Cukup mengerikan meninggalkan anjing-anjing
sendirian tanpa meletakan makanan dan air, namun hal ini justru lebih buruk
lagi. Meninggalkan seorangn balita dengan dua ekor anjing tersebut.
Tapi Vita, seorang anak laki-laki berambut pirang yang tampan, sama sekali
tidak tahu bahwa dia bukanlah seekor anjing. Bagaimana cara dia ditemukan dan
diselamatkan merupakan suatu mujizat.
“Ketika Vita dilahirkan, ibunya membawa dia ke rumah sakit untuk diimunisasi pertama kali tapi tidak pernah dibawa kembali untuk mendapatkan imunisasi lanjutan,” ungkap Lilit Gorelovi, wanita yang saat ini menjadi ibu asuhnya. “Salah satu dokter rumah sakit tersebut secara kebetulan menelusuri kembali catatan medis dan melihat bahwa Vita tidak pernah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Dokter yang penuh perhatian ini mengunjungi apartemen tersebut, yang didapati terkunci.
“Dia menghubungi polisi setempat, yang kemudian
mengirimkan beberapa petugas ke apartemen tersebut. Mereka mendengar gonggongan
tersebut dan mendobrak pintunya.”
Apa yang disaksikan orang-orang berseragam itu pada
suatu hari di bulan November 2005 membuat mereka terheran-heran. Anak laki-laki
kecil ini mengira dirinya seekor anjing. Ia telah hidup seperti seekor anjing,
terkunci dari hubungan dengan orang lain. Ia makan sebagaimana seekor anjing
dan tidurpun seperti seekor anjing, menggelung dirinya pada teman-temannya yang
berbulu pada malam hari.
Selama empat tahun –sejak Vita berusia 18 bulan –ia
dibesarkan oleh anjing-anjing yang penuh kasih ini. Setelah kedua orangtuanya
bercerai, ibunya meninggalkan dirinya di dalam apartemen, meninggalkan dia
dalam “pengasuhan” binatang-binatang tersebut. Sang ibu akan kembali seminggu
atau dua minggu sekali untuk meninggalkan makanan dalam sebuah piring di lantai
dan bergegas pergi.
Neneknya sendiri juga mengetahui ia ada di sana,
namun tidak melakukan apa-apa untuk menolongnya. Vita bertahan hidup selama ini
bagaikan seekor binatang, hanya dengan anjing-anjing yang menjadi temannya.
Dengan membunyikan sirene, petugas-petugas
kepolisian bergegas-gegas membawa anak yang kebingungan itu ke rumah sakit,
dimana ia menangis dan bergumul dengan mereka yang berusaha menolongnya.
“Ia telanjang, dipenuhi dengan kotoran. Rambutnya
panjang dan kusut, hanya dibersihkan oleh lidah anjing-anjing yang menjadi
temannya. Ia tidak tahu sama sekali bagaimana cara berbicara walau dalam beberapa
kata,” Jon Blume, seorang misionaris yang tinggal di Moskow menjelaskan.
“Ia tidak pernah tidur sendirian, apalagi di tempat
tidur. Ia tidak tahu cara untuk makan, dan makanan yang mereka bawakan untuknya
hanya dilihat dan rasanya tidak seperti yang biasa dia makan.”
Dan demikian perjuangan Vita. Ia menggonggong. Ia
membuat keributan lebih dari anak-anak seusianya dapat lakukan –meninggalkan
pertanyaan bagi para dokter dan perawat yang kewalahan memikirkan apa yang
harus dilakukan dengan anak bermasalah ini: Siapa yang akan mengambil seorang
anak yang begitu ketakutan dengan masa lalunya? Bagaimana ia dapat kembali
menjadi normal?
Akhirnya seorang mendapatkan sebuah gagasan: “Ingat
Lilit dan Sasha Gorelovi? Pasangan Kristen yang mengasuh anak-anak bermasalah?
Tempat itu bernama House Of Mercy (Rumah Kemurahan)?”
Pasangan Gorelovi tersebut memiliki reputasi
menangani “kasus-kasus yang sulit,” dan kasus Vita tentu saja termasuk di
dalamnya. Seorang pegawai melakukan panggilan telepone, dan keputusan tersebut
telah mengubah hidup Vita selamanya.
“Ia memulai sebagai seorang ibu Kristiani yang
memiliki hati untuk menolong anak-anak jalanan. Ia akan melakukan apa saja
untuk menjangkau mereka, kerap kali merangkak di bawah rel-rel kereta, melalui
pipa-pipa pembuangan kotoran dan di atas timbunan sampah untuk mencari mereka,”
kata Jane Blumme, pengurus Rumah Kemurahan. “Satu kali dia menemukan mereka, ia
akan menggandeng mereka sebanyak mungkin dan mengundang mereka untuk tidur di
lantai apartemen satu kamar miliknya yang kecil.”
Waktu berlalu, Lilit menikah dengan Sasha, yang juga
seorang Kristen. Rumah Kemurahan bertumbuh ke level baru dalam
pengjangkauannya, mengadakan program makanan untuk anak-anak jalanan yang dapat
memberi makan 140 orang anak tiap minggunya.
Keluarga mereka yang berjumlah delapan orang dan
masih tinggal di apartemen satu kamar tersebut, dan mereka menyewa apartemen
kedua yang disediakan sebagai pusat rehabilitasi dan rumah bagi anak-anak
terlantar yang mereka ambil untuk diasuh.
Anak-anak ini termasuk Diliah, 12 tahun, dan Sasha,
10 tahun –dua anak perempuan yang menyaksikan ayah mereka dibunuh oleh ibu
mereka sendiri. Sang ibu menikam ayah mereka sebanyak 24 kali dalam pembelaan
diri setelah bertahun-tahun disiksa dan sekarang dalam rehabilitasi narkoba.
Diliah juga telah disiksa dan diperkosa oleh seorang tetangganya, dan di
sekujur tubuhnya terdapat bekas luka bakar rokok.
Dan juga ada Lesha, seorang anak laki-laki muda yang
merupakan anak seorang tunasusila. Ibunya menggunakan dia sebagai kurir narkoba
untuk menghasilkan uang. Anak laki-laki yang lain, Griesha, dibesarkan oleh
kakak perempuannya yang baru berusia 6 tahun di tahun-tahun pertama
kehidupannya.
Pemudi-pemudi lain yang pernah tinggal di Rumah
Kemurahan, Kemudian “lulus” keluar sesuai keinginan mereka. Katya yang
dibesarkan di panti asuhan dan jalanan begitu kasar bahkan anak-anak jalanan
yang laki-laki pun takut padanya. Baru-baru ini ia menyelesaikan sekolahnya di
Seminari Kabar Baik Moskow dan sekarang hidup mandiri.
Alecia –kakak perempuan Griesha yang pernah mengasuh
dia –telah berencana untuk menjadi seorang tunasusila, namun anak jalanan yang
lain membawanya ke Rumah Kemurahan tepat waktunya. Saat ini dia sedang
mengenyam pendidikan akuntansi di salah satu universitas.
Mereka yang termasuk dalam kelompok Rumah Kemurahan
Lilit dan Sasha, Jane dan Jon Blumme, Svetlana Yukenkova dan Irieda Klotchkova,
menjadi pengasuh dan menyediakan makanan dan transportasi untuk anak-anak
tersebut.
Dengan pengalaman-pengalaman dalam menolong anak-anak
yang terperangkap dalam situasi yang sangat menyedihkan, Lilit akhirnya
menerima tantangan yang luar biasa ini karena ia tidak pernah melihat kasus
seperti ini sebelumnya.
Kali pertama Lilit melihat Vita ia berduka melampaui
kata-kata, “Ketika kami tiba di sana, saya tidak memiliki gagasan apapun yang
dapat diharapkan,” ujarnya. “seperti apa seorang anak laki-laki yang dibesarkan
oleh anjing-anjing? Namun Tuhan berkata dalam hati saya, “Tidak ada hal yang
mustahil bagi Tuhan.”
“Tidak jadi soal bagaimana saya mempersiapkan diri,
saya tetap saja terkejut; berduka tanpa dapat mengucapkan apa-apa. Anak
laki-laki bermata biru yang menawan hati ini tidak tahu bagaimana berjalan
dengan dua kaki. Bila ia mau berpindah tempat, dia akan berjalan dengan “keempat
kakinya” seperti seekor anjing.
“Saya tidak dapat menolong namun memperhatikan bahwa
kedua tangannya lebih besar dari tangan anak-ana seusianya. Bahkan para
dokterpun begitu keheranan bahwa ia dapat memiliki tangan-tangan yang
sedemikian besar, dan mereka menyimpulkan bahwa itu disebabkan oleh
kebiasaannya menggunakan tangan-tangannya bagaikan cakar dan secara alamiah
berusaha menyesuaikan.
“Dalam masa seperti ini, hanya doa satu-satunya hal
yang dapat anda lakukan hingga anda dapat memahami situasinya dalam pemikiran
anda. Itu begitu besar, begitu dashyat, dan begitu menggairahkan karena saya
tahu Tuhan saya dapat menyembuhkan dia.”
Pada bulan Desember 2005 untuk pertama kalinya Vita
dibawa ke rumah yang sesungguhnya yang tidak pernah dia ketahui sebelumnya.
Beberapa minggu kemudian terlihat kemajuan kecil disaat dia berkelahi melawan
mereka yang berusaha keras untuk menolong dia.
Tidak mampu duduk lebih lama dari 5 menit, Vita
justru merebahkan dirinya di tengah lantai dan berguman sendirian. Bukannya
berjalan, dia justru merangkak ke sana ke mari dengan keempat tangan kakinya.
Salah satu dari hal yang paling mengerikan baginya
adalah toilet. Bila seseorang mencoba membantu dia menggunakannya, ia akan
mendengking dengan nyaring, memukuli dan berusaha menggigit atau menendang
penolongnya. Sepanjang hari dia lebih suka tidur-tiduran di sofa dan berguman
sendiri tentang kabur ke hutan atau tentang makan laba-laba dan kotoran.
“Saya berharap saya dapat mengatakan bahwa
bulan-bulan yang panjang tersebut merupakan masa kedamaian,” kata Lilit. “Tapi
saya menangis di tempat tidur saya hampir setiap malam. Saya memohon dengan
sangat kepada Tuhan untuk sebuah mujizat yang sungguh besar daripada yang
pernah saya lihat sebelumnya.”
Walaupun Vita lebih banyak berkelahi menentang
banyak hal, diapun menemukan hal-hal kecil yang menarik perhatiannya. Ia akan
selalu mengkomentari tentang lampu yang menyala. Itu sangat membuat dia
terkagum-kagum tiada henti. Dia masih terus memperbincangkan tentang lampu yang
menyala dan yang padam melebihi siapapun.
“Dia berkata bahwa lampu di rumahnya tidak pernah
menyala. Itu membuat saya lebih mengerti dan memahami apa yang terjadi dalam
hidup anak ini, balita ini, sendirian dalam kegelapan,” kenang Lilit. “dia
bertanya di mana laba-laba tersebut dan mengatakan kami harus mendekorasi
apartemen kami dengan laba-laba tersebut.”
Semua yang dia ingat adalah rumahnya yang jorok.
Segala hal lainnya masih sangat baru dan asing bagi dia.
“Ketika Vita makan, dia dengan cepat menggunakan
sendo besar,” kata Lilit. “Tapi dia tida akan mengunyahnya, ia hanya
menyendokan makanan ke dalam mulutnya dan tanpa dikunyah lagi, dia akan langsung
menelan makanan-makanan tersebut seluruhnya. Bila anda membuat Vita melakukan
hal-hal yang tidak ingin dia lakukan, yang dia takuti, atau lainnya, ia akan
mulai mendengking nyaring seperti yang biasa seekor anjing lakukan.
Setelah berbulan-bulan pergumulan, Lilit dan Sasha
membuat keputusan yang menyakitkan –namun satu hal yang tepat bagi Vita. Mereka
memutuskan bahwa cara menolong anak ini lebih efektif adalah dengan mendapatkan
pertolongan dari para tenaga ahli.
Lilit suatu kali pernah menjadi seorang tenaga
pekerja sosial, jadi dia tahu banyak tentang rumah sakit jiwa tentang anak-anak
yang sangat terkenal di Rusia. Ia menelepon dan mengadakan perjanjian jika Vita
di sana sementara waktu, para psikiater dan psikolog dapat merawat dia. Mereka
berkata mereka akan membuat analisa yang terperinci tentang dia dan menunjukan
pada Lilit dan Sasha bagaimana cara menolong Vita menjadi anak-anak laki-laki
normal seusianya.
Vita ditempatkan di rumah sakit jiwa tersebut selama
tiga bulan. “Kami sering menelepon, namun tidak mendapatkan informasi yang
lebih. Selama beberapa bulan kami merasa takut bahwa mereka tidak akan
megijinkan dia untuk pulang ke rumah bersama kami kembali selamanya. Segala
yang dapat saya lakukan hanyalah menyerahkan dia dalam tangan Tuhan di sana,”
kata Lilit.
Akhirnya datanglah waktu untuk hari kunjungan
keluarga. Pasangan ini bergabung dengan semua orangtua lain menunggu di ruang
tunggu ketika mereka membawa keluar setiap anak satu per satu.
“Jantung saya bagai melompat ke dalam kerongkongan seketika saat saya melihat
dia,” Kata Lilit. “Saya berjalan ke arahnya dan tersenyum, berharap ada
tanda-tanda dari dia. Tapi Vita hanya tiduran dan berkata ia mau makan ‘pup’.”
Sasha mengenang: “Saya selalu takjub akan cara Lilit
menangani dirinya sendiri. Sekalipun setiap orang tua telah mendengar dan
berganti-ganti dan berdiri di sana memandangi dia, dia hanya mengangkat Vita
dan mengatakan padanya kami membawakan oleh-oleh yang enak buat dia.
“Dalam kunjungan tersebut, kami memperhatikan bahwa
Vita telah mempelajari suatu lelucon,” lanjut Sasha. “Setelah seseorang dalam
ruangan selesai tertawa, ia akan mulai tertawa untuk menunjukan bagaimana tawa
mereka. Itu sangat menggembirakan, dan ia cepat mempelajari bahwa setiap orang
menikmati saat ia menceritakan sebuah lelucon. Ia berbicara sedikit lebih baik
sekarang.”
Pasangan tersebut berkata itu merupakan sebuah
“momen terobosan.” Mereka begitu bergairah untuk belajar bahwa Vita mengingat
nama-nama anak-anak yang ada di pusat rehabilitasi mereka. Berat badannya pun
bertambah dan bahkan kelihatan sedikit tembem. Untuk pertama kali, waktu dia
minum dan ditanya apakah ia mau tambah, dia menjawab tidak dan berkata dia
sudah kenyang.
Segera sesudah itu, rumah sakit tersebut mulai
membuat Lilit dan Sasha makin ragu apakah mereka akan mendapatkan Vita kembali.
Mereka melaporkan Vita menjadi penderita Autis, dengan hal kejiwaan yang
mendalam yang membuat mereka tidak dapat membayangkan mengapa keluarga ini
menginginkan dia kembali.
“Namun kami tidak pernah menyerah akan Vita,” kenang
Lilit. “Kami terus menerus menelepon dan mulai menyadari bahwa Vita tidak ada
di sana beberapa waktu. Para perawat menceritakan pada kami bahwa Vita
seringkali jatuh sakit dan sering ditempatkan di rumah sakit umum.
Akhirnya setelah panggilan telepon yang tidak
terhitung banyaknya dan ratusan jam-jam doa, pada bulan Maret tahun 2006 kami
diijinkan untuk membawa dia kembali ke rumah.”
Dalam kurunan waktu dua tahun, Vita telah membuat
kemajuan yang luar biasa. Laporan sekolah menyatakan bahwa anak ini “tenang,
baik dan tidak agresif terhadap anak-anak yang lain.”
Dia masih berjuang akan kondisinya yang mudah lelah
dan berbicara kepada dirinya sendiri sebagai orang ketiga.
“Vita senang menghabiskan waktu dalam doa,”kata
mereka. “Setiap pagi dan malam di saat kami semua bergabung dalam doa, Vita
berdoa paling lama –memanggil Tuhan untuk memberkati setiap orang yang ada
dipikirannya!
“Ia berdoa: Tuhan berkati Griesha. Haleluya. Tuhan
berkati Irina. Haleluya. Tuhan berkati Diliah. Haleluya.” Dan doanya begitu
terus menerus. Sungguh pejuang doa kecil yang berkuasa!”
Vita, sama seperti anak yatim piatu dalam asuhan
mereka, aktif dalam pelayanan untuk anak-anak yatim piatu lainnya. Ia terlibat
dalam drama Paskah dan Natal, dan dengan anak-anak muda yang lain melayani
dalam kasih Yesus 17 kali dalam panti-panti asuhan dan pusat-pusat penahanan
anak-anak sementara mereka membagikan kesaksian-kesaksian yang mengubah hidup
mereka.
“Setiap anak yang datang ke Rumah Kemurahan memiliki
kisah yang menjangkau kelompok unik dari anak-anak lain, yang berhubungan
dengan penyiksaan/pelecehan, kemiskinan dan persoalan-persoalan lain dan
melihat bagaimana Tuhan mengasihi mereka dan memiliki rencana bagi hidup
mereka,” ujar Lilit.
Lilit dan Sasha juga memiliki enam orang anak
kandung mereka. Pemerintah –menghargai dedikasi pasangan ini terhadap anak-anak
sebagaimana upaya Sasha sebagai seorang pemadam kebakaran yang sigap di Moskow
–menganugerahkan kepada pasangan Gorelovi ini pada musim semi lalu penghargaan
nasional tertinggi: atas Perintah dari St. Peter dan St. Huron dari Murom.
Medali ini biasanya disediakan bagi keluarga
Ortodoks Rusia dan jarang-jarang dianugerahkan kepada orang biasa. Orang
terakhir yang menerimanya adalah Patriarch Alexius II, pemimpin Gereja Ortodoks
Rusia yang sekarang. Dia membayangkan Vita kembali:
“Tuhan telah mengajar saya banyak hal melalui ini.
Kesabaran. Kasih. Keberanian. Iman. Saya didorong dari setiap langkah kemajuan
yang ia buat. Setiap hal adalah jawaban doa.
Ia (Vita) bisa saja memiliki tubuh anak usia 8
tahun, tapi ia bermain seperti anak usia 4 tahun, memiliki emosi seperti anak
usia 2 tahun dan menggunakan logika seperti anak usia 5 atau 6 tahun.”
Pasangan ini berkata Tuhan telah mengajar mereka
untuk memandang padaNya untuk setiap kemenangan.
Mereka percaya bahwa sebagaimana mereka terus
bertahan dengan Vita, mereka pada akhirnya akan melihat dia menjadi suatu
kesaksian luar biasa akan kuasa Tuhan –sebuah mujizat berjalan.
“Sebagaimana anak-anak lainnya dalam hidup kami,
Vita adalah salah satu dari ratusan ribu anak-anak yang selalu coba dicuri
setan.”
Lilit mengatakan, “Namun dengan pertolongan Tuhan,
kami dapat mengubah akhir ceritanya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.”