Tari Likurai, Keunikan dan Filosofi bagi Masyarakat Belu di NTT

Tari Likurai, Keunikan dan Filosofi bagi Masyarakat Belu di NTT

Nampak pertunjukan Tari Likurai dari atas(Dok. Humas Kementerian Pariwisata)



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Tari Likurai adalah warisan budaya turun temurun bagi masyarakat Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tari Likurai biasanya ditampilkan lebih kurang 10 penari pria dan wanita. Penari wanita menggunakan pakaian adat wanita dan membawa Tihar (kendang kecil) untuk menari.

Lalu, bagi penari pria akan menggunakan pakaian adat pria dan membawa pedang sebagai atribut.

Dikutip dari artikel Kompas.com pada 16 Juni 2019, tarian ini sejatinya diperagakan untuk merayakan kemenangan perang.

Selain untuk merayakan kemenangan, tarian ini juga menjadi simbol ujub syukur kepada Tuhan dan juga menjalin tali persaudaraan.

Tari Likurai di Belu, NTT, merupakan tarian persembahan untuk pahlawan yang menang perang.(https://pesona.travel)

Keunikan lain dari Tari Likurai adalah tanpa menggunakan musik pengiring.

Suara musik yang digunakan biasanya berasal dari suara kendang kecil yang dimainkan oleh penari wanita dan suara giring-giring yang dipasang di kaki penari.

Suara tersebut juga diwarnai teriakan para penari pria yang khas dan membuat suasana semakin meriah.

Dilansir dari situs resmi kemendikbud.go.id, tradisi turun temurun itu saat ini menjadi bagian dalam kehidupan warga Belu.

Tak hanya ditarikan di kampung halaman, Tari Likurai juga diperagakan warga Belu yang merantau di daerah lain.



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama