Indonesiaku Sayang, yang Berprestasi Kalah dari yang Patah Hati, Beda Nasib Nono dan Fajar Sadboy

Indonesiaku Sayang, yang Berprestasi Kalah dari yang Patah Hati, Beda Nasib Nono dan Fajar Sadboy

Nono siswa SD berprestasi dan Fajar Sadboy remaja yang karena patah hati viral (Foto edaran di media sosial)


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Sebulan terakhir seorang remaja viral di sosial media karena video patah hatinya. Dia kemudian diundang ke Jakarta dan menghiasi layar kaca, podcast dan channel Youtube para selebriti.

Ya, dia adalah Fajar yang kemudian ditambahkan ke akhiran di namanya dengan kata "Sadboy" sehingga dia dikenal dengan nama Fajar Sadboy.

Kisahnya dengan berbagai intrik, logikanya yang mengundang tawa menjadikan dirinya idola baru dan jadi rebutan stasiun televisi.

Dirinya dalam waktu sangat singkat menjadi terkenal dan mengalahkan beberapa selebriti remaja.

Akan tetapi, berbeda dengan Fajar Sadboy yang viral karena curhat patah hatinya. Adalah Nono, seorang bocah asal Nusa Tenggara Timur, khususnya dari Kabupaten Kupang yang menorehkan sebuah prestasi luar biasa di kancah internasional.

Archangels Hendrik Meo Tnunay atau yang akrab disapa Nono (8), siswa asal SD Inpres Buraen 2, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang.

Bocah asal salah satu Kabupaten termiskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil merebut juara 1 Abacus Brain Gym (ABG) International Mathematics Competition. 

Meski sudah mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional dengan usia sangat dini, ternyata tidak menarik bagi dunia pertelevisian Indonesia. Sungguh sesuatu yang sangat ironis.

Nono sepertinya tidak dilirik sama sekali oleh para pemegang hak cipta televisi Indonesia. Mungkin bagi mereka, prestasi Nono tidak menarik dibandingkan sebuah curhatan patah hati.

Inilah Indonesia, yang berprestasi tidak dianggap dan tidak diperhatikan. Kalau mau viral dan diundang ke televisi, maka harus buat sesuatu yang konyol, atau umbar aib di media sosial, dijamin pasti laris manis.

Indonesiaku memang pandai bersandiwara. Indonesiaku memang punya mata, hati dan telinga tetapi tidak seakan tak berpenghuni. Indonesiaku luas tapi tak bisa perhatikan seorang bocah berprestasi, prestasi tingkat tertinggi, Internasional.

Indonesiaku memang penuh sandiwara, maka yang akan dan pasti viral, laris manis adalah mereka yang pandai bersandiwara.

Tidak tahu entah sampai kapan Indonesia dan dunia pertelevisian bisa menghargai, mengundang dan memviralkan anak-anak bangsa yang berprestasi. 

Iya, kita memang harus mengangkat mereka yang berprestasi untuk bangkit, terbang lebih tinggi dibanding mereka yang bersandiwara, disetting dan pandai berakting yang tidak masuk akal.

Dunia Internasional dengan begitu cermat bisa melihat dan mengangkat prestasi anak Indonesia, kok kita sendiri malah mengabaikan mereka?

Hal tersebut harusnya menjadi pekerjaan rumah dan bahan permenungan, evaluasi untuk ke depan bisa menghargai, mengangkat dan membuat anak-anak berprestasi terbang lebih tinggi, dikenal di seantero dunia.

Sanggupkah kita? Mari jangan menutup mata dan telinga, jangan menutup hati dan pikiran bagi mereka yang berprestasi.

Nono dan Fajar Sadboy hendaknya menjadi barometer bagi bangsa ini untuk melangkah ke depan. Mengukur sejauh mana penghargaan kita bagi mereka yang berprestasi.

Indonesia pasti bisa, Indonesiaku pasti bisa menghargai anak-anak bangsa yang telah harumkan nama bangsa. Indonesi harus bisa berhenti bersandiwara.*** vagansa.com



 

 

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama