,
kami menyetel buletin pagi di kanal televisi lain, NTV, yang dimiliki oleh anak
perusahaan Gazprom, sebuah firma yang dikontrol oleh Kremlin.
Acara pagi itu nyaris secara eksklusif membahas
peristiwa yang terjadi di Donbas, wilayah di sebelah timur Ukraina di mana pada
24 Februari, Rusia menyatakan akan memulai "operasi militer khusus"
untuk melakukan demilitarisasi dan denazifikasi Ukraina.
Tidak disebut-sebut adanya bermil-mil konvoi militer
Rusia memasuki ibu kota Ukraina, Kyiv, dari Belarus yang terletak di sebelah
utara. Di Inggris, konvoi ini menjadi tajuk utama buletin berita BBC Radio 4
setengah jam kemudian.
"Kami memulai berita terbaru dari Donbas. Para
pejuang LNR [Republik Rakyat Luhansk] meneruskan serangan mereka setelah
melakukan perjalanan sejauh 3km, sementara unit-unit DNR [Republik Rakyat
Donetsk] telah menempuh 16km," kata presenter NTV.
Sang presenter merujuk pada kelompok-kelompok
pemberontak yang didukung Moskow, yang telah menguasai apa yang disebut sebagai
Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk sejak intervensi Rusia di wilayah timur
Ukraina delapan tahun yang lalu.
Di Rossiya 1 dan Channel One - dua kanal televisi
paling populer di Rusia, keduanya dikontrol oleh pemerintah - pasukan Ukraina dituduh
melakukan kejahatan perang di wilayah Donbas. Ancaman untuk warga sipil di
Ukraina bukannya datang dari pasukan Rusia, kata presenter Rossiya 1, namun
dari para "nasionalis Ukraina".
"Mereka mempergunakan warga sipil sebagai
tameng manusia, secara sengaja memposisikan sistem serangan mereka ke area
permukiman dan meningkatkan penembakan mereka di kota-kota di Donbas."
Presenter Channel One mengumumkan bahwa pasukan
Ukraina "sedang bersiap untuk menembaki rumah-rumah penduduk" dan
mengebom gudang-gudang dengan amonia, dalam "aksi provokasi untuk penduduk
sipil dan pasukan Rusia".
Peristiwa yang terjadi di Ukraina saat ini tidak
pernah disebut sebagai perang. Alih-alih, serangan ini dijelaskan sebagai
operasi demilitarisasi yang menargetkan infrastruktur militer atau sebuah
"operasi [militer] khusus untuk membela republik-republik rakyat".
Di seluruh stasiun-stasiun televisi yang dikontrol
oleh pemerintah, presenter dan koresponden menggunakan narasi emosional dan
gambar-gambar untuk menunjukkan "kesamaan sejarah" antara
"operasi militer Rusia" Rusia di Ukraina dengan perang Uni Soviet
melawan Nazi di Jerman.
"Taktik dari para nasionalis yang menggunakan
anak-anak untuk melindungi diri mereka sendiri tidak berubah seja Perang Dunia
Kedua," kata presenter berita pagi di kanal Rossiya 24, stasiun televisi
yang juga berhubungan dengan Rossiya 1.
"Mereka bertindak seperti fasis, dalam arti
sebenarnya menurut kata ini: neo-Nazi yang menaruh persenjataan mereka tidak
hanya di sebelah rumah-rumah penduduk, tapi juga di mana anak-anak bersembunyi
di rubanah mereka," imbuh koresponden mereka dalam laporan video dengan
tajuk "Fasisme Ukraina".
Menyalahkan
Ukraina
Kalimat tersebut mirip dengan klaim Vladimir Putin
pekan lalu, yang belum terbukti, bahwa Ukraina menggunakan perempuan,
anak-anak, dan orang tua sebagai tameng manusia.
Sementara media di Barat menanyakan apakah tentara
Putin kesulitan membuat kemajuan cepat, televisi Rusia menggambarkan operasi
Rusia sebagai operasi yang sangat sukses. Secara rutin mereka memberikan
laporan terbaru mengenai jumlah perangkat dan persenjataan Ukraina yang
berhasil dihancurkan.
Berita pagi melaporkan bahwa lebih dari 1.100
fasilitas infrastruktur tentara Ukraina telah di dinonaktifkan dan ratusan
peralatan telah dihancurkan. Tidak ada laporan tentang korban di pihak Rusia.
Buletin berita pagi Rusia hampir tidak mengakui
serangan tentaranya di kota-kota lain di Ukraina. Koresponden State TV tidak
melaporkan langsung dari tempat-tempat seperti Kyiv dan Kharkiv, dua kota
tempat rumah-rumah warga dihantam artileri. Alih-alih, mereka ikut dengan
tentara di Donbas.
Namun pada berita edisi siang, NTV akhirnya menyebut
peristiwa berita yang telah mendominasi liputan BBC selama berjam-jam -
penggempuran kota Kharkiv.
Namun, mereka menyanggah semua laporan bahwa pasukan
Rusia bertanggung jawab atas penggempuran tersebut, menyebutnya "berita
palsu".
"Dilihat dari jalur terbang rudal, serangan ini
dilancarkan dari wilayah barat laut; tidak ada pasukan Rusia di sana,"
kata presenter saat berita pukul 16:00 di Moskow. Empat jam kemudian, buletin
yang disiarkan oleh Rossiya 1, melangkah lebih jauh lagi dengan menyebut
penggempuran tersebut adalah salah Ukraina sendiri.
"Menggempur Kharkiv dan mengatakan itu ulah
Rusia. Ukraina menyerang dirinya sendiri dan berbohong ke Barat. Tetapi
mungkinkah mereka membohongi rakyat?" mereka bertanya.
Dalam buletin pukul 17:00, presenter Rossiya 1
memaparkan hal yang ia sebut "tujuan utama" Rusia di Ukraina:
"Mempertahankan Rusia dari ancaman Barat, yang menggunakan rakyat Ukraina
dalam -stand-off nya dengan Moskow."
Untuk mengonter hal yang disebutnya "berita
palsu dan rumor" tentang Ukraina yang tersebar di dunia maya, sang
presenter mengumumkan bahwa pemerintah Rusia meluncurkan situs web baru yang
"hanya menerbitkan informasi yang benar".
Ledakan di sebuah menara televisi di Kyiv, 1 Maret 2022. |
Pengawas media Roskomnadzor mengharuskan stasiun
televisi untuk mengikuti narasi resmi.
Tetapi bukan berarti tidak ada variasi dalam nada
laporan berita hari Selasa, meskipun buletin berita yang dibawakan membahas
kejahatan perang Ukraina, Vyacheslav Nikonov, pembawa acara pro-Kremlin dalam
program bincang-bincang The Great Game di Channel One TV, berbicara tentang
cintanya kepada Ukraina sebelum pamit.
"Saya sangat mencintai Ukraina, saya cinta
orang Ukraina. Saya pernah melancong keliling negara itu beberapa kali. Sungguh
negara yang indah, luar biasa. Dan saya pikir Rusia, tentu saja, ingin ia
menjadi negara yang makmur dan bersahabat... tujuan kita benar. Kita akan
menang."
Semakin banyak anak muda di Rusia lebih sering
membaca berita di situs web independen atau media sosial, dan semakin lama
perang berkecamuk, semakin banyak gambar dan video prajurit yang tewas dan
tawanan perang tersebar. Namun pihak berwenang merespons ini dan memberi
tekanan pada laporan-laporan independen.
Roskomnadzor memerintahkan TikTok untuk berhenti
menyarankan konten politik dan militer kepada anak di bawah umur, dengan
komplain "seringkali, material ini memuat karakter anti-Rusia yang
kuat". Lembaga itu juga menuntut Goggle untuk menghapus hal yang
disebutnya informasi palsu tentang kekalahan tentara Rusia.
Reuters melaporkan Roskomnadzor telah memperlambat
kecepatan loading Twitter atas "laporan palsu" tentang "operasi
militer khusus" Moskow, dan membatasi akses ke Facebook.
Mereka menginstruksikan outlet media supaya hanya
menggunakan informasi dari sumber resmi Rusia ketika melaporkan invasi,
mendesak media untuk mencabut laporan yang menggunakan kata-kata
"deklarasi perang" atau "invasi". Media yang tidak patuh
diancam akan diblokir atau didenda.
Situs web saluran televisi independen Dozhd dan
stasiun radio berpandangan liberal yang populer Ekho Moskvy telah diblokir atas
tuduhan menyerukan ekstremisme dan kekerasan, serta "penyebaran informasi
palsu secara sistemik tentang aktivitas tentara Rusia".
Dan dalam perkembangan terbaru, pada Jumat (04/03)
kantor berita pemerintah RIA melaporkan bahwa otoritas komunikasi Rusia
membatasi akses kepada BBC Russian Service yang beroperasi di negara itu. Dua
outlet berita lain - Meduza dan Radio Liberty - juga telah diblokir.
Kamis kemarin, salah satu outlet berita independen TV
Rain menyiarkan acara terakhirnya setelah menghadapi tekanan karena
peliputannya tentang perang di Ukraina.
"Katakan tidak pada perang," kata Natalia
Sindeyeva, salah satu pendiri saluran televisi tersebut. Kemudian para staf
keluar dari studi.
Saluran televisi tersebut kemudian memutar rekaman
pertunjukan balet bertajuk Swan Lake dari Tchaikovsky.
Rekaman tersebut sering dimainkan dalam siaran radio
dan televisi pada era Soviet tahun 1980-an untuk menandai kematian pemimpin
negara, dan belakangan pada kudeta tahun 1991 yang berkontribusi pada tamatnya
Uni Soviet.
The Entire staff of the Russian TV channel “the rain” resigned during a live stream with last words: “no war” and then played “swan lake” ballet video (just like they did on all USSR tv channels when it suddenly collapsed) #Ukriane #UkraineRussiaWar #Russia #StandWithUkraine️ pic.twitter.com/o4LzUqnWLc
— Ukraine News UK (@UkraineNewsUK) March 4, 2022
Laporan tambahan oleh Francis Scarr