Nono siswa SD berprestasi dan Fajar Sadboy remaja yang karena patah hati viral (Foto edaran di media sosial) |
Ya, dia adalah Fajar yang
kemudian ditambahkan ke akhiran di namanya dengan kata "Sadboy"
sehingga dia dikenal dengan nama Fajar Sadboy.
Kisahnya dengan
berbagai intrik, logikanya yang mengundang tawa menjadikan dirinya idola baru
dan jadi rebutan stasiun televisi.
Dirinya dalam waktu
sangat singkat menjadi terkenal dan mengalahkan beberapa selebriti remaja.
Akan tetapi, berbeda
dengan Fajar Sadboy yang viral karena curhat patah
hatinya. Adalah Nono, seorang bocah asal Nusa Tenggara Timur, khususnya dari
Kabupaten Kupang yang menorehkan sebuah prestasi luar biasa di kancah
internasional.
Archangels Hendrik Meo
Tnunay atau yang akrab disapa Nono (8), siswa asal SD Inpres Buraen 2,
Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang.
Bocah asal salah satu
Kabupaten termiskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil merebut
juara 1 Abacus Brain Gym (ABG) International Mathematics Competition.
Meski sudah
mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional dengan usia sangat dini,
ternyata tidak menarik bagi dunia pertelevisian Indonesia. Sungguh sesuatu yang
sangat ironis.
Nono sepertinya tidak
dilirik sama sekali oleh para pemegang hak cipta televisi Indonesia. Mungkin
bagi mereka, prestasi Nono tidak menarik dibandingkan sebuah curhatan patah
hati.
Inilah Indonesia, yang
berprestasi tidak dianggap dan tidak diperhatikan. Kalau mau viral dan diundang ke
televisi, maka harus buat sesuatu yang konyol, atau umbar aib di media sosial,
dijamin pasti laris manis.
Indonesiaku memang
pandai bersandiwara. Indonesiaku memang punya mata, hati dan telinga tetapi
tidak seakan tak berpenghuni. Indonesiaku luas tapi tak bisa perhatikan seorang
bocah berprestasi, prestasi tingkat tertinggi, Internasional.
Indonesiaku memang
penuh sandiwara, maka yang akan dan pasti viral, laris manis adalah mereka
yang pandai bersandiwara.
Tidak tahu entah sampai
kapan Indonesia dan dunia pertelevisian bisa menghargai, mengundang dan
memviralkan anak-anak bangsa yang berprestasi.
Iya, kita memang harus
mengangkat mereka yang berprestasi untuk bangkit, terbang lebih tinggi
dibanding mereka yang bersandiwara, disetting dan pandai berakting yang tidak
masuk akal.
Dunia Internasional
dengan begitu cermat bisa melihat dan mengangkat prestasi anak Indonesia, kok
kita sendiri malah mengabaikan mereka?
Hal tersebut harusnya
menjadi pekerjaan rumah dan bahan permenungan, evaluasi untuk ke depan bisa
menghargai, mengangkat dan membuat anak-anak berprestasi terbang lebih tinggi,
dikenal di seantero dunia.
Sanggupkah kita? Mari
jangan menutup mata dan telinga, jangan menutup hati dan pikiran bagi mereka
yang berprestasi.
Nono dan Fajar Sadboy hendaknya
menjadi barometer bagi bangsa ini untuk melangkah ke depan. Mengukur sejauh
mana penghargaan kita bagi mereka yang berprestasi.
Indonesia pasti bisa,
Indonesiaku pasti bisa menghargai anak-anak bangsa yang telah harumkan nama
bangsa. Indonesi harus bisa berhenti bersandiwara.*** vagansa.com