Hal demikian
disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul
Halim Iskandar dalam kunjungan kerjanya di Desa Tubu, Kecamatan Bikomi Nilulat,
Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Selasa (16/8).
"Kami dari
Kementerian Desa punya perhatian khusus, terkait dengan penurunan stunting.
Karena kami ingin warga NTT semakin hari makin cerdas, makin pintar, dan kami
ingin lahir tokoh-tokoh nasional dari Nusa Tenggara Timur, dan kuncinya cuma
satu yaitu makan makanan bergizi dan tekun belajar," ujar Halim dalam
keterangan tertulis, Rabu (17/8/2022).
Diketahui, pada
perjalanan menuju Desa Tubu, ada hal yang membuat Mendes Halim prihatin dengan
calon generasi di Desa tersebut. Saat menyaksikan fakta beberapa anak di bawah
umur lebih senang makan mie instan daripada makan beras atau ayam. Menurutnya,
itu merupakan kebiasaan yang buruk apalagi dilakukan di usia dini.
"Ketika saya jalan
ke sini tadi melihat beberapa anak kecil makan mie instan, lalu saya tanya enak
makan mie atau beras? ternyata banyak yang milih makan mie instan.
Jangan-jangan lebih milih makan mie instan daripada ayam," paparnya.
Dengan fakta tersebut,
maka dia mengajak seluruh elemen masyarakat Desa untuk merubah pola makan
mereka secara komprehensif. Mulai dari beternak dan bertani yang dapat
memberikan manfaat positif terhadap peningkatan gizi mereka.
"Saya mengajak
kepada kita semua, pola makannya harus kita tata secara menyeluruh. Karena
banyak makanan di sekitar kita yang jauh lebih bergizi daripada makan mie
instan. Perbanyaklah ternak ayam, tanam pohon kelor. Itu sangat penting untuk
menurunkan stunting," ungkap Mantan Ketua DPRD Jawa Timur.
Dia pun yakin desa-desa
akan lebih mudah menangani stunting di desa, apalagi didukung dengan data desa
berbasis SDGs Desa yang berbasis individu dan rumah tangga.
"Data desa yang
dikumpulkan relawan desa itu bisa langsung merujuk pada keluarga dan individu
penderita stunting, sehingga penangananya akan lebih mudah," jelasnya.
Dalam kunjungannya,
Halim juga menyempatkan berkunjung ke BUMDesa Pala Opat yang dimiliki Desa
Tubu. Menurutnya, BUMDesa merupakan motor penggerak yang efektif bagi desa
untuk pengentasan kemiskinan dan menekan angka stunting.
Halim mengingatkan
bahwa titik tekan adanya BUMDesa adalah untuk membuka akses pemerataan terhadap
(income) ekonomi demi kesejahteraan masyarakat, bukan pada pendapatan Desa.
"Saya ucapkan
selamat dengan berbagai macam gerakan yang diproduksi sejauh ini. Namun ingat,
pada prinsipnya BUMDesa itu untuk kesejahteraan masyarakat bukan semata-mata
untuk pendapatan Desa," tambah Halim.
Walau demikian, Halim
mengapresiasi eksistensi BUMDes yang semakin hari makin bermanuver di berbagai
jenis produk yang dimiliki di Desa Tubu.
Melihat beberapa varian
produk yang diluncurkan, Gus Halim pun dengan tegas meminta para jajarannya
untuk membantu produk BUMDesa tersebut mendapatkan status HAKI (Hak Kekayaan
Intelektual) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) agar
produk yang lahir dari sentuhan tangan kreatif warga Desa Tubu tak mudah
diklaim dan diadopsi oleh bangsa lain.
"Untuk menjaga
produk ini agar tetap menjadi hak dan kekayaan masyarakat Desa ini, maka saya
akan meminta kepada jajaran kami untuk membantu memperkuat status kepemilikan
produk ini supaya bersertifikat HAKI, dan saya minta agar diproses secepatnya
ke Kemenkumham," pungkasnya.*** detik.com