'Kota Gereja' terletak di Doha, Qatar
(AP/Thanassis Stavrakis) |
Misalnya Gereja Katolik Our Lady of the Rosary di ibu kota Qatar, Doha.
Tempat ibadah ini
berada di kompleks agama atau yang dikenal 'Kota Gereja'. Dari luar, bangunan
itu biasa saja, tak mencolok, dan tak ada Salib.
"Ini sesuatu yang
sangat unik di sini, di Timur Tengah. Minggu kami adalah Jumat," kata
pastor paroki, Pendeta Reli Gonzaga, seperti dikutip Associated Press, Kamis
(15/12).
Sebagaimana gereja pada
umumnya, gereja ini juga melayani Misa hingga pembaptisan, pernikahan dan
pengakuan dosa.
Gereja semakin tampak
ramai saat Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Banyak pengunjung yang
menyempatkan diri beribadah.
Selain itu, pekerja
migran di Qatar yang berasal dari berbagai negara juga turut melakukan ibadah
di gereja tersebut.
"Saya bisa
merasakan semangat gereja yang sesungguhnya, gereja universal." ungkap
dia.
Menurut laporan
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat soal kebebasan beragama, kompleks yang
dikenal sebagai Kota Gereja terletak di tanah milik pemerintah.
Suasana ibadah di Gereja Katolik Our Lady
of the Rosary, Qatar. (AP/Thanassis Stavrakis)
Namun, pihak berwenang melarang simbol atau atribut apapun yang berkaitan
dengan Kristen di bangunan tersebut.
"Dengan instruksi
pemerintah yang jelas bahwa simbol Kristen seperti salib, menara, dan patung
tak diizinkan di bagian luar gedung gereja," demikian bunyi laporan AS.
Nyanyian lagu dan
perayaan lain juga hanya berlangsung di dalam kompleks.
Qatar membatasi ibadah
umum bagi agama non-Islam dan mengkriminalisasi dakwah atas nama organisasi,
masyarakat, atau yayasan agama apa pun selain Islam di ruang publik.
Kelompok agama
non-Muslim di Qatar beberapa di antaranya Hindu, Katolik, Budha, Anglikan,
Protestan dan Koptik Mesir.
Namun, larangan
tersebut tak meluruhkan niat dan semangat Umat Katolik dalam menjalankan
ibadah.
Bagi Gonzaga, tak
menggunakan salib di luar gedung adalah bentuk rasa hormat terhadap negara dan
rakyatnya.
Pihak-pihak gereja juga
memberikan layanan untuk agama Kristen dari mulai kelompok dewasa hingga
anak-anak.
"Banyak orang
mengira tak ada gereja Kristen di sini. Itulah mengapa mereka terkejut ketika
melihat kami bisa melakukan semua yang kami lakukan di dalam kompleks
gereja" kata dia.
Di luar kompleks, para
pendeta juga kerap mengunjungi narapidana Kristen dan pergi ke rumah sakit
untuk menanggapi permintaan Komuni, pengakuan dosa, atau mendoakan orang yang
sedang sakit.
Saat melakukan
perjalanan, para pendeta tetap mengenakan jubah Fransiskan.
Beberapa umat Katolik
yang tinggal jauh dari kompleks ingin melihat gereja baru di wilayah lain, tak
hanya di Doha.
Harapan ini mungkin
akan membantu warga yang bekerja atau tinggal jauh dari Gereja Our Lady of the
Rosary, sehingga bisa melaksanakan ibadah secara rutin. *** cnnindonesia.com