Seorang Anak Yang Menggonggong (The Boy Who Barked – Judul Asli)

Seorang Anak Yang Menggonggong (The Boy Who Barked – Judul Asli)



— Ditinggalkan oleh Ibunya yang berkebangsaan Rusia pada usia 18 bulan, Vita hidup bagaikan seekor binatang. Hanya anjing-anjinglah yang menemaninya – sampai pasangan Kristen yang luar biasa di Moscow menyelamatkan dia. —

Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk Numbei)VITA MENGGONGGONG SENYARING MUNGKIN. Ia sangat lapar karena makanan yang ada di mangkuk anjing sudah habis. Dua ekor anjing yang lebih besar mengintai dia, membalas gonggongannya. Dinding-dinding rumah susun Rusia yang kecil begitu tipis, dan keributan keributan tersebut terjadi terus menerus tanpa henti. Gonggongan tersebut tidak kunjung reda sehari-harian, sekalipun demikian tetangga-tetangga tidak mengindahkan hal tersebut.

Cukup mengerikan meninggalkan anjing-anjing sendirian tanpa meletakan makanan dan air, namun hal ini justru lebih buruk lagi. Meninggalkan seorangn balita dengan dua ekor anjing tersebut.


Tapi Vita, seorang anak laki-laki berambut pirang yang tampan, sama sekali tidak tahu bahwa dia bukanlah seekor anjing. Bagaimana cara dia ditemukan dan diselamatkan merupakan suatu mujizat.



“Ketika Vita dilahirkan, ibunya membawa dia ke rumah sakit untuk diimunisasi pertama kali tapi tidak pernah dibawa kembali untuk mendapatkan imunisasi lanjutan,” ungkap Lilit Gorelovi, wanita yang saat ini menjadi ibu asuhnya. “Salah satu dokter rumah sakit tersebut secara kebetulan menelusuri kembali catatan medis dan melihat bahwa Vita tidak pernah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Dokter yang penuh perhatian ini mengunjungi apartemen tersebut, yang didapati terkunci.

“Dia menghubungi polisi setempat, yang kemudian mengirimkan beberapa petugas ke apartemen tersebut. Mereka mendengar gonggongan tersebut dan mendobrak pintunya.”

Apa yang disaksikan orang-orang berseragam itu pada suatu hari di bulan November 2005 membuat mereka terheran-heran. Anak laki-laki kecil ini mengira dirinya seekor anjing. Ia telah hidup seperti seekor anjing, terkunci dari hubungan dengan orang lain. Ia makan sebagaimana seekor anjing dan tidurpun seperti seekor anjing, menggelung dirinya pada teman-temannya yang berbulu pada malam hari.

Selama empat tahun –sejak Vita berusia 18 bulan –ia dibesarkan oleh anjing-anjing yang penuh kasih ini. Setelah kedua orangtuanya bercerai, ibunya meninggalkan dirinya di dalam apartemen, meninggalkan dia dalam “pengasuhan” binatang-binatang tersebut. Sang ibu akan kembali seminggu atau dua minggu sekali untuk meninggalkan makanan dalam sebuah piring di lantai dan bergegas pergi.

Neneknya sendiri juga mengetahui ia ada di sana, namun tidak melakukan apa-apa untuk menolongnya. Vita bertahan hidup selama ini bagaikan seekor binatang, hanya dengan anjing-anjing yang menjadi temannya.

Dengan membunyikan sirene, petugas-petugas kepolisian bergegas-gegas membawa anak yang kebingungan itu ke rumah sakit, dimana ia menangis dan bergumul dengan mereka yang berusaha menolongnya.

“Ia telanjang, dipenuhi dengan kotoran. Rambutnya panjang dan kusut, hanya dibersihkan oleh lidah anjing-anjing yang menjadi temannya. Ia tidak tahu sama sekali bagaimana cara berbicara walau dalam beberapa kata,” Jon Blume, seorang misionaris yang tinggal di Moskow menjelaskan.

“Ia tidak pernah tidur sendirian, apalagi di tempat tidur. Ia tidak tahu cara untuk makan, dan makanan yang mereka bawakan untuknya hanya dilihat dan rasanya tidak seperti yang biasa dia makan.”

Dan demikian perjuangan Vita. Ia menggonggong. Ia membuat keributan lebih dari anak-anak seusianya dapat lakukan –meninggalkan pertanyaan bagi para dokter dan perawat yang kewalahan memikirkan apa yang harus dilakukan dengan anak bermasalah ini: Siapa yang akan mengambil seorang anak yang begitu ketakutan dengan masa lalunya? Bagaimana ia dapat kembali menjadi normal?

Akhirnya seorang mendapatkan sebuah gagasan: “Ingat Lilit dan Sasha Gorelovi? Pasangan Kristen yang mengasuh anak-anak bermasalah? Tempat itu bernama House Of Mercy (Rumah Kemurahan)?”

Pasangan Gorelovi tersebut memiliki reputasi menangani “kasus-kasus yang sulit,” dan kasus Vita tentu saja termasuk di dalamnya. Seorang pegawai melakukan panggilan telepone, dan keputusan tersebut telah mengubah hidup Vita selamanya.

“Ia memulai sebagai seorang ibu Kristiani yang memiliki hati untuk menolong anak-anak jalanan. Ia akan melakukan apa saja untuk menjangkau mereka, kerap kali merangkak di bawah rel-rel kereta, melalui pipa-pipa pembuangan kotoran dan di atas timbunan sampah untuk mencari mereka,” kata Jane Blumme, pengurus Rumah Kemurahan. “Satu kali dia menemukan mereka, ia akan menggandeng mereka sebanyak mungkin dan mengundang mereka untuk tidur di lantai apartemen satu kamar miliknya yang kecil.”

Waktu berlalu, Lilit menikah dengan Sasha, yang juga seorang Kristen. Rumah Kemurahan bertumbuh ke level baru dalam pengjangkauannya, mengadakan program makanan untuk anak-anak jalanan yang dapat memberi makan 140 orang anak tiap minggunya.

Keluarga mereka yang berjumlah delapan orang dan masih tinggal di apartemen satu kamar tersebut, dan mereka menyewa apartemen kedua yang disediakan sebagai pusat rehabilitasi dan rumah bagi anak-anak terlantar yang mereka ambil untuk diasuh.

Anak-anak ini termasuk Diliah, 12 tahun, dan Sasha, 10 tahun –dua anak perempuan yang menyaksikan ayah mereka dibunuh oleh ibu mereka sendiri. Sang ibu menikam ayah mereka sebanyak 24 kali dalam pembelaan diri setelah bertahun-tahun disiksa dan sekarang dalam rehabilitasi narkoba. Diliah juga telah disiksa dan diperkosa oleh seorang tetangganya, dan di sekujur tubuhnya terdapat bekas luka bakar rokok.

Dan juga ada Lesha, seorang anak laki-laki muda yang merupakan anak seorang tunasusila. Ibunya menggunakan dia sebagai kurir narkoba untuk menghasilkan uang. Anak laki-laki yang lain, Griesha, dibesarkan oleh kakak perempuannya yang baru berusia 6 tahun di tahun-tahun pertama kehidupannya.

Pemudi-pemudi lain yang pernah tinggal di Rumah Kemurahan, Kemudian “lulus” keluar sesuai keinginan mereka. Katya yang dibesarkan di panti asuhan dan jalanan begitu kasar bahkan anak-anak jalanan yang laki-laki pun takut padanya. Baru-baru ini ia menyelesaikan sekolahnya di Seminari Kabar Baik Moskow dan sekarang hidup mandiri.

Alecia –kakak perempuan Griesha yang pernah mengasuh dia –telah berencana untuk menjadi seorang tunasusila, namun anak jalanan yang lain membawanya ke Rumah Kemurahan tepat waktunya. Saat ini dia sedang mengenyam pendidikan akuntansi di salah satu universitas.

Mereka yang termasuk dalam kelompok Rumah Kemurahan Lilit dan Sasha, Jane dan Jon Blumme, Svetlana Yukenkova dan Irieda Klotchkova, menjadi pengasuh dan menyediakan makanan dan transportasi untuk anak-anak tersebut.

Dengan pengalaman-pengalaman dalam menolong anak-anak yang terperangkap dalam situasi yang sangat menyedihkan, Lilit akhirnya menerima tantangan yang luar biasa ini karena ia tidak pernah melihat kasus seperti ini sebelumnya.

Kali pertama Lilit melihat Vita ia berduka melampaui kata-kata, “Ketika kami tiba di sana, saya tidak memiliki gagasan apapun yang dapat diharapkan,” ujarnya. “seperti apa seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh anjing-anjing? Namun Tuhan berkata dalam hati saya, “Tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan.”

“Tidak jadi soal bagaimana saya mempersiapkan diri, saya tetap saja terkejut; berduka tanpa dapat mengucapkan apa-apa. Anak laki-laki bermata biru yang menawan hati ini tidak tahu bagaimana berjalan dengan dua kaki. Bila ia mau berpindah tempat, dia akan berjalan dengan “keempat kakinya” seperti seekor anjing.

“Saya tidak dapat menolong namun memperhatikan bahwa kedua tangannya lebih besar dari tangan anak-ana seusianya. Bahkan para dokterpun begitu keheranan bahwa ia dapat memiliki tangan-tangan yang sedemikian besar, dan mereka menyimpulkan bahwa itu disebabkan oleh kebiasaannya menggunakan tangan-tangannya bagaikan cakar dan secara alamiah berusaha menyesuaikan.

“Dalam masa seperti ini, hanya doa satu-satunya hal yang dapat anda lakukan hingga anda dapat memahami situasinya dalam pemikiran anda. Itu begitu besar, begitu dashyat, dan begitu menggairahkan karena saya tahu Tuhan saya dapat menyembuhkan dia.”

Pada bulan Desember 2005 untuk pertama kalinya Vita dibawa ke rumah yang sesungguhnya yang tidak pernah dia ketahui sebelumnya. Beberapa minggu kemudian terlihat kemajuan kecil disaat dia berkelahi melawan mereka yang berusaha keras untuk menolong dia.

Tidak mampu duduk lebih lama dari 5 menit, Vita justru merebahkan dirinya di tengah lantai dan berguman sendirian. Bukannya berjalan, dia justru merangkak ke sana ke mari dengan keempat tangan kakinya.

Salah satu dari hal yang paling mengerikan baginya adalah toilet. Bila seseorang mencoba membantu dia menggunakannya, ia akan mendengking dengan nyaring, memukuli dan berusaha menggigit atau menendang penolongnya. Sepanjang hari dia lebih suka tidur-tiduran di sofa dan berguman sendiri tentang kabur ke hutan atau tentang makan laba-laba dan kotoran.

“Saya berharap saya dapat mengatakan bahwa bulan-bulan yang panjang tersebut merupakan masa kedamaian,” kata Lilit. “Tapi saya menangis di tempat tidur saya hampir setiap malam. Saya memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk sebuah mujizat yang sungguh besar daripada yang pernah saya lihat sebelumnya.”

Walaupun Vita lebih banyak berkelahi menentang banyak hal, diapun menemukan hal-hal kecil yang menarik perhatiannya. Ia akan selalu mengkomentari tentang lampu yang menyala. Itu sangat membuat dia terkagum-kagum tiada henti. Dia masih terus memperbincangkan tentang lampu yang menyala dan yang padam melebihi siapapun.

“Dia berkata bahwa lampu di rumahnya tidak pernah menyala. Itu membuat saya lebih mengerti dan memahami apa yang terjadi dalam hidup anak ini, balita ini, sendirian dalam kegelapan,” kenang Lilit. “dia bertanya di mana laba-laba tersebut dan mengatakan kami harus mendekorasi apartemen kami dengan laba-laba tersebut.”

Semua yang dia ingat adalah rumahnya yang jorok. Segala hal lainnya masih sangat baru dan asing bagi dia.

“Ketika Vita makan, dia dengan cepat menggunakan sendo besar,” kata Lilit. “Tapi dia tida akan mengunyahnya, ia hanya menyendokan makanan ke dalam mulutnya dan tanpa dikunyah lagi, dia akan langsung menelan makanan-makanan tersebut seluruhnya. Bila anda membuat Vita melakukan hal-hal yang tidak ingin dia lakukan, yang dia takuti, atau lainnya, ia akan mulai mendengking nyaring seperti yang biasa seekor anjing lakukan.

Setelah berbulan-bulan pergumulan, Lilit dan Sasha membuat keputusan yang menyakitkan –namun satu hal yang tepat bagi Vita. Mereka memutuskan bahwa cara menolong anak ini lebih efektif adalah dengan mendapatkan pertolongan dari para tenaga ahli.

Lilit suatu kali pernah menjadi seorang tenaga pekerja sosial, jadi dia tahu banyak tentang rumah sakit jiwa tentang anak-anak yang sangat terkenal di Rusia. Ia menelepon dan mengadakan perjanjian jika Vita di sana sementara waktu, para psikiater dan psikolog dapat merawat dia. Mereka berkata mereka akan membuat analisa yang terperinci tentang dia dan menunjukan pada Lilit dan Sasha bagaimana cara menolong Vita menjadi anak-anak laki-laki normal seusianya.

Vita ditempatkan di rumah sakit jiwa tersebut selama tiga bulan. “Kami sering menelepon, namun tidak mendapatkan informasi yang lebih. Selama beberapa bulan kami merasa takut bahwa mereka tidak akan megijinkan dia untuk pulang ke rumah bersama kami kembali selamanya. Segala yang dapat saya lakukan hanyalah menyerahkan dia dalam tangan Tuhan di sana,” kata Lilit.

Akhirnya datanglah waktu untuk hari kunjungan keluarga. Pasangan ini bergabung dengan semua orangtua lain menunggu di ruang tunggu ketika mereka membawa keluar setiap anak satu per satu.
“Jantung saya bagai melompat ke dalam kerongkongan seketika saat saya melihat dia,” Kata Lilit. “Saya berjalan ke arahnya dan tersenyum, berharap ada tanda-tanda dari dia. Tapi Vita hanya tiduran dan berkata ia mau makan ‘pup’.”

Sasha mengenang: “Saya selalu takjub akan cara Lilit menangani dirinya sendiri. Sekalipun setiap orang tua telah mendengar dan berganti-ganti dan berdiri di sana memandangi dia, dia hanya mengangkat Vita dan mengatakan padanya kami membawakan oleh-oleh yang enak buat dia.

“Dalam kunjungan tersebut, kami memperhatikan bahwa Vita telah mempelajari suatu lelucon,” lanjut Sasha. “Setelah seseorang dalam ruangan selesai tertawa, ia akan mulai tertawa untuk menunjukan bagaimana tawa mereka. Itu sangat menggembirakan, dan ia cepat mempelajari bahwa setiap orang menikmati saat ia menceritakan sebuah lelucon. Ia berbicara sedikit lebih baik sekarang.”

Pasangan tersebut berkata itu merupakan sebuah “momen terobosan.” Mereka begitu bergairah untuk belajar bahwa Vita mengingat nama-nama anak-anak yang ada di pusat rehabilitasi mereka. Berat badannya pun bertambah dan bahkan kelihatan sedikit tembem. Untuk pertama kali, waktu dia minum dan ditanya apakah ia mau tambah, dia menjawab tidak dan berkata dia sudah kenyang.

Segera sesudah itu, rumah sakit tersebut mulai membuat Lilit dan Sasha makin ragu apakah mereka akan mendapatkan Vita kembali. Mereka melaporkan Vita menjadi penderita Autis, dengan hal kejiwaan yang mendalam yang membuat mereka tidak dapat membayangkan mengapa keluarga ini menginginkan dia kembali.

“Namun kami tidak pernah menyerah akan Vita,” kenang Lilit. “Kami terus menerus menelepon dan mulai menyadari bahwa Vita tidak ada di sana beberapa waktu. Para perawat menceritakan pada kami bahwa Vita seringkali jatuh sakit dan sering ditempatkan di rumah sakit umum.

Akhirnya setelah panggilan telepon yang tidak terhitung banyaknya dan ratusan jam-jam doa, pada bulan Maret tahun 2006 kami diijinkan untuk membawa dia kembali ke rumah.”

Dalam kurunan waktu dua tahun, Vita telah membuat kemajuan yang luar biasa. Laporan sekolah menyatakan bahwa anak ini “tenang, baik dan tidak agresif terhadap anak-anak yang lain.”

Dia masih berjuang akan kondisinya yang mudah lelah dan berbicara kepada dirinya sendiri sebagai orang ketiga.

“Vita senang menghabiskan waktu dalam doa,”kata mereka. “Setiap pagi dan malam di saat kami semua bergabung dalam doa, Vita berdoa paling lama –memanggil Tuhan untuk memberkati setiap orang yang ada dipikirannya!

“Ia berdoa: Tuhan berkati Griesha. Haleluya. Tuhan berkati Irina. Haleluya. Tuhan berkati Diliah. Haleluya.” Dan doanya begitu terus menerus. Sungguh pejuang doa kecil yang berkuasa!”

Vita, sama seperti anak yatim piatu dalam asuhan mereka, aktif dalam pelayanan untuk anak-anak yatim piatu lainnya. Ia terlibat dalam drama Paskah dan Natal, dan dengan anak-anak muda yang lain melayani dalam kasih Yesus 17 kali dalam panti-panti asuhan dan pusat-pusat penahanan anak-anak sementara mereka membagikan kesaksian-kesaksian yang mengubah hidup mereka.

“Setiap anak yang datang ke Rumah Kemurahan memiliki kisah yang menjangkau kelompok unik dari anak-anak lain, yang berhubungan dengan penyiksaan/pelecehan, kemiskinan dan persoalan-persoalan lain dan melihat bagaimana Tuhan mengasihi mereka dan memiliki rencana bagi hidup mereka,” ujar Lilit.

Lilit dan Sasha juga memiliki enam orang anak kandung mereka. Pemerintah –menghargai dedikasi pasangan ini terhadap anak-anak sebagaimana upaya Sasha sebagai seorang pemadam kebakaran yang sigap di Moskow –menganugerahkan kepada pasangan Gorelovi ini pada musim semi lalu penghargaan nasional tertinggi: atas Perintah dari St. Peter dan St. Huron dari Murom.

Medali ini biasanya disediakan bagi keluarga Ortodoks Rusia dan jarang-jarang dianugerahkan kepada orang biasa. Orang terakhir yang menerimanya adalah Patriarch Alexius II, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia yang sekarang. Dia membayangkan Vita kembali:

“Tuhan telah mengajar saya banyak hal melalui ini. Kesabaran. Kasih. Keberanian. Iman. Saya didorong dari setiap langkah kemajuan yang ia buat. Setiap hal adalah jawaban doa.

Ia (Vita) bisa saja memiliki tubuh anak usia 8 tahun, tapi ia bermain seperti anak usia 4 tahun, memiliki emosi seperti anak usia 2 tahun dan menggunakan logika seperti anak usia 5 atau 6 tahun.”

Pasangan ini berkata Tuhan telah mengajar mereka untuk memandang padaNya untuk setiap kemenangan.

Mereka percaya bahwa sebagaimana mereka terus bertahan dengan Vita, mereka pada akhirnya akan melihat dia menjadi suatu kesaksian luar biasa akan kuasa Tuhan –sebuah mujizat berjalan.

“Sebagaimana anak-anak lainnya dalam hidup kami, Vita adalah salah satu dari ratusan ribu anak-anak yang selalu coba dicuri setan.”

Lilit mengatakan, “Namun dengan pertolongan Tuhan, kami dapat mengubah akhir ceritanya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.”




 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama