Di dalam kitab Negarakertagama
gubahan Empu Prapanca disebutkan bahwa bangunan keraton Majapahit dikelilingi
tembok bata tebal dan tinggi berwarna merah. Kemegahan ini juga terlihat di
dalam kompleks keraton, yang menjadi tempat kediaman raja, peribadatan,
kediaman para pejabat pemerintahan, dan rumah bagi para abdi dalem kerajaan.
Selain itu, ada juga pendopo tempat pertemuan raja dengan para bawahannya serta
bangunan yang dikhususkan bagi pujangga kerajaan.
Lebih lanjut, menurut
apa yang penulis baca, Empu Prapanca menggambarkan bahwa keraton Majapahit
seperti istana di negeri kayangan karena keindahannya. Bangunan kerajaan ini
bertingkat-tingkat dengan tiang kuat, dan dipenuhi dengan berbagai ukiran indah,
serta berwarna-warni. Di dalam kompleks keraton juga terdapat taman yang begitu
luas dan indah dipenuhi oleh Bunga Tanjung, Cempaka, Kesara, Wungu, dan aneka
bunga lainnya.
Bahkan Ma Huan,
sekretaris Laksamana Cheng Ho secara lebih detail menjelaskan bahwa Majapahit
memiliki keraton yang besar, megah, dan mewah. Lantainya dari kayu dengan
ditutupi anyaman tikar tetumbuhan. Bahkan disebutkan tembok dan tangga keraton
Majapahit pada saat itu dilapisi dengan emas yang menunjukkan bahwa kerajaan
Majapahit berlimpah harta.
Di Manakah Keraton Majapahit?
Para arkeolog sepakat
bahwa keraton Majapahit terletak di ibukota kerajaannya. Adapun untuk lokasi
ibukota Majapahit, terdapat dua pendapat yang hampir seluruh arkeolog
menyetujuinya. Pendapat ini mengatakan jika ibukota Majapahit terletak di
Trowulan. Bukan tanpa alasan, pemilihan Trowulan sebagai perkiraan lokasi
ibukota Majapahit didukung oleh berbagai penemuan peninggalan Majapahit.
Contohnya adalah situs
Trowulan serta kabar dari kitab Negarakertagama. Namun sejumlah kecil arkeolog
berpendapat lain bahwasannya ibukota Majapahit di Kedaton Jombang. Pendapat
kedua ini didasarkan pada asal kata kedaton yang berarti “Keraton” serta
diperkuat dengan peninggalan candi yang ditemukan di keraton.
Bagaimana Hilangnya Keraton Majapahit?
Hilangnya kerajaan yang
satu ini masih menjadi misteri hingga saat ini. Ada beberapa pendapat mengenai
hilangnya keraton Majapahit.
Pertama, bahan bangunan keraton yang terbuat dari
bahan-bahan organik sehingga mengalami proses pelapukan dan tidak bisa bertahan
hingga ratusan tahun layaknya candi yang terbuat dari batu alam yang masih bisa
kita jumpai hingga saat ini.
Kedua, bangunan keraton hilang karena adanya bencana alam.
Pendapat ini menyebutkan bahwa bangunan keraton bisa jadi terkubur oleh abu
letusan gunung berapi mengingat di kawasan Jawa Timur terdapat banyak gunung
aktif. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa keraton Majapahit hilang
karena terkubur lumpur yang berasal dari sungai tempat lahar gunung berapi
melintas. Pendapat ini cukup masuk akal mengingat letak keraton Majapahit yang
diperkirakan berlokasi dekat dengan Sungai Brantas.
Ketiga, adanya konflik internal dan serangan dari kerajaan
lain. Dalam Babad Tanah Jawa disebutkan bahwa sekitar tahun 1400-an Demak Bintoro
yang kala itu dipimpin oleh Raden Patah, Putra Prabu Brawijaya V menyerang
Majapahit dan menghancurkan ibukota kerajaannya, termasuk keraton. Akan tetapi
pendapat tersebut dibantah oleh beberapa ahli yang menyebutkan bahwa Babad
Tanah Jawa merupakan produk kolonial Belanda yang bertujuan untuk mengadu domba
kaum Islam dengan kaum Hindu-Buddha.
Keempat, Atmodarminto berpendapat, kehancuran majapahit
disebabkan oleh serangan militer dari wilayah Kediri yang dipimpin oleh
Girindrawardhana. Serangan ini berlangsung beberapa saat lamanya dan
dimenangkan oleh pihak Kediri membuat Girindrawardhana menjadi penguasa
majapahit. Hal ini kemudian memicu Demak menyerang Majapahit dengan motif
menumbangkan Girindrawardhana karena sosok ini dianggap bukan pemimpin yang sah.
Selain itu serangan dari pihak luar, kondisi internal Majapahit sudah kacau
balau. Terutama sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Korupsi merajalela,
selain itu, perebutan pengaruh dan kekuasaan terjadi antarkerabat kerajaan.
Kondisi kerajaan yang sudah lemah ini menyebabkan Keraton Majapahit jadi salah
satu sasaran perusakan, pemberontakan, dan penyerangan dari kerajaan lain.
Kelima, penjarahan illegal pada masa penjajahan kolonial.
Dalam sebuah catatan laporan Belanda disebutkan, pada sekitar tahun 1800
Masehi, wilayah Trowulan kehilangan sekitar 5 juta kubik tanah sebagai akibat
penggalian illegal yang dilakukan oleh para pemburu peninggalan kerajaan
Majapahit. Diduga banyak sekali peninggalan Majapahit yang dicuri pada saat
itu.
Keenam, Keraton Majapahit melakukan moksa.
Pendapat ini mungkin tidak didasarkan pada alasan yang ilmiah. Akan tetapi pada
ilmu sejarah, khususnya di Indonesia, jika suatu kejadian belum ditemukan
penyebabnya, bisa jadi hal tersebut disebabkan faktor x. Faktor X ini dapat
berupa hal gaib yang berada di luar jangkauan indra manusia. Beberapa orang
berpendapat Keraton Majapahit sengaja di-moksa dan dihilangan oleh makhluk gaib
dengan tujuan agar kelestarian keraton tetap berjalan di alam lain sehingga
terlindungi tangan-tangan jahil manusia.