Philip Sporn, seorang
insinyur listrik Austria yang dikenal karena pekerjaannya sebagai presiden dan
CEO American Gas and Electric Company mengatakan, teknologi merupakan khasanah
pengetahuan yang terhimpun secara sistematis berdasarkan penemuan ilmiah
melalui eksperimentasi, atau semata-mata berdasarkan praktek bertahun-tahun
yang berhasil, yang memungkinkan diproduksinya secara praktis suatu benda atau
jasa tertentu.
Dari pernyataan Mr.
Philip, kita bisa mengetahui dengan adanya teknologi, kegiatan sehari-hari kita
akan menjadi lebih praktis, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Di
perkotaan, penggunaan teknologi memang sudah tidak asing lagi.
Bahkan jauh hari
sebelum pandemi Covid-19 pun, penerapan teknologi sudah dilakukan, misalnya
dengan penggunaan perangkat fisik seperti proyektor, komputer, sound system,
sampai dengan teknologi berbasis perangkat lunaknya seperti penggunaan
Microsoft office, internet, dan sebagainya.
Pandemi Covid-19 adalah
peristiwa menyebarnya Penyakit koronavirus 2019 (Bahasa Inggris: Coronavirus
disease 2019) di semua negara. Penyakit ini disebabkan oleh virus korona jenis
baru yang diberi nama SARS-CoV-2.
Wabah Covid-19 pertama
kali terdeteksi di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019,
dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
tanggal 11 Maret 2020.
Kehadiran virus ini
telah menjadi peristiwa besar dan sangat berdampak di berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Para pekerja di PHK, aktifitas dibatasi, perusahaan-perusahaan
ditutup, hingga para pelajar dirumahkan.
Dari
kesulitan-kesulitan tersebut, perlahan masyarakat dunia mulai bangkit dan mulai
menemukan beragam cara untuk keep going dan tidak berpasrah dengan keadaan.
Di dunia pendidikan,
kehadiran pandemi ini ‘Memaksa’ para pelaku pendidikan untuk semakin
menggunakan teknologi. Bagaimana tidak, di tengah ketakutan yang bergejolak,
sudah terlalu lama kegiatan belajar-mengajar terhenti, sampai muncullah solusi
yang cukup membantu yakni dengan penggunaan berbagai macam aplikasi pada
handphone dan personal komputer.
Terdapat banyak sekali
aplikasi-aplikasi yang memudahkan tenaga pendidik untuk menyalurkan ilmu kepada
para muridnya, contohnya saja aplikasi video conference seperti zoom dan google
meet, hingga aplikasi percakapan group seperti google classroom, Telegram dan
WhatsApp group.
Bagi mereka yang
terbiasa dengan gadget tentunya adaptasi dalam penggunaan aplikasi ini bukanlah
masalah besar. Namun, penerapan teknologi merupakan masalah yang amat besar
bagi masyarakat di daerah-daerah pedalaman.
Saya ingat persis
ketika waktu itu saya bertanya kepada Bapak saya yang kebetulan merupakan
seorang guru, Pak Linus namanya, seorang guru di salah satu SD Negeri yang ada
di Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, saya tanyakan “Bapak, jadi
sekarang belajar sudah daring terus ya?” beliau menjawab “Ya untuk komunikasi
biasanya daring,” saya tanyakan, “Memang gak susah ya Pak belajar sistem daring
begini?” jawabnya “Betul, disini susah sekali belajar dengan sistem daring
seperti ini.
Banyak diantara para
guru, siswa dan orang tua murid yang gagap akan teknologi, sehingga sering
menimbulkan perdebatan dan protes dari orang tua murid.” Pak Linus mengakui,
dirinya sendiri dan rekan gurunya yang lain juga cukup kesulitan untuk
menyalurkan ilmu dan memberikan tugas kepada murid-muridnya.
Tak jarang, pesan yang
disampaikan justru tidak dikerjakan sebagaimana yang diperintahkan. Ditambah
lagi dengan penggunaan gadget seperti ini menjadi ‘Shock experience’ bagi
mereka yang tidak terbiasa menggunakan teknologi.
“Banyak murid disini
yang belum bisa membaca dan menulis, bahkan sampai kelas 5 pun masih ada yang
belum bisa baca tulis, tapi mereka harus beradaptasi dengan sistem daring,
tentunya ini tidak mudah,” ungkap Linus. Atas kesulitan ini, akhirnya belajar
sistem daring pun tidak sepenuhnya dijalankan dan tugas dikumpulkan secara
manual oleh orang tua siswa.
Buta akan teknologi
menjadi suatu keprihatinan bagi kita. Di tengah kemajuan yang kian pesat,
tetapi kenyataannya masih sangat banyak masyarakat di pedalaman yang belum bisa
beradaptasi dengan itu.
Di sisi lain tidak
semua masyarakat desa setuju penggunaan teknologi di daerah mereka benar-benar
dibutuhkan, karena kebiasaan mereka untuk bersosialisasi secara langsung masih
sangat kuat, dan silaturahmi itu menjadi keunggulan tersendiri bagi mereka.
Marilah kita doakan
yang terbaik bagi kemajuan masyarakat, Semoga!!!
Oleh: Romanus Raflipidandi- Tim Majalah Duta & Reporter Radio Diah Rosanti (95.9 FM)