Mantan bendahara
Vatikan itu adalah tokoh Katolik peringkat tertinggi di Australia, serta tokoh
Katolik paling senior yang pernah dipenjara karena tuduhan pelecehan anak.
Dia menjabat sebagai
Uskup Agung Melbourne dan Uskup Agung Sydney sebelum menjadi salah satu
pembantu utama Paus.
Pada 2014 ia ditugaskan
untuk mengawasi keuangan Vatikan.
Kardinal Pell
meninggalkan jabatannya pada 2017 lalu kembali ke Australia untuk diadili atas
tuduhan pelecehan seksual terhadap anak.
Panel juri pada 2018
menyatakan dia telah melecehkan dua anak laki-laki saat menjadi Uskup Agung
Melbourne pada 1990-an.
Kardinal Pell - yang
selalu mempertahankan ketidakbersalahannya - menghabiskan 13 bulan di penjara
sebelum Pengadilan Tinggi Australia membatalkan putusan pada 2020.
Dia kembali ke Roma
setelah dibebaskan dari tahanan, dan minggu lalu menghadiri pemakaman Paus BenediktusXVI.
Apa kasus yang melibatkan Pell?
Pada Desember 2018,
dewan juri menyatakan ia bersalah atas pelecehan seksual terhadap dua anak
laki-laki anggota paduan suara di ruangan pribadi di Katedral St. Patrick pada
pertengahan '90-an - ketika pastornya adalah Uskup Agung Melbourne.
Vonis itu termasuk satu
tuduhan penetrasi seksual dan empat tuduhan perbuatan tidak senonoh.
Pengadilan mendengarkan
kesaksian dari seorang laki-laki yang diduga merupakan satu-satunya korban yang
masih hidup. Puluhan saksi mata lainnya memberikan alibi dan bukti-bukti lain.
Kardinal Pell
mengajukan banding terhadap vonis yang diterimanya di Pengadilan Banding
Victoria tahun lalu, namun dua dari tiga hakim mempertahankan putusan tersebut.
Mengapa vonisnya dibatalkan?
Pengadilan Tinggi
Australia membatalkan vonis terhadap Pell pada 7 April 2020.
Majelis yang
beranggotakan tujuh hakim secara aklamasi menjatuhkan keputusan yang berpihak
pada Kardinal Pell, setelah mendapati bahwa juri tidak sepenuhnya
mempertimbangkan semua bukti yang ditunjukkan pada persidangan.