Sebagai orang yang
terlahir di salah satu daerah dengan tradisi yang berakar kuat,sopi sudah menjadi minuman tradisional yang wajib
dicicipi baik di dalam upacara adat maupun aktivitas social lainnya. Ia menjadi
sumber hidup sebagian masyarakat Nusa
Tenggara Timur dari masa ke masa.
Sopi merupakan minuman
tradisional beralkohol, sama halnya seperti sake Bali, Cap Tikus Manado dan
minuman-minuman lokal lainnya. Meski demikian, yang membedakannya dengan
minuman lainnya adalah ia memiliki nilai filosofis yang berakar kuat dari
tradisi yang lampau.
Minuman ini memiliki
peran yang sangat penting dalam segala kehidupan masyarakat NTT. Pada tradisi
ritual, pertemuan adat, hingga pada penerimaan tamu, moke tetap menjadi sajian
wajib.
Pun penerimaan tamu, ia
menjadi minuman pembuka yang wajib dihidangkan sebagai bentuk sebuah
keramahtamahan. Meski demikian tidak mengharuskan sang tamu untuk mencicipinya.
Sopi hadir sebagai simbol keramahtamahan itu sendiri.
Pada diskusi-diskusi
yang melibatkan tetua adat, kehadiran sopi menjadi niscaya. Bahkan keberadaan
moke jauh lebih penting dari pada air mineral. Sebab moke diyakini lebih dekat
pada kesadaran (menunjukkan bekerjanya akal budi).
Sopi dimaksudkan untuk
menghasilkan keadaan kesadaran yang melonggarkan dan mengalir bebas sehingga diharapkan
dalam diskusi dapat menemukan titik terang dari isu yang diangkat. Perlu
dicatat bahwa tidak dalam konsumsi yang berlebihan.
Mencicipi Sopi bukan
hanya tentang merasakan cairan mengalir melintasi lidah kemudian ke
tenggorokan, tetapi ini tentang bermain dengan tradisi yang diwakili oleh Sopi.
Dalam tradisi Yunani
Kuno pun kita dapat menemukan betapa pentingnya anggur dalam pertemuan atau
diskusi. Misalnya dalam Simposium Plato, sebuah dialog Platonis yang terkenal
dimana lawan bicara membahas persoalan filsafat sampai pada hal-hal yang tabu,
khususnya seks dan cinta.
Yang cukup menarik,
dialog tersebut terjadi dalam konteks simposium Yunani kuno, sebuah acara
setelah makan malam di mana orang-orang akan duduk dan menikmati anggur.
Fenomena ini sebagai sesuatu yang penting.
Atau misalnya kita
dapat menemukan fakta lain bahwa di tempat lain, di abad pertengahan, Avicenna
salah seorang filsuf Arab juga menjadikan anggur sebagai perangsang pikiran
untuk memikirkan hal-hal ikhwal ide-ide abadi.
Avicenna bekerja hingga
larut malam dan ketika dia lelah, akan menyesap anggur untuk membuatnya tetap
waspada. (Orang mungkin bertanya-tanya apakah anggur membantunya tetap fokus
atau memberitahunya ketika sudah cukup larut untuk beristirahat).
Avicenna kemudian
memberi kita dua wawasan tentang tujuan anggur yakni peremajaan pikiran yang
lelah dan perenungan tentang ada yang fundamental. Anggur memungkinkan kita
untuk merenungkan keberadaan kita dan yang transenden.
Selain itu, kita juga
perlu melihat pentingnya penggunaan anggur dalam tradisi katolik. Thomas
Aquinas melihat kedalaman pentingnya anggur dalam tradisi Katolik.
Yesus dan Perjamuan Terakhir
Mengikuti kata-kata
Yesus pada Perjamuan Terakhir dan ajaran Gereja Katolik, anggur memainkan
fungsi yang sangat penting selama misa. Ini digunakan oleh imam selama Ekaristi
sebagai cairan yang diubah menjadi darah literal Yesus (proses yang disebut
transubstansiasi ).
Ini digunakan untuk
mengingatkan kita akan pengorbanan yang Yesus berikan, dan untuk meremajakan
jiwa kita melalui darah Anak Domba, menyelamatkan kita dari kematian. Singkatnya,
anggur berfungsi sebagai jembatan menuju yang benar-benar transenden.
Fungsi anggur yang
paling penting bagi umat Katolik adalah penggunaannya dalam Ekaristi sebagai
pengingat luhur pengorbanan Yesus, bersama dengan penyembuhan roh.
Ketiga tradisi, yunani,
abad pertengahan, dan kekristenan tidak jauh berbeda dalam hal pemaknaan
terhadap sopi yang diyakini oleh masyarakat NTT. Anggur dan sopi sama-sama
ditempatkan sebagai alat yang membuka kesadaran berpikir.
Dalam tradisi Masyarakat
NTT, Sopi digunakan untuk menenangkan pikiran dan tubuh sehingga topik yang
sulit lebih mampu mengalir secara alami dalam percakapan. Sopi merupakan
pelarut, bisa dikatakan memecah kecemasan seputar percakapan yang rumit.
Minuman lokal ini juga
memungkinkan kita untuk merenungkan sumber realitas yang terbatas maupun yang
tak terbatas. Dalam kaitan dengan yang tak terbatas, masyarakat adat di wilayah
NTT menggunakan sopi sebagai minuman pendamaian antara manusia dan realitas tak
terbatas yang tak kelihatan yang disebut sebagai wujud tertinggi yang tak
kelihatan.
Mencicipi sopi membuka
pintu untuk kontemplasi dan membangun jembatan yang sangat kecil antara yang
terbatas dan yang tak terbatas.
Sekarang, setiap kali
kita menyantap segelas Sopi, kita akan ingat bahwa kita mengambil bagian dalam
sejarah yang kaya dari para leluhur yang telah menggunakan Sopi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan terbesar dalam hidup. Dengan mengingat hal itu, kita
berharap menanamkan warisan leluhur itu dalam diri dan rasa hormat baru
terhadap Sopi. Ingat! Nikmatilah minuman sopi bukan sopi yang menguasai diri
anda*