Pastor Yan, Ketua
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Fajar Timur” (STFT) Abepura menggantikan Mgr
Dr Leo Laba Ladjar, OFM yang telah memasuki purna tugas. Penunjukan Pastor Yan
sebagai Uskup Jayapura dibacakan langsung Mgr Leo Laba Ladjar dalam perayaan
ekaristi di Katedral Kristus Raja Dok V Jayapura, Papua, Sabtu (29/10).
“Surat dari Nuntio,
Duta Vatikan menyampaikan kepada saya agar saya mengumumkan di Gereja lokal di
keuskupan ini bahwa Bapa Suci Paus Fransiskus telah mengangkat seorang untuk
menjadi Uskup Jayapura yang baru meneruskan karya Anda. Berita ini
dipublikasikan persisnya pada momen ini di Roma dan di seluruh dunia,” ujar Mgr
Leo Laba saat perayaan ekaristi.
Mgr Leo, Uskup
kelahiran Bauraja, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur itu
lebih jauh mengatakan, orang yang diangkat Paus untuk menjadi Uskup yang baru
di Keuskupan Jayapura disebut Romo, sebutan untuk orang-orang berbudaya Jawa.
“Nama orang yang
diangkat Paus ini adalah Romo Reverendus Dominus, Pastor Yanuarius Theofilus
Matopai You, Pr,” kata Mgr Leo Laba Ladjar OFM disambut aplaus umat yang
memadati Gereja Katedral Kristus Raja Dok V Jayapura.
Ignatius Abii, sesepuh
rumpun keluarga Mgr Yan You Pr mengatakan, sebagai orang Katolik pihaknya
merasa bersyukur dan berbahagia atas karya Agung Tuhan dalam keluarga besar.
Apalagi, penunjukan Paus atas Mgr Yan sebagai orang asli pertama Papua menjadi
Uskup Keuskupan Jayapura terjadi dalam sejarah kehadiran gereja Katolik di
tanah Papua.
“Penunjukan Mgr Yan You
Pr sebagai Uskup Jayapura bukan saja menjadi kebanggaan keluarga besar, orang
Papua tetapi seluruh umat Kristiani di tanah Papua khususnya umat Katolik
Keuskupan Jayapura,” ujar Ignas kepada Odiyaiwuu.com melalui sambungan telepon
genggam dari Jayapura, Sabtu (29/10).
Menurut Ignas, sebagai
keluarga besar, sejak menjadi imam dan pelayan Sabda, Mgr Yan telah diserahkan
kepada Tuhan sehingga ia adalah milik umat dan masyarakat di mana ia berkarya.
Bukan milik keluarga besar. Sebagai manusia, ujarnya, keluarga ikut bangga,
senang seorang umat terpilih menjadi Uskup di Keuskupan Jayapura.
“Kami berdoa dan
berharap agar seluruh umat dan warga Papua mendoakan dan mendukung Mgr Yan
dalam tugas perutusannya. Kami juga mengharapkan agar beliau sungguh melayani
umat, bukan Uskup politik, pemerintah, dan lain-lain. Kami juga berharap agar
seluruh umat Katolik di tanah Papua menerima beliau apa adanya,” kata Ignas
lebih jauh.
Ignas mengatakan,
penunjukan Mgr Yan You, Pr menjadi Uskup Keuskupan Jayapura merupakan sejarah
baru sejak kehadiran gereja Katolik di tanah Papua 128 tahun silam.
“Masyarakat khususnya
umat Kristiani di tanah Papua tentu merasa beryukur dan berbangga karena selama
128 tahun kehadiran gereja Katolik di tanah Papua, baru pertama kali Bapa Suci
mengangkat seorang Uskup putra asli Papua,” kata Ignas.
Ignas menambahkan,
orangtua Mgr Yan You bernama Lukas You (Alm) dan Rosalina Tatogo (Almrmh).
Lukas seorang yang menjadi guru hingga pensiun di SD YPPK Santu Don Bosko
Uwebutu, Kabupaten Paniai. Kampung Uwebutu berada di wilayah Paroki Santo
Fransiskus Epuoto, Keuskupan Timika.
“Ayah Mgr Yan You Pr
seorang guru tamatan Sekolah Guru Bawah, SGB. Sejak kami kecil, para pastor
menyapanya dengan Profesor Lukas. Sapaan itu bertolak dari kata-kata, omongan
beliau yang selalu terwujud meski Bahasa Indonesia kurang lengkap atau bagus.
Banyak anak didik Bapa Lukas jadi manusia. Anak-anaknya berpendidikan baik. Ada
juga anak didiknya yang jadi bupati. Itulah mengapa ia dipanggil Profesor
Lukas,” ujar Ignas.
Ignas mengatakan,
pasangan suami-isteri (pasutri) Lukas You-Rosalina Tatogo memiliki sembilan
orang anak. Mereka adalah (sesuai urutan) Beata You (Alm, perawat), Pastor Dr
Yanuarius Theofilus Matopai You, Pr, Ausilius You, S.Pd, MM, MH (mantan Sekda
Mimika), Kamilus You, SE (Alm), Paulus You (Alm), Paulinus You (Alm),
Fransiskus You, SE (Alm), Amelianus You, ST (Alm, sarjana geologi), dan Yohanes
You, S.Ag, M.Hum (mantan Wakil Bupati Paniai).
Mgr Yan You lahir 1
Januari 1961 di Kampung Uwebutu, pinggiran Danau Taage, Paniai, Keuskupan
Timika. Ia menyelesaikan studi Filsafat dan Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat
dan Teologi Fajar Timur, Abepura, Papua. Ditahbiskan menjadi imam pada 16 Juni
1991 di Nabire dan menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Manado, Sulawesi
Utara.
Uskup Yan pernah
menjadi Pastor Paroki Kristus Terang Dunia Yiwika tahun 1991-1998. Kemudian
menjadi Pastor Paroki Santo Willibrord Arso dan Dekan Dekanat Keerom tahun
1998-2002. Ia juga pernah menjabat Vikaris Jenderal (Vikjen) dan Pastor Paroki
Katedral Kristus Raja Jayapura tahun 2002-2006.
Ia merampungkan studi
Magister Psikologi (S-2) di Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2007-2010.
Menyelesaikan studi doktor (Ph.D) jurusan Antropologi di Universitas
Cendrawasih Jayapura tahun 2020. Tercatat pula menjadi dosen STFT Fajar Timur
dan Direktur Seminari St John Mary Vianney House Jayapura tahun 2011-2018.
Sejak 2016 hingga saat
ini menjabat Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan dan Pengawas Yayasan Homonim.
Sejak 2020, ia menjabat Ketua dan Dosen STFT Fajar Timur sekaligus Direktur St
John Mary Vianney House.
Juru Bicara Jaringan
Damai Papua (JDP) Yan Christian Warinussy, SH, MH menyampaikan apresiasi kepada
Paus Fransiskus yang telah memberikan kepercayaan kepada Pastor Yan You sebagai
Uskup Jayapura yang baru. Warinussy juga menyampaikan terima kasih kepada
mantan Uskup Jayapura Leo Laba Ladjar yang telah memimpin Keuskupan Jayapura
selama ini.
“Terpilihnya Pastor Yan
You merupakan harapan sebagian besar umat Katolik asli Papua selama ini. JDP
memberi sambutan hangat kepada Uskup Jayapura yang baru untuk bahu-membahu
mendorong terciptanya perdamaian di tanah Papua,” kata Warinussy kepada
Odiyaiwuu.com dari Manokwari, Papua Barat, Sabtu (29/10).
Menurutnya, JDP
bersedia mendengar saran, pendapat, dan pandangan Bapak Uskup Jayapura demi
mendorong lahirnya langkah progresif komprehensif mengupayakan dialog Papua dan
dialog Papua-Jakarta demi menyudahi konflik sosial politik yang telah
berlangsung lebih dari 50 tahun dan terus menerus berdampak pada terjadinya
dugaan pelanggaran hak asasi manusia berat di tanah Papua. (Ansel Deri,
Johannes Supriyono/Odiyaiwuu.com)