Di perayaan ini, umat Katolik mengenang Yesus yang memasuki kota Yerusalem. Bak
raja, Yesus disambut dengan nyanyian, sorak-sorai dan lambaian daun palem.
Oleh karenanya, perayaan ini disebut Minggu Palma.
"Mereka (orang banyak) mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong
Dia sambil berseru: Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja
Israel!" (Yohanes 12: 13).
Pada Minggu Palma, umat Kristiani merayakan masuknya Yesus Kristus ke
Yerusalem dengan penuh kemenangan. Peristiwa itu terjadi seminggu
sebelum penyaliban dan kebangkitan Tuhan.
Sebagai keturunan Raja Daud, seharusnya Yesus mengendarai kendaraan yang layak
atau kuda yang gagah. Di zaman kiwari, mungkin Yesus sudah naik limosin atau
mobil yang atapnya terbuka agar leluasa menyapa warga.
Namun, ia justru mengendarai keledai, seekor kuda mini, tidak
gagah dan lekat dengan pekerjaan kasar.
Ternyata ada nilai kesederhanaan yang ingin diajarkan Yesus. Selain itu,
seperti dikutip Katolisitas, umat diajak untuk membuka gerbang hati. Yesus pun
ingin masuk ke hati umat-Nya, tetapi tentu dalam kondisi gerbang hati yang
terbuka.
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai
pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!" (Mazmur 24:
7)
Salah satu langkah nyata membuka gerbang hati adalah dengan kesediaan untuk
mengakui dosa di hadapan Tuhan lewat penerimaan Sakramen Tobat.
Pun Tuhan kenyataannya memilih keledai, makhluk yang jelas-jelas lemah, bukan
kuda yang gagah dan jauh lebih kuat. Seperti halnya Tuhan memilih bersama
umat-Nya, yang mau mengakui kelemahan dan mau membuka diri.
Akan tetapi, umat juga diingatkan untuk tidak sombong. Ketika peristiwa
perarakan, orang-orang mengelu-elukan Yesus, bukan si keledai.
Sejarah perayaan Minggu Palma
Apa yang bisa diambil? Umat diajak untuk tetap merendahkan diri, jujur bahwa
manusia bukan apa-apa, bahkan hanya debu tetapi Tuhan adalah segalanya.
Melansir Christianity, Minggu Palma dimulai di Gereja Yerusalem sekitar akhir
abad ketiga. Saat itu, kebaktian terdiri dari nyanyian pujian, doa, dan
pembacaan Alkitab saat orang-orang melakukan perjalanan melalui banyak tempat
suci di dalam kota.
Di tempat terakhir, tempat kenaikan Yesus ke surga, pelayanan akan membacakan
bagian alkitabiah tentang kemenangan Yesus masuk ke Yerusalem.
Tradisi Minggu Palma berlanjut hingga abad keenam dan ketujuh ketika pohon
palem mulai digunakan dalam upacara pemberkatan.
Pada abad kedelapan, prosesi pagi menggantikan prosesi malam dan Gereja Barat
merayakan apa yang sekarang dikenal sebagai Minggu Palma.
Saat ini, umat Kristen memperingati Minggu Palma untuk
mengingat kematian pengorbanan Kristus di kayu salib, memuji Tuhan atas karunia
keselamatan, dan menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Banyak gereja, termasuk tradisi Lutheran, Katolik Roma, Metodis, Anglikan,
Ortodoks Timur, Moravia, dan Reformasi, mendistribusikan daun palem kepada
jemaat pada Minggu Palma untuk perayaan adat.
Dilansir Catholic, cabang-cabang palem dikenal secara luas sebagai simbol
perdamaian dan kemenangan.