Di belahan kiri perisai dengan
latar belakang biru:
1. Terdapat sebuah perahu berwarna coklat dengan layar
terkembang berwarna dasar putih dengan salib berwarna merah dibagian tenganya.
Perahu nelayan ini sedang menebarkan jalanya dan berlayar di atas tiga (3) buah
ombak berwawarna putih. Perahu ini menggambarkan tempat para penumpang yang
akan dihantar menuju pelabuhan tujuan. Demikianlah Gereja Keuskupan Amboina
bagaikan sebuah perahu yang dinakodai oleh Uskup Seno Ngutra menuju Kristus
sebagai pelabuhan terakhir.
2. Pada langit, di atas perahu, terdapat sebuah bintang
bersudut enam warna kuning keemasan, lambang stella maris atau bintang samudra.
Bintang samudra merupakan salah satu gelar kuno Bunda Maria. (Maria Sang
Bintang Samudra adalah pelindung bagi para pelaut dan juga bagi karya kerasulan
dan misi-misi Katolik di laut dan di daerah-daerah kepulauan seperti di
Keuskupan Amboina yang meliputi Maluku Provinsi Seribu Pulau dan Provinsi
Maluku Utara. Kita mengikuti Sang Bintang Samudra sebagai petunjuk dalam perjalanan
menuju Kristus.)
Di belahan kanan perisai, dengan
latar belakang abu-abu keperakan:
1.
Terdapat gambar
Hati Yesus yang Maha Kudus dengan warna merah, bermahkotakan duri warna
keemasan dibagian tengahnya dan dengan nyala api warna keemasan di bagian atasnya.
Gambar ini mengungkapkan kelekatan yang erat dengan spiritualitas hati dari
para Misionaris MSC yang dipelopori oleh Mgr. Yohanes Aers.
2.
Di bawah gambar
Hati Yesus yang Maha Kudus ada seekor kepiting berwarna merah dan sebuah salib
berwarna coklat. Cerita mengenai kepiting dan salib ini merupakan bagian dari
kisah perjalanan misi Santo Fransiskus Xaverius di Maluku, yang menjadi tonggak
terukirnya sejara misi Gereja Katolik di bumi Maluku setelah dimulai secara
mengagumkan oleh Gonzalo Veloso di Halmahera, Maluku Utara.
3.
Di atas perisai
ditempatkan sebuah galero atau topi khas klerus berwarna hijau, dengan enam (6)
jumbai pada masing-masing sisinya. Dibagian tengah belakang perisai adalah
sebuah salib pancang berwarna kuning keemasan. Galero hijau dengan enam (6)
jumbai dan salib pancang ini merupakan penanda bahwa sang empunya lambang
adalah seorang uskup.
4. Di bagian bahwa perisai terdapat pita berwarna
kuning keemasan, bertuliskan motto penggembalaan Uskup Seno dalam bahasa
Latin: “Duc in Altum”, artinya “Bertolaklah ke Tempat yang
Dalam” (Luk 5:4), yang merupakan kelanjutan permenungan dari motto Imamat
dari Mgr. Seno Ngutra, ”Tetapi karena Engkau (Tuhan) menyuruhnya,” (Luk
5:5) maka kita akan bertolak ke tempat yang lebih dalam untuk melayani umat di
seluruh pelosok Keuskupan Amboina teristimewa di paroki dan stasi yang jauh nan
terpencil yang diinspirasikan oleh semangat hidup St. Yohanes Maria
Vianney sehingga banyak umat akan dihantar kepada Yesus yang adalah awal
dan akhir peziarahan umat manusia.
Semoga pekikan Mgr.
Yohanes Aers, “UNTUK KRISTUS RAJA KITA; JADILAH!” tetap bergema di
seluruh pelosok Keuskupan Amboina.
Inspirasimu: Perayaan Ekaristi
Tahbisan Uskup Amboina