Kepala Bidang Kesehatan
Hewan Melky Angsar mengatakan, jumlah disinfektan sebanyak 39.200 liter ini
bisa mencapai 6,5 juta liter bila diencerkan lagi. "Bisa 1.500 mobil
tangki kalau dibagi. Satu liter disinfektan ini, bisa menjadi 166 liter larutan
disinfektan saat diencerkan lagi. Demikian maka satu liter disinfektan ini
dapat mencakup 166 kandang yang bisa disemprotkan disinfektan," jelasnya,
Jumat (27/1).
Sementara distribusi ke
kabupaten lain terkendala ongkos kirim. Karena itu, dibutuhkan dukungan
pemerintah daerah untuk mengatasinya. "Karena berbeda dengan kabupaten
lainnya di Pulau Timor dapat langsung datang mengambilnya di sini," ucap
Melki.
Ia berharap masyarakat
atau peternak dapat menyemprotkan sendiri disinfektan yang dibagikan. Mereka
juga diimbau mengenakan alat dan pelindung diri.
Sebaiknya Disemprotkan Peternak
Menurutnya, pengalaman
ASF merebak di NTT sejak dua tahun lalu membuat peternak dapat melakukan
penyemprotan secara mandiri. "Di lain sisi kalau petugas khusus
berkeliling puluhan kandang ternak maka ditakutkan akan membawa virus ini lagi
nanti. Jadi baiknya dilakukan oleh peternak sendiri," jelas Melki .
Ia menegaskan,
penyemprotan disinfektan tersebut seharusnya menjadi prosedur standar suatu
peternakan yang baik. Hal itu untuk mengantisipasi berbagai virus, tidak hanya
ASF, tetapi juga hog colera, serta penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan
berkuku belah.
Selain disinfektan,
pihaknya juga menyiapkan serum konvalesen tetapi tidak bisa disuntikkan ke
daerah lain yang tidak terdapat kasus ASF. Hal ini dikarenakan konvalesen
dibuat dari antibodi hewan yang pernah terjangkit virus sehingga tidak bisa
diberikan kepada babi yang masih sehat di peternakan yang belum terdapat kasus
ASF.
Konvalesen ini juga
baru bisa digunakan secara berkala atau setiap 10 hari selama 40 hari lamanya.
"Konvalesen ini sebagai antibodi saja, tapi kita tidak dapat bergantung
pada ini karena stoknya tidak banyak," tutup Melki. *** merdeka.com