Meski sudah dibagi, selalu saja ada yang datang
mengantar dengan niat untuk berbagi. Tetapi pada suatu hari, salah satu karung
beras itu entah karena kelamaan atau karena kurang baik harus di tampi.
Pada saat itu, datanglah para penampi untuk
membersihkah beras itu. Para penampi berjuang dengan sepenuh hati agar beras
bekal kehidupan itu menjadi nasi yang enak untuk dinikmati.
Perlahan dengan teliti para penampi melihat setiap
butir beras, jangan sampai ada yang terlewat, beras harus baik untuk diberi
dengan tulus.
Sesaat aku termenung, dan bertanya. Kehidupan juga
sedang ditampi, tampi kehidupan sedang di bolak balik, banyak sudah yang
terjatuh dan hilang.
Kini hidup sedang diuji, mari sejenak melihat tampi
berisi butir-butir beras atau melihat wadah berisi beras yang diisi air.
Beras yang kosong akan naik dan dibuang.
Saat hidup diuji, mari bertanya sejenak. Apakah aku
hidup seturut rahmat yang diberi Allah padaku.
Seperti beras yang ditanak menjadi nasi dan siap
dihidang untuk kehidupan
Apakah aku sudah membawa sesuatu yang bermakna untuk
kehidupan.
Ataukah seperti beras yang di tampi yang terbuang
karena tidak berguna, atau beras yang mengapung lalu dibuang.
HIDUP HANYA SATU KALI, DAN HANYA SEBENTAR
HARGAILAH, ISILAH, JADILAH BERKAT BAGI HIDUP
TERUSLAH BERDOA
Catatan:
Menampi dilakukan dengan cara melempar beras ke
atas, dihayak ke kiri dan kanan, depan dan belakang. Kemudian beras dengan
ukuran berat tertentu akan berkumpul sesamanya, juga dedak beras akan
terpisah. Terlihat cukup sederhana, namun tidak semua orang mampu melakukannya.