Dosen ahasa di Universitas Nusa Cendana atau Undana Kupang, Dr. Marsel Robot, M.Si |
Penegasan sastrawan NTT ini
mengenai dua kondisi yang dipandangnya sangat krusial yakni; kondisi
pembelajaran dan masalah sumber daya di NTT.
Ia menjelaskan,
pertama, situasi pembelajaran saat ini berkaitan dengan kemajuan teknologi,
dimana perhatian peserta didik lebih terarah pada handphone dan lainnya,
sehingga akses pembelajaran sangat kurang baik dari peserta didik maupun guru.
Permasalahan
pembelajaran ini, menurut dia harus ditangani secara cepat oleh dinas
pendidikan maupun para guru di sekolah.
"Persoalan ini
kita dapat mampu tanganinya dengan cara gelar berbagai event yang bersifat
kompetitif di sekolah. Event yang sifatnya kompetitif ini baik dilakukan di
internal sekolah maupun antar sekolah," kata Marsel Robot kepada POS-KUPANG.COM,
Minggu 29 Januari 2023.
Ia menegaskan konsep
event atau perlombaan kompetitif ini dapat menangani persoalan pembelajaran
saat ini di NTT.
Penghargaan atau hadiah
yang disiapkan pun tidak perlu yang mewah, tapi hal yang paling penting itu
kembali memancing daya ingat para peserta didik untuk kembali belajar dan
bersekolah.
"Realita saat ini
anak-anak ke sekolah bukan lagi untuk belajar tapi melakukan kegiatan yang
lain. Banyak anak yang ke sekolah tapi sedikit yang pelajar," ujarnya.
"Artinya, banyak
peserta didik tapi miskin pelajar. Persoalan ini yang perlu dibenahi, dan
sekolah juga harus menciptakan kondisi atau lingkungan yang literatif,"
kata dia lagi.
Contoh, kata dia
peserta didik yang terlambat, guru jangan memberikan sanksi seperti lari
keliling lapangan atau yang lain, tapi memberikan sanksi untuk membaca atau
membuat karangan pendek berkaitan dengan keterlambatan peserta didik tersebut.
Kedua, berkaitan
dengan sumber daya dalam pendidikan di NTT, dimana kualitas
atau guru melakukan inovasi dengan berkreatif pembelajaran dalam perubahan yang
semakin besar.
"Guru harus mampu
ciptakan median atau model-model pembelajaran yang lebih akrab dan kreatif
dengan situasi modern. Tapi apabila gaya pembelajaran masih konvensional maka
kelas akan ditinggalkan dan lebih ruang kelas akan dijadikan momok bagi peserta
didik," jelasnya.
Ia mengisahkan di zaman
dulu, khususnya di Flores, walaupun sekolah yang kurang bermutu tetapi tersedia
durasi waktu untuk dijadikan pembelajaran di sore hari.
"Sore hari siswa
diwajibkan untuk belajar di sekolah dan siswa pun diminta untuk selesaikan
tugas rumah (PR) di sekolah. Dan guru juga wajib mengawas dengan hobor yang
diambil dari dana BOS," ungkapnya.
Menurut dia apabila
dipikirkan untuk program jangka panjang, secra khusus bagi peserta didik kelas
X atau kelas III SMA harus dibuat pusat studi/asrama.
"Pusat studi ini
telah diatur semacam kerangka acuan untuk peserta didik belajar dan bekerja
serta mengatur waktu untuk kegiatan non ilmiah lainnya. Sehingga jangan
menciptakan generasi masa depan yang mengambang," tambahnya.(*) poskupang.com