Sejarah Tari Bidu
Tari Bidu merupakan
tarian tradisional yang berasal dari tradisi adat masyarakat Belu dan Malaka yang
sudah diwariskan secara turun temurun. Tarian ini dulunya digunakan masyarakat
di sana sebagai media bagi para pemuda dan pemudi, khususnya bagi para remaja
yang sudah direstui orang tua mereka atau sudah siap dinikahkan untuk saling
mengenal dan memilih jodoh yang mereka inginkan.
Dalam tradisi
masyarakat Belu dan Malaka ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh para
pemuda dan pemudi sebelum melakukan pernikahan. Pertama, bagi para pemuda dan
pemudi yang sudah siap harus melakukan perjanjian dan perencanaan terlebih
dahulu, yang disebut dengan Hameno
Bidu. Kemudian para pemuda dan pemudi tersebut bertemu di tempat yang sudah
ditentukan dan melakukan Tari Bidu dengan disaksikan oleh para warga setempat
termasuk orang tua mereka.
Dalam tarian tersebut
para pemuda menari satu persatu sambil memilih wanita yang disukainya. Setelah
menemukan wanita idamannya, pemuda tersebut kemudian menandai wanita yang
dipilihnya. Setelah mereka sama-sama setuju kemudian dilanjutkan dengan proses
berikutnya yaitu Hanimak. Hanimak sendiri merupakan suatu proses
pengenalan secara etis, romantis dan berbobot yang dilakukan oleh seorang pria
dan wanita atas ijin orang tua mereka.
Setelah menemukan
kecocokan, biasanya mereka akan melakukan Binor, yaitu suatu proses saling bertukar dan menyimpan barang
masing-masing seperti tempat sirih, kain, pakaian dan lain-lain. setelah tahap
tersebut dilalui kemudian kedua belah pihak saling bertemu dan merencanakan
prosesi peminangan. Dalam peminangan tersebut biasanya peminang membawa barang
yang disebut dengan Mama Lulik.
Kemudian dilanjutkan dengan Mama
Tebes, yaitu tahap membicarakan dan merencanakan acara pernikahan mereka.
Fungsi Dan Makna Tari Bidu
Seperti yang dikatakan
sebelumnya, Tari Bidu merupakan tarian tradisional yang sering dijadikan
sebagai media para pemuda dan pemudi untuk saling mengenal dan memilih jodoh
mereka. Dalam tarian tersebut para penari pria dan wanita menari dengan gerakan
masing-masing yang menggambarkan pesona yang mereka miliki. Sehingga saat
menentukan pilihan jodoh mereka bisa tahu mana yang sesuai dengan keinginan
mereka.
Pertunjukan Tari Bidu
Tari Bidu biasanya
ditampilkan oleh beberapa penari wanita dan penari pria. Jumlah penari biasanya
terdiri dari 8 atau lebih penari wanita dan 1-2 penari pria. Dalam
pertunjukannya biasanya diawali dengan pari berbaris sambil menari memasuki
arena. Kemudian beberapa penari wanita menyuguhkan sirih dan pinang yang mereka
bawa kepada menonton yang dianggap terhormat. Setelah itu kemudian mereka
kembali menari.
Dalam Tari Bidu
biasanya gerakan penari pria dan wanita berbeda. Gerakan penari wanita biasanya
didominasi dengan gerakan tangan yang lemah lembut dan gerakan kaki jalan
ditempat. Dalam gerakan Tari Bidu biasanya juga terdapat gerakan menenun yang
dilakukan oleh penari wanita. gerakan-gerakan tersebut dikemas menjadi gerakan
yang lemah lembut yang menggambarkan keanggunan seorang wanita.
Sedangkan Penari pria
biasanya menari dengan gerakannya yang khas sambil mengelilingi penari wanita.
Hal ini menggambarkan penari pria saat memilih wanita yang mereka inginkan.
Gerakan penari pria biasanya didominasi dengan gerakan tangan yang direntangkan
sambil melakukan gerakan memutar badan.
Pengiring Tari Bidu
Dalam pertunjukan Tari
Bidu biasanya diiringi oleh iringan musik seperti Gitar, Biola dan Sasando.
Irama musik yang dimainkan biasanya merupakan irama yang bertempo cepat.
Walaupun begitu iringan musik pengiring ini juga diselaraskan dengan gerakan
tari agar terlihat indah. Selain musik pengiring, dalam pertunjukan Tari Bidu
juga diiringi oleh nyanyian lagu adat khas Belu.
Kostum Tari Bidu
Dalam pertunjukan Tari
Bidu biasanya penari menggunakan pakaian adat lengkap dengan aksesorisnya.
Penari wanita biasanya menggunakan kain sarung panjang dari dada sampai kaki.
Pada bagian atas badan penari menggunakan kain selimut. Selain itu, penari
wanita juga menggunakan berbagai aksesoris seperti ikat kepala, kalung, ikat
pinggang dan gelang yang khas dari Belu. Sedangkan untuk penari pria biasanya
menggunakan baju lengan panjang dan kain selampang pada bagian atas, sarung
pada bagian bawah dan ikat kepala khas Belu dan Malaka (destar).
Perkembangan Tari Bidu
Walaupun tergolong
tarian yang sudah lama, Tari Bidu masih terus dilestarikan dan dijaga
keberadaannya. Tari Bidu ini tidak hanya dikenal di masyarakat Belu dan Malaka
saja, namun juga dikenal di beberapa daerah di pulau timor bagian tengah (Nusa
Tenggara Timur). Dalam perkembangannya Tari Bidu ini juga telah dikembangkan
menjadi beberapa jenis Tari Bidu, dengan variasi gerakan, penyajian tarian,
pengiring, dan kostum yang sedikit berbeda namun tetap mempertahankan ciri
khasnya.
Tari Bidu ini selain
ditampilkan dalam acara adat, Tari Bidu juga sering ditampilkan di berbagai
acara seperti penyambutan, pentas seni dan festival budaya. Hal ini dilakukan
sebagai usaha melestarikan dan memperkenalkan kepada generasi muda serta
masyarakat luas akan tradsi dan budaya yang mereka miliki.