Salah satu permainan populer yang begitu
dicintai banyak anak-anak hingga kini adalah ular tangga. Ibarat mengasah
peruntungan, angka yang keluar pada dadu menentukan jalannya permainan. Pemain
akan bersorak ketika mendapatkan kesempatan naik tangga atau ketika harus turun
karena bertemu ular.
Ya, ular tangga seolah
jadi permainan andalan bagi semua kalangan. Tak hanya anak-anak, permainan ini
dapat dimainkan siapa pun dari segala usia. Itu sebabnya ular tangga masih
menjadi salah satu permainan tradisional yang masih eksis hingga saat ini. Di
warung atau toko mainan, kita masih bisa menemukan permainan seru ini dijual.
Atau, bahkan beberapa orang bisa membuat ular tangganya sendiri dan diisi
dengan beragam kreativitas dan jebakan untuk dimainkan.
Tapi, apa sebetulnya
yang membuat permainan ini sangat seru dan dirindukan? Hana (25 tahun), anak
muda yang sekarang tinggal di Depok ini berbagi pengalaman dan pendapatnya pada
kumparan mengenai permainan tradisional ular tangga yang dahulu bahkan hingga kini jadi permainan favoritnya.
Alasan Kita Senang Main Ular Tangga
Seperti Menjalani Hidup, Pasti
Selalu Ada Cobaan
Keseruan dalam
permainan jadi alasan utama banyak orang menyukai satu jenis permainan. Begitu
juga dengan Hana. Berdasarkan ceritanya, selain persaingan untuk sampai paling
pertama tiba di garis finish, bermain ular tangga pasti memberikan rasa seru
karena jebakan yang ada di dalamnya.
Saat bertemu dengan
tangga, pemain mendapat kesempatan maju beberapa langkah lebih cepat. Namun,
Hana dan teman-temannya tak jarang harus rela turun atau bahkan kembali ke awal
karena jebakan ular. Seperti halnya tangga, jebakan ular pada permainan ular tangga
bisa membawa pemain jatuh ke bagian paling bawah dan harus bersusah payah
berjalan ke atas lagi.
Setiap ada pemain yang
terkena jebakan ular ini, ia dan teman-temannya sering tertawa girang. Jatuhnya
lawan akibat ular ini jadi semangat baru bagi para pemain lainnya untuk bisa
menjadi pemenang pertama.
Kena Ular? Maju Terus karena Yakin
Menang
“Pernah enggak sih dulu
liat teman nangis karena kalah dalam permainan?”, tanya Hana. Ya, meski bermain
memang memberikan keseruan, kadang ada saja pemain yang kesal atau sedih ketika
kalah.
Saat bercerita, Hana
mengenang salah satu teman sekolahnya yang menangis karena apes berkali-kali
kalah dalam bermain ular tangga. Teman kecilnya itu merasa kesal dan sedih
alih-alih bertemu tangga, malah justru terkena ular di setiap langkahnya. Teman
Hana lalu pulang mengadukan kejadian ini pada orang tuanya.
Tentu ini satu hal
lumrah dalam permainan. Layaknya permainan lain, bermain ular tangga juga
memerlukan ekstra kesabaran. Jika berfokus pada keseruan permainan, kalah pun
tak jadi masalah besar. “Besoknya, kita main lagi. Temanku ikut lagi kok,”
tambah Hana sambil senyum-senyum mengenang momen kebersamaan tersebut.
Butuh Hoki dan Kesabaran
Selain peta permainan,
dibutuhkan pion dan dadu saat bermain ular tangga. Ada kelompok yang
menggunakan satu dadu, ada pula yang menggunakan dua dadu untuk menjalankan
permainan. Dadu dalam permainan ular tangga jadi sangat penting untuk
menentukan jalannya permainan.
Pemain hanya bisa
mengupayakan cara mengocok dadu yang baik sambil berharap angka yang keluar
tidak menempatkan pion alias bidak sampai pada angka yang diisi oleh kepala
ular.
Tak ada yang
benar-benar andal dalam memainkan ular tangga karena kapan saja kita bisa kalah
atau menang. Di sinilah letak keseruannya. Jadi, jangan sombong saat menang,
ya! Bisa saja kamu kalah di lain kesempatan.
Jangan Sendiri, Makin Ramai Makin
Seru!
Karena merupakan salah
satu permainan lintas generasi, ular tangga tidak hanya bisa dimainkan bersama
teman seusia saja. Ular tangga juga cocok dimainkan bersama keluarga yang
umurnya lebih tua atau muda sekalipun.
Hana lebih lanjut
bercerita bahwa ayah dan ibunya sering ingin nimbrung saat ia, adik, dan
kakaknya bermain. Karena bidak umumnya hanya ada 4 atau 6, Hana dan keluarga
jadi sering membeli dua ular tangga atau memilih ular tangga yang lebih besar.
Agar lebih seru
memainkan ular tangga, ia dan keluarganya juga sering menerapkan hukuman bagi
yang kalah dan hadiah untuk si pemenang. “Kalau di rumah, biasanya yang kalah
diminta untuk bersih-bersih rumah seperti cuci piring, menyapu, dan lain-lain.
Kalau ibuku yang kalah, kami minta dimasakin makanan enak,” ujar Hana.
Sebagai seorang yang
pernah tinggal di Kutai Barat, Jakarta, dan Bandung, ia pun mengatakan bahwa
peraturan permainan ini dapat disesuaikan dengan keinginan anggota yang
bermain. Teman-temannya di berbagai kota ini, punya cara seru tersendiri untuk
memainkan ular tangga. “Aduh, jadi kangen juga ya, main ular tangga sama
teman-temanku di sana”, tutupnya.
Apakah kamu juga salah
satu yang merindukan ular tangga? Yuk, ajak lagi teman-temanmu bermain berbagai
permainan tradisional yang biasa dimainkan dahulu, terutama ular tangga.