Simak! Perbedaan Versi Kesaksian Keluarga dengan Polda NTT Soal Penembakan Remaja di Belu Atambua

Simak! Perbedaan Versi Kesaksian Keluarga dengan Polda NTT Soal Penembakan Remaja di Belu Atambua



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Ada perbedaan versi antara keluarga dengan Polda NTT mengenai kejadian penembakan yang menewaskan remaja 18 tahun di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Selasa (27/9) pagi.

Kakek korban berinisial YT memberikan kesaksian yang berbeda dengan keterangan Kabid Humas Polda NTT Kombes Pol Ariasandy pasca kejadian penembakan.

Kesaksian Keluarga di Belu

Dalam keterangannya kepada media, YT mengatakan cucunya yang bernama Natarius Gerson Lau (NGL) atau Eton tidak langsung melarikan diri ketika polisi tiba di TKP yaitu di Dusun Motamaruk, Desa Tasasin, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu pada Selasa pagi.

Ketika anggota polisi tiba, korban sedang membantu mengerjakan renovasi lantai rumah di lokasi kejadian.

Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 08.00 WITA. Saat itu, kedatangan anggota polisi dari Polres Belu yang tidak mengenakan busana dinas itu tidak diketahui oleh korban dan saksi mata lainnya.

“Ketika mereka (polisi) tiba, mereka langsung bilang, jangan lari, makanya kami bingung dan saya sempat bilang ke korban ini, jangan keluar nanti baru saya yang keluar supaya atur. Dia (korban) keluar begini langsung dong (polisi) tembak,” ujar YT dikutip Oke NTT.

YT menceritakan saat itu pihaknya bersama korban sedang istirahat makan siang usai bekerja lantai rumah.

Keterangan lain dari seorang saksi menyebutkan bahwa ada sekitar empat kali tembakan yang diletuskan polisi. Diduga, tembakan dimulai saat korban masih di dalam rumah hingga keluar rumah sebelum akhirnya tewas.

“Saya dengar bunyi tembakan berkali-kali, mungkin ada empat kali tembakan. Saat di luar itu baru tembak kena, yang pertama pas dia (korban) keluar itu tidak kena,” jelas saksi mata tersebut dikutip Oke Nusra.

Eton adalah warga Dusun Lalosuk, Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur. Dia menjadi buronan kasus pengeroyokan terhadap sopir truk tangki air pada 6 September lalu dan masuk daftar pencarian orang (DPO).

Versi Polda NTT

Kesaksian keluarga korban berbeda dengan rilis yang disampaika Kabid Humas Polda NTT Ariasandy.

Dia mengatakan mengatakan korban ditembak mati polisi tim gabungan Satuan Reserse Kriminal dan Satuan Intelkam Polres Belu berjumlah delapan orang yang hendak menangkapnya.

Delapan anggota Polres Belu yang hendak melakukan penangkapan tersebut antara lain dari Tim Buser Polres Belu sebanyak tiga orang, Anggota Satuan Intelkam Polres Belu, tiga orang dan dua orang anggota dari Polsek Tasifeto Timur dan Polsek Raimanuk.

Awalnya niat polisi mau ditembak di kaki korban. Tetapi karena tembakan tersebut meleset lalu mengenai bagian punggung hingga korban meregang nyawa.

“Menembak ke arah kaki Tsk untuk dilumpuhkan,” kata Aryasandi dalam keterangan tertulis, Selasa (27/9).

Dia menjelaskan sebelum mengarahkan senjata, Brigpol RRS telah lebih dahulu mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Tetapi tembakan peringatan tersebut tidak digubris oleh korban dan terus berlari ke jalan menurun arah legong.

Brigpol RRS kemudian mengarahkan laras senjata ke kaki korban untuk dilumpuhkan. Tetapi naas, peluru yang dimuntahkan dari senjata Brigpol RRS mengenai punggung korban sehingga tewas.

Aryasandi mengatakan penembakan tersebut bermula ketika pada Selasa (27/9) pagi sekitar pukul 08.00 Wita anggota Polsek Raimanuk mendapat informasi keberadaan korban yang sedang bersembunyi di salah satu rumah di Dusun Motamaruk, Desa Tasain.

Tim gabungan berjumlah delapan orang dari Polres Belu dan Polsek Raimanuk lalu mendatangi lokasi persembunyian untuk melakukan penangkapan.

“Berdasarkan informasi tersebut, anggota buser beserta anggota Satintelkam langsung menuju ke lokasi keberadaan DPO kasus pengeroyokoan,” ujarnya.

Kedatangan petugas sekitar pukul 09.30 diketahui oleh korban yang langsung melarikan diri.

Saat melihat korban melarikan diri, Brigpol RRS langsung mengejar tersangka sambil melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Tapi tembakan peringatan tersebut tidak digubris oleh korban yang terus melarikan diri ke arah jalan menurun menuju legong.

Karena kondisi jalanan menurun, maka tembakan polisi yang dari arah belakang mengenai punggung korban hingga akhirnya meregang nyawa.*



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama