Kebiasaan bersirih ini
telah berlangsung lama. Diperkirakan lebih dari 3000 tahun yang lampau
atau pada zaman neolitik hingga saat ini. Ada juga catatan para musafir
tiongkok yang mengungkapkan bahwa sirih dan pinang sudah dikonsumsi sejak dua
abad sebelum masehi (sumber : Wikipedia.org).
Sirih pinang telah
menjadi suatu simbol masyarakat adat pulau Timor. Ketika bertamu di rumah-rumah
atau berjumpa dengan siapa saja, yang disuguhkan pertama adalah sirih dan
pinang. Sirih pinang menjadi tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Saat
upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, kematian, penyembuhan, sirih dan
pinang menjadi symbol tertinggi penghargaan pada tamu yang hadir. Bahkan di
suku Amarasi, pinang menjadi salah satu belis ketika hendak menikah. Namun
pinang untuk belis ini adalah pinang khusus yang disebut pinang Bonak. Pinang
Bonak merupakan jenis pinang yang ukuran buahnya agak besar dan lebih bulat.
Makan sirih pinang bagi
masyarakat Timor sama halnya dengan merokok, minum teh dan kopi. Awalnya makan
sirih pinang sebagai penyedap di mulut, tetapi lama-kelamaan menjadi kebiasaan
yang menimbulkan kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit dilepaskan.
Asal-usul Tradisi Sirih Pinang
Asal-usulnya tradisi
makan sirih pinang ini tidak diketahui secara pasti. Namun, dari cerita-cerita
sastra, dikatakan bahwa tradisi ini berasal dari India.
Tetapi selain dari
India, tradisi makan sirih pinang juga telah dikenal oleh masyarakat Asia
Tenggara.
Ada juga catatan para
musafir Tiongkok yang mengungkapkan bahwa sirih dan pinang sudah dikonsumsi
sejak dua abad sebelum Masehi.
Tradisi makan sirih ini
tersebar di Asia dan terutama di Negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand,
Vietnam, Laos, Kamboja dan Malaysia.
Tradisi ini melekat
dengan masyarakat Malayu sehingga tersebar di seluruh pelosok Indonesia, mulai
dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, Papua, Sumba dan Timor.
Manfaat Makan Sirih Pinang
Tradisi makan sirih
pinang ini memiliki banyak fungsi, antara lain :
Fungsi Kesehatan
Ada keyakinan bahwa
makan sirih pinang dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka di mulut,
menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, serta sebagai obat
kumur.
Selain itu komposisi
pinang, sirih, dan kapur mampu menggantikan pasta gigi dan mampu menjaga gigi
tetap sehat dan kuat, walaupun pada akhirnya kombinasi sirih, pinang dan kapur
itu akan meninggalkan kerak merah di gigi.
Fungsi Sosial
Sirih Pinang memiliki
fungsi social religious yaitu sebagai tata pergaulan dan tata nilai
kemasyarakatan. Bahan sirih pinang dijadikan hidangan penghormatan untuk tamu.
Dengan memakan salah
satu dari pinang, sirih dan kapur itu, maka tamu sudah di terima dan dianngap
menjadi bagian dari keluarga mereka. Selain itu sebagai alat pengikat dalam
pertunangan sebelum menikah.
Sirih pinang juga
digunakan sebgai sesaji yang dalam upacara adat istiadat dan upacara
kepercayaan atau religi.
Makna Filosofis
·
Sirih
menyimbolkan sifat rendah hati dan memuliakan orang lain, sebab pohon sirih
memerlukan sandaran untuk hidup tanpa merusak.
·
Pinang
melambangkan keturunan yang baik, karena dilihat dari pohonnya yang menjulang
ke atas, serta ada harapan mendapatkan keturunan yang baik dan sukses.
·
Kapur
melambangkan keturunan yang baik.
·
Tembakau
melambangkan hati yang tabah dan rela berkorban demi orang lain.
Yang menarik dari makan
sirih orang Timor adalah adanya perbedaan antara tempat menyimpan sirih pinang
bagi pria dan perempuan.
Tempat menyimpan sirih
pinang untuk perempuan disebut “kabi”, sedangkan tempat meyimpan sirih pinang
untuk pria adalah “aluk” dan tio (seperti saku). Tetapi yang biasa digunakan
untuk menerima tamu adalah tempat sirih atau kabi.
Tradisi makan sirih
pinang ternyata bukan hanya orang Timor atau orang Indonesia, tetapi hampir
menjangkau seluruh Asia, terutama Asia Tenggara.
Pada tahun 1980,
seorang wanita Jerman, Maria Alakoque Renate Knapp mengadakan penelitian
tentang budaya makan sirih di Sumba.
Dalam skripsinya dia
menemukan bahwa ternyata budaya makan sirih pinang itu bukan hanya orang Sumba,
melainkan seluruh Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.
Yang berbeda adalah
nama sirih, pinang, kapur dan tembako, serta peralatannya, sedangkan tradisi
dan fungsinya umumnya sama.